Flight - II

1.5K 9 0
                                    

Sangat sulit memang, apalagi sebagai pria normal. Hidup di tengah-tengah wanita-wanita cantik hampir setiap hari. Belum lagi pakaiannya yang seksi yang memamerkan tubuh mereka. Jadi wajar jika sulit untuk menahan diri untuk tidak 'menjamah' bidadari-bidadari kayangan itu.

Aku sedang duduk santai bersama teman-teman sesama pilot senior dengan status standby di kantor. Kami berdiri sebagai sikap hormat ketika Kapten Vedi -pilot senior, masuk ke ruangan, lalu menyapanya dengan sopan.

Ia terkejut melihatku -aku adalah anak didiknya dulu. "Wah wah wah, ada Putra! Apa kabarmu, Dinda?" Ia memeluk, dan menepuk-nepuk pundakku.

"Baik, Kanda. Kanda sendiri apa kabar? Makin seger aja," kataku bercanda. Kapten Vedi adalah pilot yang sangat senior yang berusia kira-kira akhir 40-an.

"Pastinya! Kan gak boleh kalah sama yang muda-muda macam Dinda. Makanya, sampe gede masih suka susu. Ya, kan? Cuma kalo sekarang sukanya sama susu tawar, hahahahaha!" Ia duduk di sampingku.

"Kanda bisa aja. Selalu berjiwa muda, luar biasa,"

"Eh, ngomong-ngomong, lagi standby, kah?"

"Iya, Kanda,"

"Naaaah, kebetulan! Temenin saya, yuk?"

"Kemana, Kanda?"

"Ke Bali. Malas rasanya kalo sama yang masih bau kencur. Dinda mau, kan? Jadi co-pilot-ku, kayak dulu. Hahaha. RON kita, sekalian liburan. Ya, gak?"

Aku mengiyakan, dan tak lama kemudian kami bergegas ke pesawat. Briefing terakhir dilakukan sebelum membuka pintu pesawat untuk penumpang, kulihat pramugari yang bertugas sebagai pusher adalah wanita yang kulihat beberapa waktu lalu saat berbincang dengan Tata.

Kemudian kami berdua melakukan final check instrumen cockpit. "Dinda, boleh minta tolong?" tanya Kapten Vedi.

"Apa, Kanda?"

"Nanti Dinda yang pegang kendali, saya mau tune-up dulu, hahahah,"

"Beres, Kandaaa. Sudah tak tahan pula rupanya?"

"Yah, maklumlah. Onderdil harus terus di-service biar jangan sampai turun mesin,"

"Ah! Kanda bisa aja."

Begitulah Kapten Vedi. Kapten paling berpengalaman, paling bajingan.

"Ngomong-ngomong, sama siapa, Kanda?"

Kapten Vedi mendekatkan kepalanya padaku. "Pusher, Dela namanya. Dinda taulah selera saya, yang model STW macam begitu."

Ternyata Dela -teman Tata, yang dimaksud olehnya.

Setelah pengecekan selesai; pengumuman keberangkatan pada penumpang, kami pun take-off dari Cengkareng. Pesawat terbang dengan mulus di sore yang cerah ini.

Seperti yang dikatakannya di awal keberangkatan tadi, begitu pesawat mulai mengudara stabil di atas Kapten Vedi langsung menyerahkan kendali pesawat padaku.

Diantara pilot-pilot lain di sini, mungkin aku yang paling 'kurang bajingan'. Dari 6 tahun pengalamanku sebagai pilot, hanya kurang dari lima pramugari yang pernah kutiduri. Itu pun bukan one night stand, alias selalu berstatus -baik sebagai pacar atau sekedar TTM.

Aku adalah lelaki yang konservatif soal ini. Tak kenal maka tak sayang... Sulit bagiku menemukan gairah jika bersama seseorang yang tidak kukenal baik, apalagi bercinta.

Kendali pesawat telah dalam penguasaanku, tapi Kapten Vedi tak beranjak dari kursinya. Tak lama kemudian Dela masuk ke cockpit dan menghampiri Kapten Vedi, yang langsung dipeluk olehnya.

Situasi BirahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang