“Jangan berbangga diri atas keberhasilanmu. Tetapi gunakanlah keberhasilanmu untuk memotivasi orang lain.”
- Alena Zealinne Artharendra
•••
Alzean melirik Alena yang tampak termenung sambil menatap keluar jendela mobilnya. Bagaimanapun Alena tetaplah gadis yang kesepian. Selama ini dirinya sudah terbiasa sendiri tanpa orang lain. Tak ada yang menemaninya selain dirinya sendiri.
“Mau mampir makan dulu atau gak?”
Merasa tak mendapatkan jawaban. Alzean lantas menghentikan mobilnya hingga membuat Alena secara refleks menoleh kearahnya. Gadis itu mengerutkan keningnya seolah bertanya.
“Lo gak pantes mikirin mereka. Selama ini apa mereka pernah mikirin Lo? Sekali aja pikirin diri Lo sendiri.”
Alena menggeleng. “Gue gak bisa ....”
“Sekali aja dengerin gue!”
“Gue gak bisa, Al. Bagaimanapun mereka keluarga gue. Sejahat apapun mereka, mereka tetep Keluarga gue. Mama yang udah lahirin gue. Seenggaknya papa pernah sayang sama gue walaupun cuma sebentar. Itu semua gak bakal bisa gue bales.”
“Kalo dilahirin cuma buat disiksa percuma! Please. Please kali ini aja dengerin gue. Lo baik. Lo gak pantes diginiin.”
“Gue tau Lo mau yang terbaik buat gue. Tapi kali ini gue gak bisa. Gue gak bakal bisa berhenti mikirin mereka.”
Alzean menghembuskan nafasnya kasar. Bagaimanapun usahanya untuk menyakinkan Alena tetaplah tak akan berhasil. Gadis keras kepala ini memang terlalu baik hingga membuat semua orang semena-mena padanya.
“Mau makan dulu atau langsung pulang?” Alzean bertanya seolah ingin mengalihkan pembicaraan.
“Mau makan seblak.”
“Gak! Ntar sakit perut!”
“Kok gitu? Yaudah Mie Ayam!”
“Gak baik makan mie Mulu!”
“Siomay?”
“Terlalu pedes!”
“Kan bisa beli yang gak pedes!”
“Gak!”
“Yaudah Bakso!”
Alzean berpikir sejenak kemudian mengangguk. “Oke.”
“Ya sama aja ada mie-nya!”
“Terserah gue.”
Alena menatap Alzean pasrah. Apakah menjadi kekasih seorang Alzean akan sangat menyebalkan seperti ini? Makan ini itu dilarang? Sudahlah! Lebih baik dirinya diam daripada harus mendapat teguran dari tuan besar untuk yang kesekian kalinya.
“Al ....”
“Hm?”
“Makasih buat semuanya.”
“Ini udah keseratus kalinya Lo bilang makasih. Gue capek selalu jawab sama-sama.”
Alena terkekeh kecil. “Kadang gue heran sama Lo. Kadang tuh ya. Lo suka bikin gue salting sampe kena serangan jantung. Kadang juga Lo dingin banget kayak kulkas dua pintu. Kadang Lo nyebelin.”
“Tapi gue ganteng.”
“Gue juga cantik.”
“Dih. Jelek gitu.”
“Gue cantik di mata gue sendiri!”
“Tapi di mata gue Lo gak cantik.”
Alena menatap Alzean nyalang hingga membuat lelaki itu tertawa kecil. Menurut Alzean, tatapan Alena barusan mirip seperti singa menggemaskan yang ingin menerkamnya.
“Di mata gue Lo selalu jadi yang tercantik.”
“Tuhkan bikin salting lagi!”
“Lo yang mancing gue!”
•••
Alzean tersenyum tipis saat melihat bagaimana lahapnya Alena memakan makanannya. Seperti yang tadi ia janjikan. Alena benar-benar memesan bakso. Bahkan dalam porsi yang banyak.
“Mau gak?” Alena hendak mengambil satu sendok bakso untuk Alzean. Namun di tolak mentah-mentah oleh sang empu.
“Gue kenyang.”
“Yaudah.”
Alena kembali melanjutkan acara makannya tanpa memperdulikan Alzean yang hanya diam sambil memperhatikannya. Menikmati setiap suapan yang masuk kedalam mulutnya. Benar-benar nikmat!
Alena menghentikan aktivitasnya saat tiba-tiba teringat sesuatu yang kembali membuat jantungnya berdebar kencang. Saat dimana Alzean menyatakan perasaannya. Hingga saat lelaki itu membantunya keluar dari gudang. Hal-hal kecil itu mungkin akan menjadi kenangan terindah baginya.
“Kenapa?” tanya Alzean saat melihat Alena tiba-tiba menghentikan makannya.
Beralih dari kenangan indah tadi. Alena teringat akan saat-saat dimana dirinya dan Alzean menjauh. Mengingat semua itu membuat hatinya terenyuh. Apakah sejahat itu dirinya dahulu pada Alzean yang begitu mencintainya?
“Kenapa Lo masih mau sama cewek yang udah jahat banget sama Lo. Gue udah jauhin bahkan sakitin Lo ....”
“Kapan Lo jahat? Justru gue yang jahat udah nyia-nyiain cewek sebaik lo. Dulu gue terlalu cinta sama Alona sampe gak sadar kalau ada yang lebih baik dari dia.”
“Gimana pun gue tetep ngerasa bersalah. Apalagi waktu Lo nyelametin gue. Disitu gue bener-bener nyesel.”
“Itu cuma pengorbanan kecil yang gak ada apa-apanya. Lo lebih banyak berkorban. Bukan gue. Sampe sekarang Lo yang selalu nguatin gue. Itu udah cukup banget buat gue suka sama lo.”
“Gue juga gak punya Alesan gak suka sama Lo. Walaupun Lo suka berantem.”
“Walaupun gue nyebelin?”
Alena mengangguk. “Lo tetep yang terbaik.”
Alzean tersenyum lalu merangkul pundak Alena. Menikmati indahnya suasana malam sambil menatap bintang-bintangyang bersinar terang di langit. Memberi keindahan pada langit gelap itu.
“I Love you,” bisik Alana.
“Too, Malaikat cantiknya gue.”
Bersambung.....
Next?
Maaf pendek. Soalnya kehabisan ide. Sebenernya mau bikin kisah percintaan mereka gak berlebihan. Tapi jari ini selalu ngotot pengen baperin diri sendiri:(Tenang. Part berikutnya bakal panjang kok♥
KAMU SEDANG MEMBACA
Alena Zealinne Artharendra
Ficção AdolescenteMasih berantakan nanti di benerinnya kalo dah selesai wkwk.. Semua ini Tentang Alena:) Gadis cantik yang memiliki cirikhas dengan kesabarannya dan kuat oleh Kerasnya kehidupan didunia, sering diabaikan oleh teman, sahabat, bahkan oleh kedua orang t...