Teman Tapi... - Karakter

2.1K 4 0
                                    

Jihan | Magi

Magi

Magi. Seorang anak nerd yang terkucilkan dari teman-temannya. Bukan hanya aneh, tapi memang Magi terlalu 'kalem' untuk ukuran seorang anak laki-laki. Hatinya pun terlalu baik dan lembut. Ini membuatnya sering diledek 'banci' oleh anak seusianya. Magi selembut ini karena ia sangat dekat dengan ibunya, dan karakter ibunya lah yang menurun padanya.

Magi selalu berprestasi di sekolah karena kepintarannya. Nilai-nilai nya luar biasa baik. Ia hanya didekati oleh temannya demi take advantage seperti: mau nyontek PR, ulangan, dan sebagainya. Magi menjadi seorang anak yang solitaire.

Itu berubah ketika ia bertemu dengan Jihan, yang ternyata adalah tetangganya. Pada dasarnya mereka sama-sama anak rumahan, hanya saja Jihan lebih extrovert sebagai seorang anak. Jihan suka berteman dengan Magi karena kebaikannya. Mereka pun akhirnya menjadi sahabat.

Jihan yang cukup populer di sekolah pun tak ingin melihat sahabatnya menjadi seorang penyendiri yang kikuk. Ia mulai mendandani Magi untuk merubah image dan penampilannya agar lebih 'gaul'. Hal itu berhasil dan akhirnya membuat Magi menjadi populer di masa SMA, bahkan hingga menjadi incaran wanita-wanita di sekolahnya.

Magi tidak pernah bisa untuk terpisah dari Jihan. Karena sebenarnya, Jihan lah yang disukainya. Sayangnya mereka berdua terjebak dalam situasi friend zone yang dilematis. Magi tidak hanya menyukai Jihan, namun ia terobsesi dengannya. Ia selalu berusaha agar terlihat sebagai pria terbaik di depan sahabat wanitanya itu.

Nafsu mulai tumbuh di masa SMA, ketika Magi sedang bermain di kamar Jihan dan melihat banyak celana dalam gadis tomboy itu yang berserakan. Model celana dalam itu begitu menggemaskan, seperti polkadot berbentuk hati yang berwarna pink dan putih; putih polos transparan; berwarna belang kuning hitam dengan gambar lebah di bagian depannya. Kepalanya jadi membayangkan yang tidak-tidak mengenai Jihan yang tomboy mengenakan celana dalam yang imut-imut dan menggemaskan seperti itu.

Belum lagi pada masa-masa itu Jihan yang tomboy, masih belum sadar jika sahabatnya itu bukan muhrim. Ia masih sering menemui Magi yang datang ke kamarnya dengan hanya berpakaian kaos V-Neck dan celana dalam. Hal itu tentu mengusik birahi Magi sebagai laki-laki.

Saking tak kuasanya untuk menahan, ia sampai diam-diam mencuri celana dalam kesukaannya yang berwarna putih polos dan transparan pada suatu waktu. Jihan yang teledor tentu tak akan sadar jika ada celana dalamnya yang hilang.

Beberapa kali Magi berpacaran, tak jarang ia justru membayangkan dirinya sedang bermesraan dengan Jihan saat berpelukan, berciuman, hingga bercinta. Memang, Jihan memberikan hasrat birahi tersendiri baginya. Sehingga otu merupakan cara yang ampuh untuk menikmati hubungannya dengan pacar-pacarnya.

***

Jihan

Jika saja Jihan lebih feminim, pasti tak akan butuh waktu lama untuk dirinya berpacaran dengan Magi. Ke-tomboy-an Jihan terlalu dominan dalam persahabatannya dengan Magi, hingga memberi jarak diantara mereka dalam hal romansa.

Jihan sangat tergila-gila pada Magi, apalagi ketika ia akhirnya sadar jika sahabatnya itu sebenarnya sangat sempurna baginya. Ganteng, baik hati, menawan, dan protektif. Tipe idaman bagi Jihan.

Magi adalah tempat hidupnya bergantung sejak masa SMA. Tempat curahan hati, berbagi cerita, meminta tolong, dan sebagainya. Dalam beberapa hal, Magi terasa seperti seorang kakak baginya. Dan dalam beberapa hal lainnya, seperti seorang pacar.

Yang lucunya adalah: jika ia meminta pendapat mengenai laki-laki yang sedang dekat dengannya, ia akan menanyakannya pada Magi. Yang tentu saja akan direspon negatif oleh Magi.

Kejadian yang paling memilukan bagi mereka berdua adalah ketika Jihan pulang ke rumah dalam keadaan bersedih karena baru saja putus dengan pacarnya. Kala itu ia sedang mengalami paranoid seorang mantan gadis.

Sambil menangis tersedu-sedu ia berkata dengan pelan, "Abis deh gue, Gi. Gak akan ada lagi cowok yang mai sama gue ..."

"Lho? Emangnya kenapa? Kok lo ngomongnya kayak gitu?"

"Ya ... Mana ada cowok yang mau sama cewek yang udah gak perawan?"

Hati Magi hancur bak di terjang badai. Ia membayangkan bagaimana wanita pujaannya ini jamah dan disetubuhi pertama kali oleh laki-laki lain. Namun ia malah berusaha menenangkan Jihan.

"Kenapa lo mesti mikir begitu? Jaman sekarang udah gak gitu lagi kali, Han,"

"Ya tetep aja, kan? Harusnya kan jodoh kita yang cicipin pertama kali ..."

Magi menyenggol Jihan sambil bercanda, "Ya udah, gak usah dipikirin. Nanti kalo emang bener gak ada yang mau sama lo, biar gue yang kawinin lo."

"Yeee, apaan sih, lo? Gak jelas, deh ..." Jihan lalu mendekapkan dirinya dalam pelukan Magi. "Tapi bener, ya? Pokoknya kalo sampe gue gak laku, lo harus mau terima gue, awas kalo enggak ...!" serunya sambil tertawa.

Sebuah percakapan permohonan dalam balutan analogi munafik. Karena sebenarnya, itu adalah harapan sesungguhnya dari keduanya.

Jihan memiliki keindahan tubuh alami yang seksi dan proporsional. Semuanya pas. Payudaranya agak besar, namun tidak terlalu besar, hingga pas ditangan. Kepadatannya sempurna hingga nyaman untuk diremas dan dikenyot. Pantatnya kencang dan bulat. Vaginanya imut dan cantik, serta mencengkram dengan kuat. Rambutnya sangat pendek seperti potongan laki-laki, namun tak dapat menyembunyikan kecantikan wajahnya yang sangat menawan. Pandangan matanya tajam. Bibirnya pun pas -tidak terlalu tipis atau tebal dan tidak juga telalu mungil atau lebar, sehingga sangat menyenangkan saat dikecup. Kulitnya mulus dan lembut, sangat berlawanan dengan penampilan tomboynya.

Kedekatan Jihan dan Magi yang erat sebagai sahabat membuat hubungan cinta asmara mereka sangat indah dan lebih dari rata-rata. Kelamin mereka pun menempel dengan lengket bak perangko saat bersetubuh, membara dalam balutan cinta yang turut dihiasi oleh kata-kata romantis yang menggemaskan khas muda-mudi seusianya.

Situasi BirahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang