Flight - I

2K 15 0
                                    

Aku terbangun. Cahaya matahari dari jendela hotel yang menyilaukan menyadarkanku. Aku melihat kamar dalam keadaan berantakan, dan berusaha mengingat apa yang terjadi semalam.

Tak lama berselang terdengar suara siraman air dari toilet di kamar mandi. Setelahnya, keluar wanita cantik yang telanjang bulat -ternyata juniorku, Utie.

"Eh- Kak Putra udah bangun...?" Utie terburu-buru mengambil handuk kimono yang tergeletak di sofa di depan ku.

"Kamu... Kok ada di sini, Tie?"

"Lho? Kakak gak inget, ya?"

"Apa?"

"Kita kan semalam-"

"Tenang, Put. Dia sama gw kok," potong suara laki-laki dari kamar mandi.

"Gema?"

"Iya. Lagian lo juga kocak, ini kan pesta perpisahan lo. Masa lo malah telap duluan?" kata Gema, teman sesama pilotku.

Aku lalu bangkit dari tempat tidur menuju kursi di dekat jendela. "Kan gw udah bilang, gw gak kuat minum. Lo juga yang maksa,"

Gema lalu keluar dari kamar mandi. "Aah, payah lo, Put! Padahal semalam Utie udah bawa temen-temennya. Cantik-cantik, lho!"

Setelah berpakaian dengan tergesa-gesa, Utie pun pamit, "Aku... Aku balik dulu ya, Kak. Permisi..."

Setelah Utie pergi, Gema duduk dan berbisik padaku, "Gila, Put,"

"Apaan?"

"Itu, si Utie. Sumpah, liar banget dia, kacau!"

"Liar gimana?"

"Astagaaa, goyanganya itu lho... Udah kayak ikan pesut, lincah banget! Hahahaha..."

Memang beginilah kehidupan penerbangan sekarang ini. Para pilot dan pramugari yang seenaknya bertukar dan berganti pasangan bak selebritis, menjadi stereotype yang melekat. Seperti Gema dan Utie contohnya, Gema adalah pilot yang cukup senior; Utie adalah pramugari junior. Mereka bercinta semalam, ketika bersenang-senang di pesta kecil yang katanya adalah perpisahan untuk melepasku sebelum pindah tugas ke Jakarta. Sayangnya aku yang tidak kuat minum minuman keras, harus tidur duluan.

Aku adalah pilot yang sudah 6 tahun bekerja di maskapai ternama, QUEEN AIR. Mulai besok aku akan dinas di Jakarta setelah 6 tahun di Bali, kembali ke kota tempatku tumbuh.

***

Kita tak pernah mengira apa yang menanti kita di masa yang akan datang. Apa pekerjaan kita; siapa teman-teman kita; jodoh kita; seperti apa kita nantinya? Semua itu tergantung bagaimana prosesnya, dan variabel lainnya seperti keberuntungan. Seperti yang kualami saat ini, bertemu dengan pujaan hatiku di masa SMA dulu: Tata di tempatku bekerja.

Tata adalah wanita dengan inner beauty yang sangat kuat dan menawan. Lugu dan polos bagai kertas putih, dan sangat bersahaja. Wajahnya tergolong biasa saja, namun unik dan tidak membosankan. Wanita berdarah China-Bali yang rajin, tekun dan ulet.

Ia selalu berada di peringkat 5 besar di kelas, membuatnya menjadi favorit para guru. Sebenarnya Tata tidak pintar, bahkan cenderung berdaya tangkap lambat. Namun ia sangat rajin belajar dan gigih untuk menutupi kekurangannya itu. Karenanya, Tata tidak sombong seperti anak pintar lain pada umumnya di sekolah.

Aku sangat mencintainya, bahkan memujanya. Kami berteman cukup baik, namun sayang aku tak pernah berhasil mendapatkannya. Tata berpacaran dengan Dimas si anak motor selama masa sekolah kami, mungkin kesan pria macho menarik baginya. Aku yang notabene 'biasa-biasa saja' menjadi tak terlihat olehnya.

Aku langsung bertegur sapa dengan Tata ketika kami kebetulan bertemu setelah sama-sama baru saja mendarat. Saat ini aku tengah berbincang dengannya di pantry.

Situasi BirahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang