"Fer, boleh tanya ga?"
"Kenapa?"
"Si Riri tuh lo apain sih sampe dia tiba-tiba resign waktu itu?" tanya Dani sambil melirik. Ia sedang mengantar Zia ke rumah Nisa.
"Apaan sih lo, Dan? Enggak gue apa-apain kok,"
"Serius? Gak lo pake, kan?"
Zia merespon dengan kesal, "Lo apaan deh!?"
"Ya sorry- jangan kesel dong, kan gue cuma nanya. Soalnya waktu itu abis lo berdua pulang dari Bali tuh kejadiannya. Gue tanya sama dia kenapa, dia cuma geleng-geleng kepala doang. Wajar kan kalo gue nanya sama lo pengen tau?"
"Gue itu di hotelnya aja kamarnya pisah, Dan. Mungkin dia emang udah gak betah kali."
Zia sebenarnya sangat menyayangkan Riri yang resign sekitar tiga bulan lalu. Ia mencoba menghubungi asistennya itu melalui pesan ataupun telepon, namun tidak pernah mendapat respon balasan. Posisi asisten pun masih kosong sampai dengan saat ini, karena memang Zia sedari awal tidak pernah menginginkan untuk memiliki asisten pribadi.
"Eh, Nisa sama siapa tuh, Fer?" tanya Dani begitu sampai di depan gedung apartemen Nisa. Ia melihat Nisa baru saja berpelukan dengan lelaki asing sebelum masuk ke dalam lobby.
Zia yang juga melihatnya, tidak menjawab pertanyaan Dani. Ia pun sama terkejutnya dengan sahabatnya itu.
"Ya udah, gw masuk dulu deh. Thanks ya, Dan."
Zia segera turun dari mobil dan bergegas masuk. Ia ingin bertanya soal laki-laki asing itu pada kekasihnya.
***
Zia yang hatinya sedang gundah pasca bertengkar dengan Nisa berjalan kaki menuju café yang letaknya tidak jauh dari apartemen Nisa. Pikirannya kosong, ia masih coba mencerna kejadian tadi, berikut dengan kemungkinan yang akan terjadi nantinya.
Ia memesan caffè latte untuk menemaninya merokok. Waitress memberi tahu jika sebentar lagi akan tutup, waktu menunjukkan pukul setengah dua belas malam.
Zia menghisap dalam-dalam rokoknya, suasana malam itu begitu terasa hampa. Ia pikir dirinya sudah mulai tidak waras, hingga ia melihat wanita yang sedang bercanda dengan pacarnya di ujung cafe menjadi seperti Riri. Membuatnya tersenyum getir sendiri, Riri-Riri ..., dimana sih lo sekarang? pikir Zia.
Zia melamun memikirkan Riri. Bagaimana gadis belia itu sangat patuh dan perhatian kepadanya, ia mulai semakin merindukan mantan asistennya itu.
"Kak Zee?" Tiba-tiba suara perempuan menyapa tanpa ia sadari.
Ternyata wanita yang tadi dilihatnya memang benar-benar Riri, bukan hanya sekedar imajinasinya. Riri bersama lelaki sebayanya.
"Lho, Ri? Apa kabar?" tanya Zia dengan Nada terkejut sekaligus bersemangat.
"Baik, Kak."-melirik canggung terhadap laki-laki disampingnya-"Kakak sendiri apa kabar?"
"B-baik Ri ... "
Teman laki-laki nya membayar bill, kemudian melirik Riri -memberi isyarat untuk mengajak pulang.
"Kakak lagi apa? Sendirian aja?" tanya Riri.
"I-iya Ri, lagi bengong aja ..."
Riri kemudian menuju teman prianya, mereka terlihat sedikit berdebat. Laki-laki itu kemudian pergi dengan kesal, panggilan Riri tidak digubris olehnya.
Riri menghela nafas, kemudian kembali menghampiri Zia dan duduk dihadapannya.
"Kenapa Ri?"
"Enggak kok, gak apa-apa,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Situasi Birahi
Short Story(21+) Sebuah kumpulan cerita dewasa dengan ragam variasi. Novelet ini dibuat untuk coba mengisi kekosongan genre "Dewasa" yang lebih serius, dan memenuhi kerinduan akan cerita dewasa yang kreatif dan imajinatif. Kuhusus Dewasa (21+). Nb: Mungkin mas...