Setelah kepulangan Nyonya Lenia setelah makan malam, Azura dan Zero meminta izin pada kedua orang tuanya untuk keluar dengan alasan bahwa tak ingin menganggu mereka berdua membuat adik kecil untuk nereka. Dan tentu saja mendapat delikan tajam dari sang mamah, sedangkan Leonardo mengacungkan jempol pada keduanya.
"Jadi?" Zero membuka percakapan di mobil mereka.
Azura menaikan sebelah alisnya tak paham. "Apa?" balasnya.
"Ck! Jangan pura-pura bego lo!" kesal Zero.
Ahh, Azura paham.
"Tapi ... gue gak akan kasih tau lo siapa, nanti rencana gue hancur kalo lo tau," ujar gadis itu cuek.
"Lo-"
"Tenang, lo dapet bagian juga kok."
Zero mendengus, siapa orang itu? Kenapa Azura sangat merahasiakan nya?
"Trus ini kita kemana? Perasaan dari tadi muter-muter mulu," ujar Azura, ada sedikit nada bosan di kalimatnya.
Zero berpikir sejenak, terlintas ide jahil di pikiran nya. Tiba-tiba laki-laki menaikkan kecepatan laju mobilnya agar segenap sampai di tempat tujuan.
____
Azura menatap jengah bangunan di depannya. Tebak, mereka sekarang berada dimana? Jika kalian menebak club maka itu benar. Sekarang mereka berdua berada di club.
"Ayo masuk," ajak Zero seraya menarik tangan Azura untuk mengikutinya.
Azura menepis tangan Zero pada lengannya, dia menatap tajam Zero. "Lo mau mati bawa gue ke tempat berisik gini heh?" ujar Azura dengan aura membunuh.
Zero mentralkan gugup, dia berpura-pura acuh dengan perkataan Azura. "Udah, ayo masuk. Gue jamin, pas lo masuk hanya ada kesenangan di dalam."
"Ck. Iya, gue tau, hanya ada kesenangan di dalam. Seneng buang-buang uang maksudnya," balas gadis itu datar.
Zero berdecak, kenapa gadis ini sangat susah untuk dirayu masuk kedalam. Dengan terpaksa dia menarik tangan Azura masuk kedalam. Sedangkan gadis itu memberontak tapi tangannya tak bisa di lepaskan.
____
Azura menatap datar Zero yang asik berjoget ria di lantai dansa dengan keadaan setengah mabuk. Lalu kembali menatap laki-laki yang duduk di depannya sambil meminum sampanye miliknya.
Azura meraih gelas minuman yang rendah alkohol nya dan menyesapnya pelan. Dia tak boleh mabuk, jika dia dan Zero mabuk siapa yang membawa mereka pulang? Menginap di club ini, jangan gila.
"Lo pacarnya Zero?" tanya laki-laki itu dengan menatap Azura.
Gadis itu menaikan sebelah alisnya sambil balik menatap laki-laki itu, "gue bukan pacar Zero. Gue saudaranya," jawab Azura.
"Pantesan, wajah kalian mirip."
Azura menyerit, "lo orang pertama yang bilang wajah gue sama Zero mirip." kata Azura.
"Hah? Wajah kalian memang mirip- kalo di liat baik-baik."
"Hm."
_____
Jam sudah menunjukkan pukul 23:45 tapi sedari tadi Zero masih belum muncul di hadapannya. Dia sudah capek duduk terus dia kursinya bersama laki-laki yang bernama Geran.
"Ck, sialan laki-laki itu. Jika ku dapatkan dia sedang bersenang-senang, jangan harap aku akan melepaskan nya." gumam Azura kesal, dia menggenggam gelas kaca itu kuat dan untung tak pecah.
Azura menuangkan sampanye milik Geran di gelasnya saking kesalnya, dia menyesap dengan cepat tapi setelahnya dia merasakan panas di tenggorokan nya.
"Anjir, lain banget rasanya."
"Lo ngapain minum itu?" tanya Geran.
"Gue gak liat, gue lagi kesel!"
Azura menuangkan kembali dan meminumnya hingga beberapa kali. Dan sekarang Azura sudah mabuk di buatnya dengan bergumam tak jelas. Geran yang melihatnya tersenyum kecil, menggemaskan sekali gadis ini.
Tiba-tiba Azura berdiri dari duduknya, berjalan dengan sempoyongan ke lantai dansa. Dia berjoget ria, tak peduli lagi pada sekitar walaupun sudah menabrak orang-orang.
Geran terkekeh dan menghampiri gadis yang menurutnya aneh itu. Laki-laki itu menarik tangan Azura dengan lembut tapi karena memang Azura sudah tak punya tenaga, alhasil jatuh ke pelukan Geran.
"Duduk aja," kata Geran dan membawa Azura bersamanya kembali. Tapi gadis itu menolak dengan mendorong tubuh Geran kuat, "gue masih mau joget. Lo aja yang duduk sana!" kata Azura agak kesal. Kesenangan nya terganggu.
Tiba-tiba musik yang di mainkan semakin menjadi dan itu membuat Azura tertawa puas. Dia bergoyang tak karuan bersama orang lainnya. Sedangkan Geran dia hanya memerhatikan Azura dan menjaganya agar tak berdempetan dengan yang lainnya.
"Geran! Ayo joget!" teriak Azura dan membawa Geran ikut bergoyang bersamanya. Geran tersenyum melihat Azura yang tertawa bebas.
"Geran! Lo pernah ciuman gak?!"
Geran mengangkat sebelah alisnya. Kenapa gadis ini tiba-tiba bertanya hal aneh? Dan laki-laki itu hanya menjawab dengan gelengan.
"Yahhhh, padalah gue mau nyoba. Tapi karna lo belum berpengalaman, gue gak mau sama lo."
Geran menggeram kesal, entahlah dia begitu kesal mendengar Azura akan berciuman dengan laki-laki lain. Ditariknya tangan Azura hingga tubuh mereka berdua saling berdempetan, menahan tengkuk Azura dan mencium benda kenyal basah itu sedikit kasar. Manis, itu yang dirasakan oleh Geran.
Azura menikmati setiap sentuhan lidah Geran yang menari mengapsen setiap bagian dari dalam mulutnya. Di kalungkan tangannya di leher Geran mengikuti permainan laki-laki itu.
"Samuelhh..." desah Azura kala tangan Geran menelusup kedalam hoodie yang di pakainya. Geran sempat tertegun dengan perkataan Azura, tapi setelah tersenyum dan melumat lembut bibir Azura yang manis itu.
"I got you!"
Jangan lupa vote O(≧▽≦)O
KAMU SEDANG MEMBACA
Mysterious Girl
AcciónZaliana Azura Raymond. Sedikit kisah tentangnya. Masa lalunya, Masa depannya, dan Balas dendamnya. *** 03/03/2022 19/07/2022 ***