MIDNIGHT AT HARTINGTON'S STABLE

579 89 8
                                    

Awalnya Nicholas bermimpi pintu kamarnya diketuk, tapi ketukan itu semakin lama semakin cepat dan mengganggu tidurnya. Dengan enggan, dia membuka mata dan beranjak dari ranjangnya yang hangat untuk merespons ketukan di pintu. 

Belum lagi pintu itu terbuka sempurna, tubuh ramping Catherine menyelinap masuk di antara celah daun pintu. "Ada apa, Ma?" tanya Nicholas, alisnya bertautan dengan rasa heran.

"Tolong antarkan ini pada Andara," pinta Catherine sambil menyodorkan sebuah bingkisan ke dada telanjang Nicholas. Dia masih tidak percaya ketika Catherine kembali mendesaknya, "Sekarang!"

Mata Nicholas menyipit penuh kecurigaan. "Apakah kau berjalan dalam tidur, Ma?" tanya Nicholas sambil menjentikkan jari di depan wajah ibunya. 

Catherine segera menepis lambaian tangan anaknya di depan.

"Kenapa tidak kau saja? Aku tidak akan mengirimkan benda apa pun pada Lady Andara sekarang. Jika ada yang melihat, terkutuklah aku. Apa yang akan dipikirkan orang lain jika aku tertangkap menyelinap ke dalam kamar seorang lady. Aku akan mengirimnya besok," bantah Nicholas.

"Kubilang sekarang, Nic," perintah Catherine dengan nada suara lebih tinggi. Nicholas masih tertegun ketika wanita itu mendorongnya keluar kamar lalu mengunci pintu. Dengan tidak percaya, dia menggedor halus daun pintu, khawatir membangunkan seisi kastel. "Antarkan itu sekarang." Perintah Catherine terdengar dari balik pintu.

"Ma, aku bahkan tidak mengenakan pakaian saat ini, bagaimana mungkin kau memintaku mengirimkan barang ke kamar seorang lady?" gerutu Nicholas sambil menatap tubuhnya.

Baru saja Nicholas mengangkat tangan untuk menggedor lebih keras, tiba-tiba pintu kamarnya terbuka sedikit, kemudian beberapa potong pakaian terlempar keluar. Nicholas menggertakkan gigi, dan dengan kesal memunguti pakaiannya yang dilempar barusan. Setelah mengenakan pakaian, dia berjalan menuju kamar Andara di ujung berseberangan. 

Satu ketukannya tidak terjawab, kemudian Nicholas mengetuk lagi dan sekali lagi. Rasa penasaran membuatnya mendorong pintu kamar Andara dan terkejut ketika mendapati ruangan itu kosong. Ke mana gerangan gadis itu pergi? Kamar George?

Sialan! Itu bukan urusannya, tapi tangannya terkepal erat ketika memikirkan kemungkinan itu. Persetan ke mana gadis itu pergi. Tugasnya adalah meletakkan bingkisan dari Catherine ke meja rias dekat jendela, lalu pergi. Ibunya tidak mungkin mengetahui itu, bukan?

Setelah meletakkan kotak pemberian Catherine, Nicholas bergeming, tatapannya terpaku pada ranjang Andara. Selimut yang berantakan dan tergeletak acak, membuat sudut bibirnya terangkat. Mungkinkah gadis itu sama liarnya baik dalam posisi terbangun maupun tidur?

Apa yang baru saja dipikirkannya? Nicholas merasa khawatir dengan pikiran-pikiran ganjil yang sering timbul mengenai Andara. Dia harus segera pergi dari sini. Nicholas takut hal selanjutnya yang akan dia lakukan adalah berbaring di atas ranjang Andara dan membaui bantal dan selimutnya.

Pendar cahaya samar yang berasal dari dalam istal utama, tertangkap mata Nicholas ketika akan beranjak keluar. Seseorang jelas bertanggung jawab atas kelalaian ini. Belum pernah dia mendapati Conrad bertindak begitu ceroboh, hingga lupa memeriksa dan mematikan semua penerangan dalam istal untuk menghindari risiko kebakaran. Tanpa pikir panjang, Nicholas segera keluar dan menyeberangi lapangan terbuka dalam udara dingin.

Dia melihatnya, bayangan samar Andara berusaha bersembunyi dalam salah satu bangsal. "Milady? Apa yang kau lakukan di sini? Aku sudah melihatmu, Milady. Percuma kau bersembunyi, keluarlah."

Nicholas bermaksud menghampiri Andara untuk menyeretnya kembali ke kastel, sudah terlalu larut bagi seorang lady berada di luar sendirian. Namun, langkahnya membeku ketika sadar di mana Andara bersembunyi.

"A-aku mencarimu. Lady Catherine memintaku mengantarkan sesuatu." Nicholas tidak menatap Andara, pandangannya terpaku pada bayangan tidak serupa yang bergerak-gerak di samping gadis itu, keringat dingin mulai keluar dari pori-pori kulitnya.

"Kau tidak apa-apa, Your Grace?" Binatang itu mendengus dan Nicholas hampir meloncat dari tempatnya berdiri. Terdengar suara tawa dari Andara sebelum dia meneruskan, "Ah—Rupanya kau takut dengan Skyline? Aku ingat sekarang, Nicolette menceritakannya padaku. Percayalah, Your Grace, Skyline tidak berbahaya."

"Aku tidak percaya. Menjauhlah dari sana," perintah Nicholas lemah, lalu kepalanya menggeleng perlahan. Kakinya seperti terpaku di tempat. Dia bahkan takut untuk berkedip, khawatir tiba-tiba Mustang itu berada di depan dan siap membunuhnya, seperti waktu kecil.

Pandangan Nicholas baru teralihkan dari Mustang, ketika sosok Andara terlihat lebih jelas seiring gerakannya mendekat. Dalam pakaian tidur yang hanya dilapisi mantel musim dingin sepanjang betis, bentuk tubuh ramping yang gemulai itu terus mendekat dan berhenti satu langkah di depannya. Iris keemasan nan indah memantulkan kilatan cahaya lampu minyak yang tergantung di pilar.

"Percayalah padaku, Your Grace."

Bibir yang membuka dan bujukan memohon Andara seperti bisikan yang terlalu menggoda. Gadis itu mengamit jemari Nicholas yang dingin, dan berusaha menghangatkannya dengan kedua telapak tangan. "Percayalah padaku," ulang Andara sekali lagi dan pertahanannya runtuh.

Dia sadar saat Andara perlahan mundur sambil menariknya maju. Dia juga sadar ke mana gadis itu akan membawanya, menuju bangsal Skyline. Tapi pikirannya terasa ringan, yang ada di depannya hanya iris berwarna keemasan bak genangan cairan berwarna karamel yang memabukkan dalam gelas kristal. 

Hal selanjutnya yang diketahui Nicholas adalah tubuhnya hanya berjarak satu lengan dari monster yang selalu ditakutinya. Tangannya menyentuh leher Skyline, mengelusnya kaku dengan tuntunan tangan Andara di atasnya.

"Lihat, tidak berbahaya bukan? Kau hanya belum mengenalnya, Your Grace. Kuda itu sama seperti manusia, mereka perlu kasih sayang—"

Suara gadis itu menghilang ketika tatapannya menelusuri lengkung lembut telinga Andara dan turun ke jenjang lehernya yang tidak tertutup mantel. Nicholas tidak tahu apakah suara yang bagai denting harpa ataukah wangi kayu manis dan bunga liar dari tubuh molek di depan yang telah membiusnya. Dia bersedia melakukan apa pun saat ini agar bisa membenamkan kepalanya dalam lebat rambut Andara dan tersesat di sana.

Rasa takut yang dideritanya bertahun-tahun terhadap kuda hitam seakan tidak berarti apa-apa saat ini, ketika kehangatan tubuh gadis yang berdiri antara dirinya dan Skyline menyelimuti, memancing sesuatu yang manis sekaligus liar untuk memberontak keluar dari dalam dirinya dan menuntut untuk dipenuhi. 

Dia tidak sadar, ketika kepalanya perlahan turun mendekat pada wewangian yang menguasai indera penciumannya. Terus turun, menghirup wewangian itu hingga aromanya menyerap dalam aliran darah dan hasrat untuk menguasai gadis itu memenuhi pikirannya.

Dalam jarak yang sangat dekat, Nicholas bisa saja mengulurkan tangan dan mengunci gadis itu di tempat, kemudian menunjukkan padanya kehangatan yang sesungguhnya. Namun, belum lagi kepalanya menyentuh kulit halus yang terpapar di depan, gadis itu tiba-tiba menoleh.

Rasa terkejut tersirat dalam iris keemasan yang membulat sempurna, seperti penerangan yang menghalau apa pun barusan yang membuat pikirannya berkabut. Nicholas segera mengambil satu langkah mundur.

"Milady, aku—" Dia mencoba menerangkan bahwa kedekatanannya tidak memiliki maksud apa pun, tapi benarkah?

"A-aku tahu, Your Grace, ini sudah tengah malam. Aku minta maaf telah menahanmu di sini. Selamat malam," ujar Andara cepat. Dan, secepat itu pula gadis itu menyelinap pergi darinya tanpa bisa dicegah, seperti Cinderella yang tiba-tiba teringat akan nasihat ibu peri, hanya saja kali ini tidak ada sepatu kaca yang tertinggal.

Hanya ada dirinya dan seekor Mustang.

THE HORSE WHISPERER [TERBIT!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang