"Jadi maksudmu Conrad yang akan menjadi joki Skyline, bukan? Aku tidak ingin Andara terluka, kau tidak boleh membiarkan dia menungganginya, Nic," ujar Lady Catherine dari seberang tempat duduk Andara. Iris biru itu menyorotkan kekhawatiran yang tulus, membuat hati Andara meleleh.
"Sudah sebulan ini, Lady Andara dan Conrad melatih kuda itu bersama, seharusnya Conrad sudah siap untuk tampil bersama Skyline. Jadi jangan khawatir, Ma," jelas Lord Nicholas menenangkan kekhawatiran ibunya.
Ketukan di pintu menghentikan percakapan mereka dalam ruang perpustakaan. Seorang pelayan masuk dan mengabarkan bahwa Lord Hartington menginginkan istrinya di peraduan. "Sepertinya papa memanggilku, Nic. Senang berbincang dengan kalian. Kemarilah, Sayang," ujar Lady Catherine sambil mendekat ke Nicolette dan mencium keningnya dengan rasa sayang, kemudian dilanjutkan dengan Lord Nicholas dan Lord Thomas.
Andara duduk menyaksikan itu ketika namanya ikut dipanggil, "Kau juga, kemarilah, Andara." Dengan rasa tidak percaya, dia bergerak perlahan ke arah Lady Catherine dan menerima ciuman sayang pada keningnya, seakan dia bagian dari keluarga.
"Terima kasih, Milady," bisik Andara dengan mata berkaca-kaca. Ternyata beginilah kasih sayang seorang ibu—tangannya lembut bagai sayap yang membelai punggung dan kecupannya sehalus mantel bulu yang hangat.
"Kau sudah seperti anakku sendiri, Andara. Oleh karenanya, jangan pergi kemana-mana, aku akan menjadi walimu pada season kali ini. Kau mau berjanji padaku?" tanya Lady Catherine sambil menaikkan kelingkingnya.
Andara tidak tau harus berkata apa, dia terlalu terkesima dengan kata-kata wanita paruh baya di depannya. Merasa terhipnotis, dikaitkan kelingkingnya pada kelingking Lady Catherine sebagai tanda persetujuan. Wanita itu tersenyum—garis usia halus memperindah wajahnya sementara iris mata sebiru air telaga itu berkilat dengan rasa senang—sebelum dia berbalik dan meninggalkan mereka berempat dalam ruang perpustakaan yang hangat.
"Kau terjebak, Lady Andara—seperti seekor tikus dalam perangkap," ujar Lord Nicholas setelah pintu perpustakaan menutup. Jemari panjangnya meraih gelas bertangkai di depan dan mereguk isinya, tetesan Martell XO itu segera tandas tak bersisa.
Lord Thomas otomatis memajukan tubuhnya dan mengisi gelas-gelas kosong di atas meja dengan cairan keemasan yang membakar tenggorokan. Sementara Andara dan Nicolette menikmati kelezatan biskuit cokelat buatan ibu khusus untuk melepas kepergian mereka besok ke Berkshire demi mengikuti Royal Ascot Derby.
"Apa maksudmu?" tanya Andara di tengah gigitannya sambil menatap Lord Nicholas dari tempat duduknya di salah satu sofa kulit yang mengelilingi perapian pada satu sisi dinding.
"Maksud Nicholas adalah ...." Nicolette mengambil gelas bertangkai dan mereguk isinya sebelum melanjutkan, "mama tidak akan berhenti sampai menemukan calon yang sepadan untukmu. Dan dia akan memastikan sebuah pernikahan terwujud," jawab Nicolette menjelaskan.
Andara tergelak mendengar penjelasan Nicolette, "Benarkah? Sayangnya, belum pernah ada bangsawan yang cocok denganku. Aku tidak ingat lagi kapan terakhir ada bangsawan yang mengetuk pintu karena tertarik denganku, bukan karena ingin menyewa jasaku. Umumnya mereka mundur bahkan sebelum sampai ke pintu depan."
"Aku tidak akan heran. Dengan caramu mengusir George seperti itu, seorang pangeran pun akan tersinggung dan langsung pergi." Andara menatap tersipu seringai indah Nicholas yang menemani kata-katanya dan bersyukur ruangan perpustaakaan ini hanya diterangi oleh perapian dan sedikit cahaya untuk menyamarkan itu.
Daun jendela yang berderak karena dilewati aliran angin musim dingin yang turun dari bukit ke arah lembah membuatnya berpaling. Andara memprediksi, dalam beberapa hari lagi butiran salju akan mulai turun menghias langit dan tanah. Biasanya pada saat itu Andara akan berada di perpustakaannya sendiri, menemani ayah membaca buku dan berdiskusi mengenai kuda dan berandai-andai jikalau mereka memiliki peternakan berskala besar. Rasanya sudah lama dia tidak pulang, apa kabar ayah?
"Mungkin kali ini mama sudah melihat calon potensial untukmu, Andara." kata Nicolette mengalihkan perhatiannya lagi ke dalam. "Kuberitahu padamu, mata mama sangat, sangat tajam—itu saja yang ingin kukatakan. Mungkin juga mama berpikir calon suamimu ada dalam ruangan ini." Nicolette melirik tajam pada Lord Nicholas yang membalasnya dengan tatapan sinis.
