23. Regal Dan Kenangannya

718 40 0
                                    

"Tak perlu mencari kesalahan orang lain. Cukup diam dan carilah kesalahan dalam dirimu sendiri."

- Alena Zealinne Artharendra

•••

Alena menempelkan punggung tangannya pada kening Alzean dan Devano secara bergantian. Hembusan nafas lega terdengar. Demam pada kedua lelaki itu sudah mereda hingga tak ada yang perlu dikhawatirkan lagi.

Alena tersenyum kecil melihat Devano yang masih lahap memakan Ceker ayam kesukaannya. Sedangkan Alzean, lelaki itu masih asik bermain game online di handphonenya.

"Gue balik dulu ...." Alena melirik Jam tangannya. "Ini udah hampir larut. Kalau ada apa-apa langsung Telpon gue! Jangan minum air dingin, makan tepat waktu, jendelanya di tutup, jangan sampe—"

"Iya!" balas kedua lelaki itu kompak sebelum Alena meneruskan ucapannya.

"Yaudah kalau gitu gue balik dulu."

"Gue anterin!" Alzean langsung menyambar kunci mobil yang berada diatas nakas.

Alena menggeleng. "Lo gak boleh sampe kena angin malem. Lo masih belum sembuh total, Al ... Mending gue balik sendiri aja."

"Gue aja yang anterin Lo! Gak baik cewek pulang sendirian malem-malem gini," tawar Revan sambil menatap Alena khawatir.

Alena tampak berpikir kemudian mengangguk. Alzean yang melihat itu lantas mendengus dan langsung melempar kunci mobilnya kearah Revan.

"Jagain! jangan sampe lecet!" peringatnya dengan nada ketus.

"Tenang! Siapapun yang bersama Revan itu pasti bakal aman. Apalagi Alena ...." Revan menaik turunkan alisnya sambil menatap Alena dengan bibir tersenyum tengil.

Alzean berdehem. "Alisnya!"

Revan tertawa kencang lalu menyenggol lengan Alena menggoda. "Cemburuan banget cowok Lo," ucapnya yang berhasil membuat pipi Alena memerah.

Alzean menaikan sebelah alisnya melihat pipi Alena yang merona. Sedetik kemudian senyum licik terbit dari bibirnya membuat Revan maupun Alena yang melihat itu mengerutkan keningnya bingung.

Alzean mulai berjalan mendekati Alena dengan tangan yang sengaja ia masukan kedalam saku celana. Senyum licik masih bertahan di bibirnya hingga membuat Alena bergidik ngeri.

Lelaki itu menghentikan langkahnya tepat didepan Alena. Wajahnya ia majukan hingga membuat Alena refleks memundurkan wajahnya. Hembusan nafas Alzean terdengar jelas hingga membuat Alena menutup matanya mencium dengan jelas aroma mint dari nafas lelaki itu.

Merasa sudah puas menatap wajah Alena dari dekat. Kini, wajahnya ia dekatkan ke telinga Alena hingga membuat gadis itu sedikit meringis. Bahkan Alena dapat merasakan dengan jelas helaian rambut Alzean mengenai pipinya.

"Gue cemburuan karena gue gak mau kehilangan lo," bisiknya.

Jantung Alena seketika berdegup kencang. Nafasnya seakan ingin berhenti mendengar penuturan Alzean barusan. Hanya mereka berdua yang dapat mendengar hingga Devano dan Revan yang sedari tadi menyaksikan mengernyit heran.

Alzean tersenyum manis. "Malu, ya? Pipi Lo merah." Lelaki itu kembali berbisik.

Alena berteriak dalam hati. Gadis itu terus menyumpah serapahi Alzean karena berhasil membuatnya merasa malu seperti ini. Apakah Alzean tidak berpikir bahwa Alana hampir meninggal mendengar perkataannya tadi?!

Alzean terkekeh. "Mau dicium supaya pipinya gak merah lagi?" tanyanya.

Stop! Alena sudah tidak kuat mendengar segala ucapan Alzean yang membahayakan jantungnya. Alena bersumpah tidak akan mendengarkan bisikan maut Alzean lagi jika seperti ini. Alena takut terlalu terbawa perasaan!

Alena Zealinne Artharendra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang