09. Pembelaan

761 52 2
                                    

Hallo selamatt malam gaess maaf baru up habis belajar buat besok US hehe
-
-
-

“Duka tak selamanya ada dan kebahagiaan tak selamanya bertahan. Semua seimbang. Tetapi, kebanyakan orang egois dan hanya menginginkan kebahagiaan dalam hidup mereka tanpa tahu bahwa duka juga menunggu waktu yang tepat untuk datang.”

- Alena Zealinne Artharendra

•••♡•••


HAPPY READING😘😍

“Bu!” Haruna mengangkat tangannya. “Yang sebenernya nyontek bukan Alena, tapi ... Alona!” tuturnya.

Bu Dewi mengerutkan keningnya bingung. “Maksud kamu? Jelas-jelas disini kertas Alona yang ada dibawah! Sudah tentu Alena yang menyontek, bukan Alona!”

Alona kembali tersenyum licik saat mendengar pembelaan Bu Dewi. Gadis itu memang sengaja mengumpul jawaban ulangannya terlebih dahulu agar dirinya tak dituduh menyontek.

Gadis keturunan Jepang itu memutar kedua bola matanya malas. “Ibu gak boleh pilih kasih! Saya liat sendiri Alona langsung ngambil kertas ulangan Alena dan salin semua jawabannya!” Haruna masih kekeh pada pengakuannya.

“Saya gak bisa percaya sebelum ada bukti! Saya menginginkan Bukti agar semuanya bisa lebih jelas!”

“Pasti gak ada buktinya lah, Bu! Orang Haruna cuma ngarang! Udah pasti Alena yang nyontek sama saya! Gak mungkin juga saya nyontek sama orang bodoh kek dia!” Alona memberi pembelaan terhadap dirinya sendiri.

Haruna menatap Alona tajam. “Saya udah rekam semuanya! Dan bukan cuma Alona. Banyak lagi siswa yang melakukan kecurangan dengan cara menyontek!” paparnya.

Alona membulatkan matanya sempurna. Bodoh sekali dirinya tak menyadari bahwa Haruna sudah merekamnya. Padahal Haruna tepat berada di belakangnya. Tak hanya Alona, bahkan hampir seluruh siswa terkejut mendengar penuturan gadis putih itu. Apalagi yang merasa telah melakukan kecurangan.

Haruna segera berdiri dari bangkunya dan memperlihatkan Video itu pada Bu Dewi.

Terlihat kemarahan dari wajah Guru Killer itu setelah melihat Video rekaman Haruna. Wanita itu langsung menggebrak meja kuat dan menatap satu persatu siswanya.

“Berani sekali kalian menyontek di belakang saya! Disini, hanya Alena, Haruna, Regal, Keral, dan Lenara yang berlaku jujur. Dan yang lainnya ....” Bu Dewi langsung melempar kertas milik seluruh siswa. kecuali kertas milik kelima siswa tadi.

“Nilai Biologi kalian semua Nol! Saya gak suka sifat seperti ini! Kalian pikir kalian udah hebat sampe mau berlaku curang?! Mulai sekarang, saya akan lebih ketat dalam menjaga kalian! Apa yang bisa di harapkan dari murid-murid seperti kalian ini?!”

“Dan kalian semua akan saya hukum hormat di tiang bendera sampai jam pulang! Kecuali lima siswa tadi. Ulangan mereka akan tetap saya terima dan mereka tidak akan mendapatkan hukuman dari saya! Selebihnya, jangan harap saya kasih kebebasan!”

Bu Dewi melirik Alona tajam. “Dan kamu ... Hukuman kamu akan lebih berat karena berani menyontek dan menutupi kesalahan kamu. Sama saja kamu seperti memfitnah Alena yang jelas-jelas adalah korban dari kecurangan kamu! Dan sebagai hukumannya, kamu harus mencuci toilet sekolah selama seminggu penuh!”

“Tapi—”

“Mau saya kasih hukuman yang lebih berat?!” tanya Bu Dewi yang langsung dibalas gelengan oleh Alona.

“Baiklah, pelajaran hari ini selesai! Jangan lupa laksanakan hukuman kalian! Setelah selesai menjalankan hukuman baru kalian boleh pulang ke rumah masing-masing! Paham?!”

Alena Zealinne Artharendra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang