Chapter 10~

16.3K 1.4K 7
                                    

_______

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_______

"Mama, Deddy, Tuan Lucifer, aku permisi dulu. Aku harus mencari Zero," potong Azura dipercakapan mereka setelah lama diam.

Mereka menoleh, mereka hanya mengangguk mengiakan. Setelah Azura pergi Leonardo terpikir sesuatu di kepalanya.

"Apa sebaiknya kita menjodohkan Azura dan Geran? Sepertinya mereka akan cocok," ujar Leonardo tersenyum penuh arti.

"Aku juga setuju," balas Lucifer, mengangguk.

"Bagaimana Alasya?" Leonardo pada istrinya yang melamun.

"Aku tidak bisa berkata setuju, sebelum Azura yang mengatakannya. Kita tak bisa memaksanya, walau pun dia menyetujui perkataanku, tapi itu seperti tak menghargai pendapatnya," ujar Alasya.

"Aku tau, tak mungkin melakukan perjodohan itu tanpa persetujuan Azura. Dia juga berhak menyampaikan pendapatnya, apalagi Zero. Sepertinya dia akan sedikit protective nanti pada Azura."

Alasya tersenyum, dia tak salah menerima Leonardo.

____

"Ck! Zero di mana sih?!" geram Azura karena sedari tadi dia tak menemukan Zero padahal dia sudah mengelilingi rungan altar pernikahan itu.

Tiba-tiba terlintas sesuatu di kepalanya, dia berdecak dan membalik arah berjalannya. Dia berjalan dengan tenang dengan wajah teduh dan anggun.

Tamu-tamu undangan berdecak kagum dengan kecantikan Azura. Siapa yang tidak tertarik dengan kecantikannya? Mata teduh hitam pekatnya, hidung mancung, pipi tirus, apalagi bibir merah berwarna cery semakin membuatnya terlihat menggoda untuk para lelaki. Dan membuat para wanita merasa merendah.

____

Azura menatap datar laki-laki dan perempuan yang sedang bercumbu di atas sofa. Dengan langkah pelan, dia berjalan dan duduk di sofa single, meraih segelas wine dan menyesapnya pelan.

"Apa bermain seperti itu asik?"

Perkataan Azura sontak membuat kedua orang itu terkaget. Perempuan yang duduk di pengkuan Zero turun dengan cepat dan berlari keluar dari dalam kamar itu.

"Tck, kebiasaan lo ah!" decak Zero dan mengusap bibirnya dengan punggung tangan.

"Ya, jangan salahin gue. Lo aja kenapa yang kunci pintu? Coba aja kalo bukan gue yang masuk?"

"Ck!"

"Lo belum jawab pertanyaan gue," ujar Azura setelah beberapa saat hening.

"Pertanyaan yang mana?"

"Asik nggak main kayak tadi?" ulang Azura dan sekali lagi wine nya.

"Main, maksud lo?" balik tanya Zero dengan menaikan sebelah alisnya.

"Ya ... yang kayak tadi. Cipokan!" kata Azura agak kesal.

"Ohh..."

Zero tersenyum nakal, terlintas ide jahil dipikirannya. "Kenapa? Lo penasaran sama rasanya?" tanya Zero dengan senyum miring.

"Nggak."

"Trus kenapa lo tanya? Gue bisa loh ngajarin lo," kata Zero dengan menaik turunkan alisnya beberapa kali.

"Nggak. Nggak minat."

"Ck, bilang aja lo penasan, kan? Pengen nyobainkan? Ayok sini praktek sama gue. Tenang, gue udah pro kok."

Zero mendekati Azura dengan tersenyum jahil, dia menopang tubuhnya pada sandaran kursi sambil menatap Azura. Azura membelalak, dia menatap garang Zero seraya menjauhkan wajahnya.

"Ngapain lo?! Geser nggak lo?!" teriak Azura.

"Ayok sini."

Zero semakin mendekatkan wajahnya, dia tertawa dalam hati karena menjahili Azura. Baru kali ini dia berhasil menjahili adik kembarnya itu.

"Jauhan bangke?! Bau jigong anjirr!" teriak nya sambil menahan wajah Zero agar tak mendekat.

Tapi seperti menulikan telinganya, Zero tetap mempersempit jarak wajah mereka berdua. Hingga Azura jengah dan menendang aset berharga Zero.

"Akh! Sakit bangke!" teriak Zero kesakitan sambil memegang aset nya.

"Makan tu aset lo!" seru Azura dan tertawa.

Zero terpukau dengan tawa Azura, baru kali ini rasanya dia melihat tawa Azura yang begitu lepas. Biasanya gadis itu hanya menampilkan raut wajah datar dan teduhnya.

Gadis itu berdiri dengan masih tertawa, dia berjalan kearah pintu, tapi teringat Zero yang masih tergeletak di lantai, dia berbalik dan menyeret kerah jaz Zero dan menariknya keluar bersamanya.

"Astaga! Lepasin Zalin oy! Masih sakit ini!"

____

Zero mencebik kesal pada Azura yang sedang menampilkan senyum manisnya. Saat ini, mereka berdua sedang duduk di salah satu meja memperhatikan para tamu undangan yang sedang memberikan ucapan di depan sana.

"Awas lo Za, habis sama gue!" gumam Zero yang hanya terdengar olehnya sendiri.

Tapi sepertinya itu tidak mungkin terdengar olehnya sendiri. Azura menoleh pada Zero dengan datar dan mengeluarkan aura intimidasinya.

"Merinding njirrr," gumam Zero seraya mengusap tengkuknya yang terasa dingin, tapi tak menyadari kalau Azura yang mengeluarkan aura itu.

______

Jangan lupa vote \( ̄▽ ̄;)/

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vote \( ̄▽ ̄;)/

Mysterious GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang