Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Seorang gadis menggeram di kamarnya, dia sedang membalut luka tusuk di perutnya. "Untung saja tak cukup dalam!" desisnya.
Setelah membalut lukanya, gadis itu memakai pakaian oversize juga celana hotpans dan turun ke bawah.
Azura mendengar suara tawa di ruang keluarga tapi dengan cuek gadis itu berjalan ke dapur. Dia melihat mamanya yang sedang memasak di bantu pelayan lain, mendekat ke arah mamanya dan mencium kilat pipi Alasya.
Wanita itu menoleh dengan kaget, Azura melihatnya dan terkekeh. "Kirain siapa," ujar Alasya dan melanjutkan kegiatannya.
Azura berjalan ke arah lemari es, membukanya dan mengambil satu minuman bersoda, berjalan ke arah mini bar, duduk dan minum di sana sambil memerhatikan mamanya.
"Semalam kamu ke mana sampe malam banget pulangnya?"
Azura menghela nafas. "Sarah ngajakin aku temenin dia galau-galauan, disuruh keliling kota sama mall, pasar malam. Untung tu anak gak kepikiran ke bar," jelas Azura, tentu saja bohong. Tak mungkin dia mengakatan jika semalam terjadi bunuh-bunuhan. Bisa-bisa mati digantung dia.
"Oohh. Kamu nggak ngumpul di depan? Ada temen kakak kamu kayakanya," ujar Alasya.
"Males," balas Azura.
"Nggak boleh gitu. Sana," perintah Alasya dan Azura menghela nafas berat. Dengan malas dia berjalan ke ruangan keluarga.
Dahi gadis itu berkerut menatap seorang perempuan yang juga ada di sana. Melirik Zero yang juga melihatnya, meminta penjelasan.
"Hay," sapa gadis yang tak lain adalah Putri. Gadis itu tak lepas dari Geran, membuat Azura menatapnya jijik.
"Ck, ngapain kalian bawa ni cewek ke sini? Merusakan mata aja!" desis Azura kala duduk di tengah-tengah Zero dan Wiski setelah laki-laki itu menggeser duduknya.
"Dia ngerengek mau ikut," balas Wiski berbisik pada Azura.
Azura menyerit. "Lo siapa juga ada di sini?" ujar sinis gadis itu.
Wiski mengerjap, dia bergerak sedikit menjauh dari Azura. "Gue temen Zero, otomatis ya ... ada di sini," kata Wiski sambil mengalihkan pandangannya.
Wiski kembali menatap Azura. "Lo beneran nggak kenal gue? Waktu lo di rumah sakit gue juga jengukin lo," ujar Wiski heran.
"Lo pernah jengukin gue?" Azura menoleh pada Zero. "Zer, lo pernah bawa dia jenguki gue?" tanya gadis itu pada Zero.
"Lo- beneran nggak kenal gue?! Jbl jbl jbl, jahat banget loohhh," kata Wiski dengan mendramatis sambil memegang dadanya.
Mereka melihat Wiski dengan pandangan jijik. "Gue nggak punya temen kayak dia," ujar Sergi pelan.
"Bukan temen gue," balas David.
"Nggak kenal," timpal Gevin menatap horor ke arah Wiski.
"Kamu nggak boleh kayak gitu."
Pandangan mereka berpindah pada Putri, gadis itu masih saja menempel pada Geran membuat siapa saja jengah melihatnya. Jangankan orang, Geran sendiri sudah muak dengan gadis itu.
"Siapa lo?"
Sontak pertanyaan Azura hampir membuat mereka tertawa. Putri mengerucutkan bibirnya, "Geran~ mereka ketawain aku," ujarnya dengan air mata sudah mengalir di pipinya.
"Ck. Udah, jangan nangis, kalian juga jangan ketawain Putri," ujar Geran dengan malas.
Bukannya mereka berhenti, mereka semua tertawa terbahak, begitu juga dengan Azura. Gadis itu puas melihat wajah marah Putri.
"Ra, lo mau nggak besok kita jalan? Berdua?"
Zero menghentikan tawanya dan menatap Sergi tajam, ternyata ancamannya hari itu tak di dengar laki-laki ini.
"Besok malam, malam minggu ya?" kata Azura seraya berpikir. "Bolehlah, gue juga nggak ada acara apa-apa di rumah," kata gadis itu. Kapan lagi yakan jalan dengan laki-laki hanya berdua, apalagi Sergi itu tampan.
"Oke, gue jemput jam tujuh."
"Weh, apa-apaan nih main jalan berdua. Nggak bisa, kita ikut!" timpal David. Apa-apaan mereka, mereka bersenang-senang tanpa dirinya begitu? Huh! Dia tidak terima!
"Iya! Gue ikut! Gue nggak bakal biarin Zalin jalan berdua sama lo!" uiar Zero.
"Gue mah ikut aja," kata Wiski.
"Gue ikut deh, sekalian ajakin Sira buat balikan."
Perkataan Gevin membuat tatapan ejekan dari David. "Kena karma kayaknya si Gevin," ujar David menatap Gevin remeh.
"Nggak bisa move on ternyata si Gevin ya?" timpal Wiski.
"Tunggu, Sira yang mana?" kata Azura. Dia seperti tidak asing dengan nama Sira, apa Sira yang di bawa Zero, atau Sira yang lain.
"Sira yang kemarin gue bawa kenalin ke Mama!" jawab Zero.
"Lah? Dia bukannya pacar lo Zer? Kenapa temen lo mau deketin? Wah mau ada pebinor ya?" ujar Azura menatap polos Zero dan Gevin bergantian.
"Lo pacaran sama Sira?! Setan lo!" teruak Gevin marah.
"Lah kok ngamok! Lo aja yang kelamaan! Siapa suruh sok jadiin pelampiasan hah? Mamam tu pelampiasan!" balas Zero, terima di teriaki.
"Ck, bangsat!!" umpat Gevin.
Dia sadar siapa yang salah disini. Memang awalnya dia menembak Sira untuk pelampiasan, tapi lama-kelamaan laki-laki mulai menaruh perasaan pada gadis itu. Tapi semua di tepisnya, sehingga memutuskan untuk putus dengan Sira setelah telah melupakan mantannya. Bukanya dibuat tenang karena telah melupakan mantannya, Gevin dibuat gelisah oleh Sira.
Gadis itu selalu muncul di kepalanya, kadang juga dia akan membeda-bedakan pacarnya yang baru dengan Sira. Apapun Sira, hingga membuat laki-laki tak tahan dan ingin berbalikan. Tapi itu tak mungkin, Zero sudah menjadi pacar gadis itu dan tak memungkinkan kalau Sira masih menyukainya juga.
Dia masih bisa saja merebut Sira dari Zero, tapi apa daya. Dia tak mau pertemanan mereka rusak hanya karena seorang perempuan. Dia mengikhlasakannya.
"Udah, jangan di ejek mulu si Gevin-nya kasian tau," potong Putri kala David hendak mengejek Gevin lagi.
Tak ada yang merespon ucapannya, mereka asik menjahili Gevin. Seakan yang Putri katakan hanyalah angin lalu.
Azura tersenyum dalam hati melihat gadis itu memandang nya penuh dendam.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Oh ya, jangan lupa vote. Karena kalau kalian vote aku tambah semangat buat up. Tapi kalo gak mau juga gak papah.