"Maksudmu, aku?" canda Lord Thomas mengalihkan perhatian istrinya.
"Ah ... tentunya bukan kau, Thomas. Kau ... adalah milikku, selamanya." Nicolette menarik cravat yang mengikat leher Lord Thomas dan mencium suaminya dengan intens.
Andara tidak berkedip melihat pemandangan di depan yang membuat wajahnya terbakar, betapa Nicolette beruntung memiliki Lord Thomas yang mencintainya dengan sangat. Diambilnya minuman di depan dan mereguknya dengan cepat untuk menghilangkan gumpalan yang menyumbat tenggorokan. Cairan dengan rasa manis dan hangat membuatnya santai. Tubuhnya terasa ringan seakan tumbuh sayap kecil di punggung.
"Hei! Bisakah kalian sopan sedikit, ada dua anak manusia yang belum menikah di sini," hardik Lord Nicholas menghentikan adegan mesra Lord Thomas dan istrinya.
"Ah, aku lupa—yang satu sudah sangat berpengalaman dan yang satu lagi polos hingga ke ujung rambut," goda Lord Thomas membangkitkan tawa seisi ruangan, kecuali Andara yang merasa harga dirinya disinggung.
"Siapa bilang aku polos? Aku pernah bekerja pada banyak bangsawan, termasuk Marquis of Somerset," renggut Andara.
Tawa dalam ruangan segera berganti menjadi keheningan yang janggal ketika semua mata menatapnya terpaku. Andara mengedarkan pandangan, mencoba mengingat kata-katanya barusan yang terdengar kabur, apakah dia mabuk dan telah mengatakan hal yang tidak pantas?
"Sudahlah, tidak perlu memperpanjang masalah ini. Oh ya, Andara ... Nicholas pernah bercerita, dulu dia menemukan seorang gadis kecil dengan iris keemasan seperti milikmu di dalam hutan Devonshire. Apakah itu kau?" tanya Nicolette mengalihkan topik pembicaraan.
Kepalanya terasa ringan. Meskipun begitu, Andara berusaha mengingat-ingat sebelum menjawab, "Sepertinya, aku pun pernah bertemu seorang anak lelaki di sana. Dia mengganggu kuda hitamku dan hampir mati terinjak."
"Jadi benar, itu kau?" Lord Nicholas memajukan duduknya, iris sewarna dengan Lady Catherine menatapnya lekat.
Andara tidak berkedip, lelaki itu tampak sangat tampan malam ini. Dalam cahaya yang temaram, rahang yang belum tercukur malah membuat aura maskulin sang duke menguar. Rasanya dia ingin mengulurkan jemari dan berlama-lama menelusuri tekstur kasar itu. Sial!
"Ya. Dan kau juga yang mencuri keturunan kuda hitam itu sekarang," tuduh Andara kesal. Kekesalannya lebih kepada diri sendiri, bagaimana mungkin dia membiarkan dirinya menyukai sang duke yang berlidah lebih tajam dari trisula Neptunus. Pasti minuman itu telah mempengaruhi pikirannya.
"Maaf, Milady. Biarkan aku mengingatkanmu lagi, aku membeli kuda itu—dengan sangat mahal—bukan mencurinya. Lagipula, jika aku mengenalmu lebih awal, aku tidak akan menginginkan kuda itu," potong Lord Nicholas sembari menghempaskan punggungnya pada sandaran di belakang.
Gantian Andara yang memajukan duduknya, menatap lelaki itu dengan marah. "Itulah masalah bangsawan yang paling kubenci. Semua orang ingin memiliki, walaupun sebenarnya mereka tidak benar-benar menginginkannya."
"Kupikir kita sedang membahas kuda, tapi sepertinya kau membahas hal yang lain," tukas Lord Nicholas.
Andara sedikit bersyukur bahwa Nicolette dan Lord Thomas tidak berpihak pada salah satu dari mereka, karena jika begitu maka dia sudah pasti kalah. Sedari tadi dilihatnya pasangan itu terdiam sambil menikmati biskuit cokelat dan menyimak Andara dan Lord Nicholas beradu argumen seperti layaknya penonton opera.
"Lalu di mana masalahmu, Your Grace, sehingga kau belum juga mendapatkan seorang istri?"
Lord Nicholas berdecih, "Kurasa seleraku cukup tinggi. Bagiku, semua wanita sama saja—mereka membosankan—dan mengincar apa yang kumiliki untuk kesenangan pribadinya," ujarnya malas. Lelaki itu kemudian memajukan kembali posisi duduknya, iris biru pucat menatap Andara dengan tatapan sedingin es. "Aku menginginkan wanita yang bisa menaklukkan dan membuatku tergila-gila."
Andara tidak tau apa yang membuatnya geli, tapi begitu mendengar Duke of Hartington menjabarkan persyaratan untuk menjadi istrinya, Andara tidak kuasa menahan cekikikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE HORSE WHISPERER [TERBIT!]
Ficción histórica[Wattys2019 Winner - Historical Fiction] [Gocenglengge Big-5 Winners] Andara tidak meminta untuk dilahirkan di dunia, namun apa daya Tuhan berkehendak lain. Dia terlahir sebagai buah cinta seorang bangsawan Inggris dan seorang gadis Indian dari nege...