Baru separuh tubuh Nicholas muncul dari pintu perpustakaan, suara Thomas menyapanya riang dari balik meja kerja. "Ah ... Lord Nicholas! Masuklah kakak iparku." Kemudian, senyum lelaki itu mengembang semakin lebar, binar cinta bekerlip di matanya melihat sang istri muncul dari punggung Nicholas.
"Gunakan basa basimu di tempat lain, Thom," hardik Nicholas.
Seperti burung elang yang menghampiri pemiliknya, Nicolette melepaskan tangan dari Nicholas. Tubuh rampingnya dengan ringan menyeberangi tatanan sofa besar berlapis kulit untuk beradu dalam pelukan Thomas, suaminya. Bibir keduanya yang bertemu, menimbulkan bunyi yang mengusik telinga Nicholas seperti seekor serangga pengganggu.
Duke of Hartington memalingkan wajah pada bufet dari kayu mahogani berpintu kaca yang berisi koleksi minuman Ayah dan mendekat. Jarinya sedang menelusuri berbagai merek minuman beralkohol yang berjajar rapi di atas rak, ketika suara Thomas memecah konsentrasinya. "Kudengar sesuatu terjadi di bawah tribune tempo hari. Sesuatu yang kau sembunyikan dan tidak kau ceritakan kepadaku ataupun adikmu."
Nicholas melirik ke belakang, pemandangan Thomas yang memeluk Nicolette dan menumpukan kepala pada lekuk leher adiknya sungguh membuat iri. "Oh ya? Apa itu?" tanyanya acuh, lalu mengembalikan pandangannya ke depan.
Tatapannya kembali menelusuri satu per satu koleksi botol yang berisi minuman menggiurkan, sebelum memutuskan untuk meraih sebotol Singleton―scotch whiskey—berusia lima belas tahun dan menuangkan cairan berwarna karamel itu dalam gelas kristal.
"Kau menginginkan Lady Andara, kata Robin."
Hampir saja dia menyemburkan minuman mahal yang baru menyentuh lidah bagian dalam, kemudian memutuskan untuk menelannya dengan terbatuk-batuk. Tenggorokannya terbakar, tapi panas pada tubuhnya bukanlah efek dari minuman yang ditenggaknya barusan, tawa Thomas dan Nicolette-lah yang membuatnya gerah.
"Di istal, okay? Aku menginginkannya di istalku, apakah ada yang salah? Gadis itu memang seharusnya berada di sana, bukan?" Nicholas beranjak, lalu duduk pada salah satu sofa besar.
Baru saja punggungnya merasa nyaman saat bersandar pada bantalan empuk di belakang, kembali Thomas mengusiknya, "No-no-no, Nic. Ketika Robin mengulang kata-katamu pada Lady Andara, aku merinding."
Nicholas berdecih membalas seringai aku-tahu-niat-burukmu yang dilemparkan Thomas dari seberang tempat duduknya. "Terserah apa yang kau pikirkan, tetapi aku menginginkan gadis itu untuk melatih kudaku, titik! Asal kau tahu, baru kali ini aku dikalahkan di The Windsor Derby, yang desain arena pacunya paling sederhana ketimbang arena pacu yang lain."
"Lalu, dia menolakmu," ujar Thomas singkat, menghiraukan penjelasan Nicholas sebelumnya.
"Apa?" Nicolette membalikkan tubuh cepat menghadap Thomas, kemudian kembali menatap Nicholas. "Lady Andara menolakmu? Benarkah?"
"Kalau kau melihatnya dan menurutmu Lady Andara menolakku, artinya kau tidak bisa menilai seorang lady dengan baik. Bibirnya mungkin menolak, tapi bahasa tubuh yang ditunjukkan jelas tidak."
Pikiran Nicholas kembali pada iris keemasan yang menatapnya tak berkedip dan merasakan arus listrik menjalar di atas kulitnya ketika tatapan mereka bertemu siang itu di bawah tribune penonton.
"Kau membela diri." Perkataan Thomas membuyarkan ingatannya.
"Absolutely not, buat apa aku membela diri?" sergah Nicholas dengan kesal. Mungkin ini efek dari tidur yang tidak nyenyak, Nicholas mulai gusar dengan pernyataan-pernyataan yang dilontarkan Thomas.
"Kalau begitu, apakah kau juga menginginkannya di tempat lain selain di istalmu? Seperti ... di atas ranjang, mungkin?" goda Thomas.
"Sial kau, Thom. Aku tidak akan terpancing dengan pertanyaanmu," hardik Nicholas dengan wajah merah.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE HORSE WHISPERER [TERBIT!]
Historical Fiction[Wattys2019 Winner - Historical Fiction] [Gocenglengge Big-5 Winners] Andara tidak meminta untuk dilahirkan di dunia, namun apa daya Tuhan berkehendak lain. Dia terlahir sebagai buah cinta seorang bangsawan Inggris dan seorang gadis Indian dari nege...