Automata - Karakter

1.2K 6 0
                                    

Antonius | Romina | Mai

Romina

Romina adalah gadis bangsawan Romawi yang cantik, anggun, dan menawan. Ia suka mewarnai rambutnya yang bergelombang dengan panjang hingga bahu itu dengan berbeda-beda. Ia senang berpenampilan dengan warna yang senada, karena itu akan membuatnya terlihat mencolok dibandingkan wanita-wanita Roma lainnya.

Tubuhnya rampingn nan seksi khas wanita kaukasia. Warna bibir, puting, dan vaginanya merah muda yang agak pucat memudar hingga terlihat seperti gradasi terhadap warna kulitnya.

Romina adalah wanita bangsawan Romawi pada umumnya, yang jelas sangat menyukai hubungan seksual. Namun, ia lebih menyukai jika tubuhnya berada dalam dekapan petarung dibandingkan bangsawan yang umumnya anggota senat atau gubernur. Ia bukan suka dikasari, tapi digagahi.

Gairah petarung jelas berbeda dengan anggota senat atau gubernur. Mereka akan meniduri wanita dengan buas dan bergairah. Para petarung akan bercinta seakan tiada hari esok. Bau keringat; goresan luka; lebam; keringat lengket, memberikan sensasi tersendiri baginya.

Kesukaannya akan petarung sebenarnya adalah karena ia memang tumbuh di keluarga peternak gladiator yang gila berjudi dan berfoya-foya. Sedari kecil ia melihat para budak-budak negeri barbar yang dilatih dirumahnya. Bahkan kelamin pria pertama yang ia lihat adalah milik salah satu budak ayahnya ketika ia masih sangat kecil.

Ia juga sering melihat budak-budak itu dipaksa bercinta di depan umum pada saat pesta, demi menyenangkan para tamu ayahnya. Hal itu sudah biasa di kehidupan bangsawan Romawi. Tidak ada video porno Jepang atau Amerika untuk merangsang, melainkan live action yang tentu diperagakan oleh budak.

Romina beberapa kali berhubungan dengan pria-pria muda menawan Romawi, dari mulai anak manja hingga komandan pasukan perang. Namun tetap saja, itu tak memuaskan rasa penasarannya untuk mencicipi seorang petarung. Dan event pertarungan akbar seperti GFF tentu jadi tempat yang paling pas baginya untuk mencoba.

***

Antonius

Penis yang besar; panjang; kokoh, tubuh bak binaraga, dan wajah yang macho. Itulah khas para petarung Romawi, termasuk Antonius Di Marzo. Antonius adalah komandan pasukan perang yang beralih profesi sebagai petarung.

Antonius adalah laki-laki yang memiliki pikiran yang sangat kotor. Ia menyadarinya, dan ia menangkalnya dengan pertarungan. Pertarungan dapat menyibukkan pikirannya, dan mengalihkannya dari pikiran-pikiran cabulnya.

Hasrat seksualnya bak binatang yang tak ada habisnya, tak mengenal waktu dan tempat. Seks berkali-kali hingga tiga kali sehari seolah tak pernah cukup baginya. Ia cukup sadar jika ia tak mengendalikannya, itu akan menjadi jalan yang menuju keterpurukan baginya.

Semenjak ia beralih menjadi petarung, ia lebih mampu mengendalikan hasrat seksualnya. Meskipun penisnya tetap menggebu-gebu ingin mengobrak-abrik vagina disekitarnya, namun Antonius cukup dapat menahan, bahkan menjadi suka melakukan adegan-adegan foreplay untuk merangsang lawan jenisnya. Antonius sangat suka melihat wanita yang sedang dalam keadaan tersiksa karena kenikmatan yang dirasakannya.

Reaksi yang didapatkan tiada bandingnya bagi Antonius. Seperti vagina Romina yang seperti bernafas setelah mengalami orgasme dari permainan tangan dan lidahnya, atau ketika pinggul Mai menghentak -menghentak seolah menembak ketika dihinggapi puncak kenikmatan lewat pijatan di puting kenyalnya.

Ia cukup normal untuk tidak tunduk pada nafsu bejat yang selalu bersemayam dalam dirinya, kecuali ... Mai. Wanita Asia itu sungguh membuat Antonius gelap mata. Tak ada lagi keinginan 'Juara' dalam dirinya, kepalanya dikendalikan oleh kemaluannya; ketergila-gila-an nya pada Mai. Lubang sempit -yang tak terkendali jika dicubit putingnya- itu benar-benar mengalahkan kejantanan Antonius.

