41. Sama - Sama Terluka

568 32 3
                                    

“Kamu tidak lemah. Hanya saja caramu mencapai kemenangan yang salah. Tenang saja. Kamu hebat dengan caramu sendiri.”

- Alena Zealinne Artharendra

•••

Alena membantu Leo membaringkan tubuh Alzean diatas sofa. Lelaki berperawakan tinggi itu tampak lemah dengan mata yang sudah terpejam sempurna. Alzean tidur tepat saat dirinya dan Leo membawa lelaki itu pulang.

“Alzean emang gini kalo lagi ada masalah.” Leo tertawa kecil. “Lemah banget emang!”

“Thank you ... Gue gak tau harus gimana kalo gak ada Lo,” tutur Alena.

“Gak masalah. Lagian Tante Aqila sama Om Geo juga udah nitipin Alzean sama gue. Harusnya nih anak tidur di rumah gue. Cuma ngeliat keadaannya kayak gini menurut gue dia harus tidur di rumah kalo gak mau kena Omelan Nyokap gue.”

“Emang Nyokap sama Bokapnya Alzean kemana?”

“Luar kota. Mungkin lusa baru balik. Makannya Alzean berani mabuk kayak sekarang. Kalo enggak udah abis nih anak kena amukan Tante Aqila.”

Alena mengangguk pertanda mengerti. Setelahnya gadis itu kembali memfokuskan pandangannya pada Alzean yang terbaring lemah diatas sofa. Wajah teduh dan bibir berwarna merah alami itu benar-benar membuat Alena tak bisa mengalihkan tatapannya walau hanya sebentar.

Leo melirik jam tangan bermerk miliknya. Mungkin satu kata yang akan keluar dari mulut seseorang yang pernah melihat Leo adalah ‘Mewah’. Tentu saja. Jika dilihat dari segi penampilan Leo memanglah seperti seorang pangeran. Jangankan rumah. Jaket yang sering ia kenakan saja seharga ratusan juta. Apalagi barang-barangnya yang lain. Benar-benar keturunan bangsawan!

“Udah hampir Jam sebelas. Gue mau balik takutnya Mama nyariin. Kalau ada apa-apa telpon gue aja.”

Alena tersenyum tipis. “Hati-hati, Yo. Sekali lagi makasih.”

Alena menatap punggung kokoh Leo yang perlahan mulai menghilang dari pandangannya. Melihat betapa besarnya perhatian Leo pada Alzean membuatnya sadar bahwa seluruh anggota Avaluenz memiliki rasa kekeluargaan yang tinggi.

Alena sedikit berjongkok guna mempermudahkannya membuka sepatu yang melekat di kaki Alzean. Setelah itu tangannya beralih membuka Jaket jeans berwarna hitam milik lelakinya menyisakan Alzean yang hanya menggunakan kaos berwarna hitam polos.

Alena meringis saat melihat Alzean tanpa sengaja mengubah posisinya menjadi menghadapnya. Wajah tampan dengan pahatan yang sempurna itu benar-benar mengacaukan detakan jantung Alena.

Gadis bermarga Artharendra itu mengusap punggung tangan Alzean lembut. “Andai dulu gue gak kenal sama Lo, Al. Mungkin sekarang gue gak bakal secinta ini sama lo.”

“Kata orang Lo itu Egois, galak, kasar, brutal, ngeselin. Tapi mereka gak tau gimana Alzean gue yang sebenernya. Mungkin salah satu alesan gue suka sama Lo karena Lo gak pernah mau nunjukin ke semua orang kalo Lo hebat. Itu baru satu dari semua hal yang bikin gue selalu suka sama lo.”

“Lo tsundere. Aslinya Lo peduli cuma Lo gak tau gimana caranya nunjukin. Atau Lo terlalu gengsi buat di anggep baik. Gak masalah. Itu emang udah jadi kebiasaan Lo dari dulu.”

Alena memejamkan matanya saat merasakan angin berhembus kencang menembus pintu dan jendela rumah mewah bak istana milik Alzean. Pintu yang awalnya terbuka segera Alena tutup kembali agar angin tak mengusik tidur kekasihnya.

Merasa angin berhembus semakin kencang membuat Alena segera mengambil selimut dari kamar Alzean dan menyelimuti lelaki itu menghindarkannya dari dinginnya malam. Disamping itu. Alena lebih memilih melipat kedua tangannya didepan dada menahan angin yang perlahan mulai menusuk tulangnya.

Alena Zealinne Artharendra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang