DILEMMA

544 72 5
                                    

Dua malam Nicholas tidak dapat tidur nyenyak, malam di mana dia melakukan perbuatan tak senonoh pada Andara dan malam ini. Dari jendela, semburat oranye tampak membelah angkasa, disusul kemudian warna kuning yang menyilaukan muncul menggantikan kelamnya malam.

Memang perbuatannya belum bisa dibilang tidak senonoh, tapi tetap saja itu perbuatan kotor, merobek pakaian seorang gadis yang belum menikah dan hampir—hampir saja—dia melakukan hal di luar akal sehatnya. 

Insting ingin menguasai gadis itu membuatnya ingin membopong Andara, melemparnya ke atas kasur dan menikmati setiap desah napas gadis itu di bawah tubuhnya. Andara bisa saja melaporkan tindakannya ke kantor polisi dan hampir dapat dipastikan Nicholas akan dinyatakan bersalah dengan tuduhan telah melecehkan seorang lady.

Tuhan pasti melihat dan menyelamatkannya dari dosa, karena dia hampir saja melanggar janji profesionalnya. Nicholas dapat melihat pasti, Andara bukan gadis yang suka bersenang-senang tanpa ikatan dan dia—sebagai pewaris tunggal Kastel Hartington—tidak siap untuk ikatan yang lebih dari pemuasan hasrat.

Dalam keheningan kamar, Duke of Hartington mulai bertanya-tanya, apakah sekarang dia menginginkan Andara untuk dirinya sendiri?

Menatap nyalang pada langit-langit kamar yang berplester putih, Nicholas menyugar rambutnya dengan rasa frustrasi. Bahkan ketika bangun pagi ini, perasaan bersalah dan hasratnya terhadap gadis itu tidak berkurang sama sekali. Apa yang harus dilakukannya sekarang, karena sepertinya meminta maaf saja tidak akan pernah cukup.

Harusnya dia tidak menggigit begitu keras, namun keseluruhan reaksi gadis itu membangkitkan sisi primitif dan membuatnya lupa diri. Masih kuat dalam ingatan, harum kayu manis yang menguar dari kulit gadis itu menguasai kesadarannya, menariknya jauh dari kata beradab. Bahkan kini, ketika membayangkannya lagi membuat Nicholas ingin segera menerobos dinding untuk bisa berada dalam kamar Andara.

Jemarinya menelusuri bekas goresan kuku pada pipi yang mengikuti tamparan keras dari Andara, menyadarkannya bahwa kejadian kemarin malam bukanlah mimpi.

Ada yang harus Nicholas akui kebenarannya bahwa dia tidak pernah kekurangan wanita untuk memenuhi hasratnya. Para lady dengan senang hati menyerahkan diri padanya, itu alasan mengapa dia berpikir bahwa semua wanita membosankan.

Tapi Lady Haywood berbeda, gadis itu selalu penuh kejutan dan perlawanannya makin membuat Andra tampak lebih menantang untuk dimiliki.

"Kau sibuk?" Nicholas terkejut, entah sejak kapan ibu berdiri di ambang pintu, iris sewarna miliknya menatap lekat. 

"Masuklah, Ma," jawab Nicholas sambil mendudukkan diri, punggungnya yang telanjang bersandar pada kepala ranjang yang terbungkus kulit berisi busa empuk.

Tidak guna menyembunyikan luka pada pipinya karena dalam cahaya matahari yang terang ibu pasti melihatnya, dia hanya berharap ada hal lain yang lebih penting untuk dibahas sehingga ibu tidak terlalu memedulikan itu. 

Langkah ibu ke dalam ruangan disusul oleh Nicolette. Bergerak lincah, keduanya segera menghampiri ranjang Nicholas. Keberadaan dua orang wanita yang paling disayanginya di seluruh dunia pagi hari ini, membuatnya sadar bahwa dia mungkin sedang dalam bahaya.

"Aku hanya ingin memberi tahumu, satu per satu para tamu mulai berdatangan. Mereka antusias sekali dengan season yang akan dimulai dua hari lagi," ujar ibu membuka percakapan yang sama sekali tidak menarik bagi anak lelakinya. Nicholas menguap.

"Kurasa, kemenangan kastel Hartington dalam Royal Ascott Derby telah membuat para bangsawan menempatkanmu sebagai bujangan potensial nomor satu, Nic!" seru Nicolette melanjutkan.

Pandangan ibu meredup, perempuan setengah baya itu lalu menghela napas. "Sayang sekali, Andara sakit. Jika tidak, hari ini aku berencana mulai mengenalkan dia ke beberapa keluarga duke dan earl yang sudah datang. Kasihan sekali dia."

THE HORSE WHISPERER [TERBIT!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang