Udara dalam kereta kuda tertutup yang hanya membawa Andara dan Marquis of Somerset ke The Windsor Derby hari ini terasa asing dan menyesakkan. Meskipun pembicaraan sudah selesai lama, iris berwarna zamrud itu masih juga menatapnya, sementara garis senyum terus tersungging di bibir tipis yang terkadang membuat lesung pipi lelaki itu tampak nyata.
Andara mulai merasa tidak nyaman, dipalingkan wajahnya, mencoba menikmati pemandangan di luar dari jendela kecil pada pintu. Tanpa perlu menengok, dia bisa merasakan tatapan mata Peter menelusurinya dengan lancang, seperti belaian tak kasat mata yang mengelus pipinya, kemudian menulusuri lekuk lehernya, meremas bahunya, menggodanya untuk menyerahkan diri.
Kehangatan itu menghantarkan rasa panas yang perlahan merambat naik ke wajah. Digertakkan giginya untuk menahan emosi sambil berharap kuda-kuda yang membawa kereta ini dapat berlari lebih cepat lagi agar dia bisa segera menjauhkan diri dari Peter.
Andara tidak sabar, dia sudah membayangkan kehidupan yang damai dan berkelimpahan materi seperti yang dijanjikan Peter, tentu saja setelah derby ini berakhir dengan kemenangan.
Bukan tanpa alasan, dia mulai merasakan perubahan sikap Peter kurang lebih sebulan belakangan ini. Lelaki itu menjadi lebih perhatian, terlihat dari kata-kata dan prilaku yang ditunjukkannya.
Andara menolak berpikir bahwa Marquis of Somerset tertarik padanya, karena itu tidak mungkin. Peter adalah lelaki yang tampan, dan lelaki tampan pada akhirnya selalu bersanding dengan seorang gadis cantik dan terpelajar.
Dia merasa dirinya cukup terpelajar, tapi siapa yang mau tahu tentang itu? Mengenai cantik ... Andara menatap pada kulit tangannya yang kecokelatan. Warna kulit yang selalu mengundang tanya ketika dia berjalan di tempat umum.
Dia teringat pada rombongan sirkus Rusia yang tampil setahun sekali di London, setebal itulah Andara harus membedaki dirinya jika ingin terlihat seperti bangsawan Inggris asli. Tentu saja dia menolak. Jadi, mungkin dia termasuk golongan tidak cantik.
Peter juga sering mengatur pertemuan di saat yang tidak diperlukan, seperti mengajaknya jalan-jalan di area kastel setelah makan malam, atau mengundangnya berdiskusi di ruang perpustakaan yang penuh dengan buku-buku dan karya sastra dari berbagai belahan bumi lain.
Lain waktu, lelaki itu mengundangnya minum teh di rumah kaca yang terletak di bagian belakang kastel utama, di dalamnya tumbuh bunga mawar berbagai warna. Pada peralihan musim seperti ini, kuncup-kuncup bunga mawar mulai terlihat dan samar aroma bunga tercium di udara, seperti bius. Andara berpikir, di sini pastilah tempat andalan Peter untuk memesona setiap lady yang diundangnya.
Andara sudah mengatakan terus terang bahwa dirinya tidak tertarik dengan Peter. Namun, gentleman itu seperti bebal dan menertawai penolakannya, kemudian kembali mendekatinya lagi keesokan hari.
Dia tidak habis pikir apa yang ada dalam otak sang marquis. Peter bisa saja memilih lady mana pun yang diinginkan dan gadis-gadis itu tidak akan menolak. Marquis of Somerset adalah salah satu bujangan potensial yang menjadi incaran para lady pada tiap season yang diadakan.
Separuh populasi wanita di Inggris mungkin iri dengan keberuntungannya sekarang. Dia tahu keberadaannya di sana selama lima bulan telah menimbulkan banyak gosip, seperti Andara menjual tubuhnya pada sang marquis untuk menyelamatkan Kastel Haywood yang sedang dalam masa sulit, yang mana tidak benar.
Atau, gosip bahwa Andara mengandung anak dari bangsawan lain dan sang marquis adalah pahlawan yang menyelamatkan dirinya dari aib, yang mana lagi-lagi tidak benar. Bahkan, ada juga gosip bahwa Andara dan Peter telah menikah diam-diam. Berita ini pastinya telah mematahkan hati banyak lady. Sekali lagi, itu tidak benar.
Tapi, siapa yang mau repot-repot untuk bertanya dan Andara juga merasa tidak ada gunanya menyangkal gosip yang disebarkan Ms. Dunlee, si penggosip, dan kelompoknya. Jadi, dibiarkan saja gosip itu merajalela dan berkembang menjadi roman picisan yang dengan rakus dikonsumsi para lady seperti kudapan manis berlumur krim lembut yang acap kali dihidangkan dalam season.
Guncangan pada kereta kuda dan teriakan kusir menandakan kereta sudah sampai. Peter menggeser duduknya mendekat ke pintu untuk melihat situasi di luar melalui jendela kecil. Gerakannya membuat lutut mereka bersentuhan. Dengan jengkel, Andara menghindar dengan memiringkan posisi duduknya.
"Kita sudah sampai. Tinggal sedikit lagi menuju gerbang pemeriksaan sebelum masuk ke pelataran stadion," ujar Peter. Lagi-lagi, lesung pipi itu mengikuti senyumnya.
Andara tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Maka ketika kereta kuda berlogo seekor naga merah dengan latar belakang kuning itu berhenti di gerbang pemeriksaan, dan seorang petugas membuka pintunya, Andara segera melompat turun.
Dilambaikan tangan pada Peter yang menatapnya balik dengan mulut terbuka seperti ikan mati dalam ember-ember nelayan. Mungkin lelaki itu ingin mencegahnya pergi, tapi persetan!
Senyumnya mengembang, menyadari dia sudah memegang penuh kendali atas dirinya. Dengan langkah cepat, Andara berbaur dengan kalangan menengah yang mulai tampak masuk dari gerbang-gerbang lainnya.
Tujuannya adalah pergi ke bawah tribune, tempat di mana kuda-kuda yang akan diperlombakan disimpan selama paling sedikit satu hari, sebelum derby dimulai, untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baru.
Berada dalam lautan manusia yang menyeberangi lapangan antara gerbang dan stadion, Andara yakin Peter tidak akan menemukannya. Paling tidak, untuk sementara dia bisa menikmati kebebasan. Dibetulkan letak topi kecil yang disematkan dengan penjepit ke dalam tebal rambut hitamnya yang terkepang hingga ke punggung.
Memiliki darah Indian membuat Andara sulit diterima di kalangan sosial, tapi beruntung ibunya juga mewarisi kemampuan untuk menjinakkan kuda, satu-satunya hal yang membuat dia cukup dihargai, paling tidak di kalangan penggila derby. Tanpa itu, Andara yakin Ibu tirinya, Marchioness of Haywood, akan menempatkannya tidak lebih tinggi dari derajat pelayan.
Andara sudah berusaha agar Ibu tiri bisa menerimanya, tetapi sulit. Pasalnya, Marquis of Haywood lebih mencintai ibu kandungnya, seorang gadis kepala suku Bangsa Indian. Ayah tidak pernah keberatan untuk bercerita mengenai asal usul Andara dan menguatkannya menghadapi gosip di luar yang mengatakan Andara adalah seorang anak haram.
Kenyataannya, dia bukanlah anak haram karena Lord Anthony menikah dengan Ibu kandungnya. Bagi ayah, ibu adalah sosok wanita cerdas dan berpendirian kuat yang tidak pernah ditemuinya di belahan dunia mana pun.
Ada penyesalan dalam kata-kata Ayah ketika lelaki tua itu selalu menutup cerita dengan kalimat, jika diberi kesempatan lagi dan kembali ke masa lalu, Ayah tidak akan pernah memilih kembali ke Inggris.
Pikirannya buyar ketika sekelompok lelaki yang terlalu bersemangat melewati dan menyenggolnya. Andara memutuskan untuk menepi ke pinggir, baru disadari posisinya yang berada di mulut stadion.
Dinding tribune yang menjulang mengapit jalan masuk terbuat dari bata berplester. Banyaknya tempelan poster—mengenai derby, judul opera yang dimainkan minggu ini di teater sekitar, bahkan poster pencarian orang hilang—menutupi dinding membuat permukaannya tampak kumuh dan terkelupas di beberapa bagian karena proses cabut tempel.
Pagi ini suasana di bawah tribune sangat sibuk, dalam beberapa jam The Windsor Derby akan dibuka. Menghiraukan hiruk pikuk di sekelilingnya, Andara berdiri di depan petak kandang kuda dengan papan nama bertuliskan Kastel Somerset. Pandangannya lekat memperhatikan gerak-gerik salah satu dari tiga kuda yang diikutsertakan Kastel Somerset pada The Derby Windsor kali ini.
Kuda hitam dengan garis putih membelah di antara kedua matanya sedang mengunyah rumput dalam tempat makan kayu. Di sampingnya, terdapat dua orang pekerja yang sedang menyisir rambut kuda dengan telaten hingga berkilau.
Setelah selesai, tangan-tangan cekatan itu memasangkan pelana bernomor punggung lima yang tercetak putih di atas kanvas biru tua, kemudian memastikan sekali lagi ikatan pelana dan tali kekang yang terpasang sebelum pergi. Kuda itu tampak gagah sekarang, seperti seekor kuda ksatria.
Lengkung sabit terlukis di bibir Andara manakala kaki-kaki ramping berambut itu mulai bergerak mengetuk lantai keras dari lempengan batu templek di bawah hingga membuyarkan debu dan jerami di sekitarnya. Gerakannya seperti mengikuti irama hentakan kaki dan gemuruh teriakan penonton yang mulai ramai terdengar dari atas tribune.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE HORSE WHISPERER [TERBIT!]
Fiksi Sejarah[Wattys2019 Winner - Historical Fiction] [Gocenglengge Big-5 Winners] Andara tidak meminta untuk dilahirkan di dunia, namun apa daya Tuhan berkehendak lain. Dia terlahir sebagai buah cinta seorang bangsawan Inggris dan seorang gadis Indian dari nege...