Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
______
"Geran, kok kamu nggak liatin aku sih? Kenapa malah liatin yang lain!!" kesal Putri dengan mengerucutkan bibirnya.
Bukannya gemas dengan tingkah Putri Geran semakin tak suka dengan gadis itu. Dia menepis pelan tangan yang merangkul lengannya.
"Bisa nggak sih? Lo nggak usah meluk tangan gue kayak gitu? Gue malu!" tekan Geran dan menarik perhatian tiga orang lainnya di meja mereka.
Azura dan Sarah menatap datar perempuan seperti lintah itu. Mereka saling menatap dan berdecih setelahnya.
"Manja."
"Menye-menye."
Ujar keduanya bersamaan dengan nada pelan. Kemudian mereka tertawa bersama.
"Ahahaha! Nggak nyangka gue kalo lo orang yang kayak gitu juga ya?"
"Ahahaha, kita bisa seserver anjirrrr."
"Yosh, kapan-kapan kita jalan bareng siapa tau barang kita beli samaan juga.
"Wih bisa jadi tuh. Yoklah gas!"
"Puffttt- ahahaha!!"
Orang-orang menatap mereka aneh, apalagi Zero dan Geran.
"Mereka kenapa?"
Geran menggeleng. "Gue nggak tau."
Sedangkan Putri, mengepalkan tangannya di bawah meja. "Sial! Dia berani menarik perhatian Geran? Sudah siap mati ternyata," batin Putri.
____
Seorang gadis bersenandung ria. Di tanganya ada sebuah katana mengkilap dengan ukiran rumit tapi indah.
"Hey hey hey, apa kau tau? Tak lama lagi kita akan merasakan mandi darah."
"Kau tak sabar dengan itukan?"
Gadis itu menghirup dalam bau katananya. "Mari kita membalaskan dendam Papa dengan kejam. Dua kali lebih kejam daripada mereka melenyapkan Papa."
Ya, gadis itu adalah Azura. Dia duduk di kursi kebesaran papanya. Ya, Azura berada di mansion pertamanya. Semua senjata miliknya dipindahkan ke ruangan papanya, lagi pula.. Tak akan ada yang masuk kedalam walaupun mamanya sendiri. Mamanya tak lagi mau datang ke mansion ini, karena takut mengingat kejadian dulu.
Azura menyarungkan kembali katana kesayangan dan meletakkan di kotak kaca. Dia berjalan ke rak buku, mendorong salah satu buku di sana dan terbukalah pintu rahasia yang ia temukan kala memindahkan senjatanya.
Di dalam ruangan rahasia itu, terdapat beberapa komputer, sebuah lemari kaca dengan berbagai senjata di dalamnya. Ruangan itu cukup luas, ada sofa dan tv di dalamnya. Sebuah jubah hitam dengan dengan lambang tengkorak burung bangkai.
Azura kembali menekan-nekan tombol-tomblo keyboard. Di sana banyak sekali file-file penting seperti data perusahaan dan data sebuah organisasi rahasia.
"Gangster? Mafia?" gumam Azura.
Jarinya bergerak lincah di papan keyboard mencari informasi lainnya. Di tertegun, tanganya berhenti di udara. Dengan tangan gemetar dia meraih handphone dan menelpon seseorang.
"Hal-"
"Fox, cari sesuatu tentang Mafia Shipwreck!" kata Azura tanpa menunggu orang di sebelah sana menjawab lebih dulu.
"Hey hey, kenapa tiba-tiba? Apa ini sangat penting?"
"Sudah, cepatlah cari! Aku tunggu besok!"
Tut
Orang di seberang sana mendengus kesal. Dia menatap nama kontak Rabbit di handphonenya.
"Pantas saja dia disebut Rabbit, tak memberikan orang bernafas. Aish!" Gerutu orang itu dan tetap menjalankan apa yang diminta Azura.
Kembali ke Azura. Gadis itu menyeringai, jika dugaannya tepat Mafia itu masih aktif sampai sekarang. Jadi apa yang akan di lakukan nya nanti?
"Ahahaha, ternyata menyenangkan juga di dunia ini," ujar Azura lalu keluar dari ruangan itu. Tak sabar menunggu hari esok.
______
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.