Daya cengkramnya sungguh luar biasa. Bisa dibilang jika penis berurat miliknya jatuh cinta. Sangat dimabuk asmara; vagina.

***

Mai

Mai adalah anak dari pangeran Jepang calon penerus tahta kerajaan. Namun sayangnya pangeran tersebut -ayah Mai- adalah pujaan hati seorang penyihir jahat. Penyihir itu sakit hati luar biasa ketika pujaan hatinya memilih wanita bangsawan demi tahta kerajaan dibanding dirinya, dan membuatnya gela mata untuk kemudian mengutuk sang pangeran agar keturunannya akan menjadi 'wanita jalang' yang akan memberikan kesialan bagi siapapun yang mencintainya.

Benar saja, kelahiran Mai membunuh ibunya. Semua orang disekitar Mai ditimpa kesialan, termasuk sang ayah yang diturunkan dengan paksa oleh rakyatnya karena kelaparan yang menimpa negerinya. Hal itu membuat sang ayah memohon kepada penyihir jahat itu untuk mengampuni anaknya, atau setidaknya memberikan keringanan bagi Mai.

"Harus kuakui, aku tidak berfikir dengan jernih dulu. Tapi, kutukan telah terlanjur terjadi. Itu tidak bisa dibatalkan," kata si penyihir ketika ditemui oleh ayah Mai.

Sang Ayah bersimpuh dan memohon ampun, "Tolonglah ... Kasihani dia ..."

Sang penyihir yang luluh hatinya pun berkata, "Ada satu cara," katanya pelan. "Bunuh aku, dan kesialan itu akam hilang dari orang-orang disekitar anak ini. Tapi ... Ia akan tetap tertimpa kemalangan."

Mai yang saat itu berusia 9 tahun, kemudian memeluk Ayahnya, dan mengisyaratkan agar mengambil kesempatan itu.

"Bukan berarti tidak ada jalan keluar," lanjut si penyihir. "Anakmu bisa lepas dari kutukan ketika ia bertemu dengan laki-laki yang dipenuhi pikiran kotor dan cabul dan ditiduri olehnya. Selain dari itu, semua laki-laki yang menidurinya akan mati lemas karena saripatinya terhisap habis hingga kering."

Kata-kata penyihir benar-benar terjadi. Setiap Mai menjalin hubungan dengan pria, tak ada yang selamat setelah bercinta dengannya. Hingga akhirnya julukan Janda Pembunuh melekat pada dirinya.

Mai yang sudah putus asa akan masa depan percintaannya, lalu berguru pada seorang petapa wanita yang sakti, hingga akhirnya menguasai beladiri dan menjadi pendekar wanita terhebat di negerinya. Ia bertekad untuk membaktikan dirinya pada pertarungan.

Mai kerap menghindari pria-pria yang mendekatinya, karena tidak ingin membunuh mereka. Hingga akhirnya Mai bertemu dengan Antonius di festival GFF yang termasyhur.

Di situ Mai menemukan takdirnya. Meskipun harus dengan cara pahit setelah di bius oleh Aoi yang juga petarung wanita dari Jepang. yang akhirnya membuat Mai harus rela kalah secara W.O. pada partai final karena sedang disekap digudang terpencil. Namun dalam kemalangan itu, Mai justru menemukan jalan keluar untuk kutukannya yang mematikan.

Antonius yang sejatinya adalah pria dengan pikiran kotor dan cabul, merupakan antidot bagi Mai. Terbukti, penis gagah Antonius dapat mengimbangi kebuasan vagina Mai. Saripati air mani Antonius seakan tak pernah habis, bahkan setelah persetubuhan tujuh kali berturut-turut dalam semalam. Pedang biologis itu tetap memancarkan benih layaknya pada saat ejakulasi pertama.

Kutukan yang menyeramkan itu kini malah berubah menjadi anugerah. Pinggul Mai yang akan bergoyang dengan sendirinya ketika puting kenyalnya disentuh tidak lagi terasa menjadi siksaan. Oh, tidak- itu tetap siksaan, hanya saja rasanya tidak sakit, melainkan nikmat!

Selelah apapun Mai, semarah apapun; sesedih apapun, seperti kuda yang akan berlari kencang saat dipecut, pinggul Mai akan senantiasa bergoyang jika putingnya disentuh.

Setelah pertemuannya dengan Antonius di gudang itu, malam-malam berikutnya selalu diisi oleh persenggamaan bergairah nan bergelora mereka berdua. Dua sejoli ini akhirnya menemukan satu sama lain.

Situasi BirahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang