TO WIN A LADY

1.1K 166 15
                                    

Dua minggu berlalu sejak acara lelang di kastel Devonshire, hari ini adalah puncak kekesalan Andara, pikiran dan perasaannya kacau dan saling bertentangan. Terbalut dalam pakaian tidur berbahan katun, Andara mondar mandir dalam kamar tidurnya yang tidak terlalu besar. Dia menggigiti kukunya tanpa sadar, sementara langkahnya membuat jejak di atas karpet Persia yang mulai usang.

Andara merasa malu jika membayangkan lagi pertemuannya dengan Nicholas setelah acara lelang berakhir, karena peristiwa itu membuktikan bahwa meskipun Andara adalah wanita dewasa, reaksinya di bawah tatapan sang duke sama seperti remaja ingusan yang baru mengenal lawan jenis. 

Harus diakuinya, lelaki itu berbeda dari bangsawan mana pun yang pernah ditemui Andara. Kulit kecokelatan yang membuat sang duke sangat maskulin pastilah didapatnya karena menghabiskan lebih banyak waktu di bawah sinar matahari ketimbang berada dalam ruangan, seperti kebanyakan kalangan ton.

Dengan satu tarikan napas berat, dia mengempaskan dirinya ke atas bantalan duduk di tepi jendela, otaknya terus memikirkan Mustang―kuda hitam yang sangat diinginkannya―dan Duke of Hartington yang telah merampas kuda itu. 

Seharusnya dia terima saja tawaran Nicholas untuk melatih kuda-kudanya memenangkan derby. Satu derby saja, kemudian Andara bisa membawa pulang Mustang sebagai bayarannya. Lalu, mengapa sebagian dirinya keberatan untuk bekerja di bawah sang duke?

Menatap keluar jendela kamar, langit berwarna biru muda tak berawan mengingatkannya pada iris pucat milik sang duke. Mungkinkah tawaran Nicholas masih berlaku? Jika ya, Andara akan menyusulnya sekarang. Tekadnya sudah bulat untuk menemui Duke of Hartington, demi si kuda hitam.

Dia membuka pintu kamar dan berteriak memanggil Mary, tapi tidak ada sahutan. Aneh, kemana semua pelayannya pergi?

Andara tidak dapat membuang waktu. Dia memerlukan bantuan Mary untuk mengencangkan korset dan mengenakan gaun. Ditariknya jubah tidur dari gantungan untuk membungkus tubuh dan bergegas keluar kamar tidur. 

Mary tidak ada di kamarnya. Di dapur pun hanya ada beberapa juru masak dengan tangan yang penuh tepung dan saus tomat, sedang memasak untuk makan siang. Dia mencari Mary di beberapa ruang lain, tapi tidak jua dapat menemukannya. Ke mana dia?

Andara tidak kembali ke kamar tidurnya, ada satu tempat lagi yang perlu dilihatnya. "Mary?" panggil Andara perlahan, ketika pintu perpustakaan terbuka. Tidak ada jawaban.

Tidak seperti biasa, ruang perpustakaan itu tampak sepi dan gelap, gordennya bahkan belum lagi dibuka sehingga hampir tidak ada cahaya yang masuk. Tanpa menghiraukan pintu belakang yang menutup, Andara melangkah masuk dan memanggil nama Mary sekali lagi. 

Dia baru saja hendak memutuskan untuk kembali ke kamarnya ketika tak menemukan tanda-tanda keberadaan Mary, tapi gerakannya terhenti ketika mendengar suara langkah lain dalam ruangan.

"Hello, Milady, apa kabar?" sapa sosok gelap dari arah pintu masuk. Suaranya yang membius terdengar familiar.

"Ka-kau ...."

"Nicholas Ebenezer, Duke of Hartington."

"Oh ...." Hanya itu jawaban yang mampu keluar dari celah bibir Andara yang gemetar. Dalam gelap, Andara mendengar lelaki itu berjalan mendekat dan seketika panik melandanya. "Ja-jangan mendekat! Menyingkirlah dari pintu, aku harus kembali ke kamar."

"Mengapa terburu-buru? Tidak sopan meninggalkan seorang tamu sendirian―dan dalam gelap."

Langkah kaki itu tidak berhenti. Tubuh Andara mematung dengan tegang, dia bahkan tidak dapat menggerakkan jari kelingking. Jantungnya berdetak tak karuan, memukul-mukul dadanya dari dalam hingga denyutnya terdengar keras di telinga. 

THE HORSE WHISPERER [TERBIT!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang