"Andara ...," bisik Peter dengan suara direndahkan. Bibir lelaki itu sangat dekat ke daun telinga, hingga sapuan napasnya menggelitik liang pendengaran Andara.
Andara menoleh cepat dan menatap tajam. "Demi kesopanan, Your Grace, tolong panggil aku Lady of Haywood," pinta Andara tegas.
Lelaki yang bergelar Marquis of Somerset itu tertawa tanpa menghiraukan ekspresi kemarahan di wajahnya. Kemudian, dengan santai Peter mengambil posisi berdiri di sebelah Andara, terlalu dekat hingga bahu mereka bersentuhan.
Andara segera menggeser tubuhnya untuk memberi jarak setengah lengan. Tindakan itu malah memancing tawa Peter lebih keras, seolah menganggap penolakannya adalah sifat kekanakan.
"Sudah berapa kali kuperingatkan, Milord, bahwa aku tidak menyukai kedekatan yang kau tawarkan. Dan kurasa, kau harus mulai menghormati permintaanku atau aku akan kembali ke Haywood sekarang juga." Peringatan Andara tidak membuat Peter tersinggung. Lelaki itu malah melayangkan senyum yang bisa membuat para lady mengalami gemetar pada lutut.
Bukan fisik Marquis of Somerset yang tidak disukai Andara. Peter adalah lelaki yang luar biasa menawan. Postur tubuh tinggi dan ramping, rambut cokelat kemerahan terpotong rapih membingkai wajah yang bersih terawat, serta iris mata menyihir berwarna hijau zamrud, tidak ada yang tercela dari penampilan Peter.
Ditambah dengan kemampuan merayu tingkat tinggi, Andara yakin wanita mana pun akan bertekuk lutut di bawah tatapannya, tetapi bukan dia. Ada sesuatu mengenai Peter yang dirasanya dingin dan manipulatif, sehingga Andara selalu waspada ketika sang marquis berada di dekatnya.
"Maafkan aku, Andara, kekaguman membuatku lupa diri," puji Peter, seringainya mengembang sembari lelaki itu membungkukkan tubuh.
Andara menggertakkan geraham, sadar jika Peter tetap berkeras memanggilnya dengan nama. Bangsawan ini terlalu percaya diri dan tidak pernah menghiraukan kata-katanya, kecuali mengenai kuda. Dengan jengkel, Andara mengalihkan pandangannya pada kuda-kuda di depan yang sedang mengunyah rumput dalam tempat makan kayu.
"So, bagaimana kondisi Blue Moon?" tanya Peter.
Seakan mengerti namanya dipanggil, salah satu kuda yang berwarna hitam―dengan garis putih membelah di antara kedua matanya―mendengus lembut. Andara tersenyum.
"Blue Moon dalam kondisi fit dan siap berlomba, Milord. Lihat, kaki-kakinya bergerak dengan tidak sabar." terang Andara.
Keterangan barusan seharusnya membuat Marquis of Somerset girang setengah mati, tapi bukan itu yang terlihat di wajah Peter. Ekspresi lelaki itu tiba-tiba berubah dari ceria menjadi kelam. Mau tidak mau, Andara bertanya, "Ada apa, Milord?"
"Ada kabar buruk yang harus kusampaikan padamu, Andara." Marquis of Somerset berkedip beberapa kali sebelum tatapannya berubah menjadi prihatin. "Dengar, joki yang akan menunggangi Blue Moon sakit. Jadi, kurasa aku terpaksa mundur dari perlombaan ini."
"Apa? Kau yakin dia tidak datang? Nelson sangat bersemangat ketika aku mengecek Blue Moon untuk terakhir kali sebelum dia dibawa kemari. Apakah kau sudah mengirim orang untuk menjemputnya?" cecar Andara bertubi-tubi. Pada pertanyaan terakhir, dia terpaksa memajukan tubuh agar suaranya dapat didengar Peter di antara sorakan petaruh yang mulai ramai terdengar dari atas tribune.
"Ya, aku yakin. Nelson sakit―sangat sakit―dan tidak bisa datang." Menjawab pertanyaan terakhir, sepasang iris hijau itu terlihat resah sebelum mengalihkan pandangannya ke arah Blue Moon.
Dahi Andara berkerut mendengar keterangan barusan, ditatapnya Peter lekat-lekat dengan rasa tidak percaya. Nelson adalah remaja yang sangat sehat dengan antusiasme tinggi terhadap kuda. Sekalipun sakit, Andara yakin Nelson akan tetap menampakkan batang hidungnya hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE HORSE WHISPERER [TERBIT!]
Fiksi Sejarah[Wattys2019 Winner - Historical Fiction] [Gocenglengge Big-5 Winners] Andara tidak meminta untuk dilahirkan di dunia, namun apa daya Tuhan berkehendak lain. Dia terlahir sebagai buah cinta seorang bangsawan Inggris dan seorang gadis Indian dari nege...