48. Pergi Untuk Selamanya

1.1K 25 6
                                    

Di mohon untuk segera menyiapkan tissue karena mungkin part ini mengandung bawang.

Buat yang lupa sama alur nya boleh di baca dari awal lagi yaa !!

Selamat membaca Readersku Tercinta😍
•••

“Melepaskan itu mudah. Namun mengikhlaskan yang sulit.”

- Alena Zealinne Artharendra

•••

Alena berjalan mengikuti brankar yang dibawa beberapa perawat menuju ruangan Operasi. Luka tembakan di tubuh Alzean benar-benar parah hingga membuatnya harus langsung di operasi.

“Maaf ... Kalian tidak boleh ikut masuk kedalam ruangan,” peringat salah satu perawat sebelum kembali mendorong brankar yang membawa Alzean masuk kedalam ruang operasi.

“Tapi saya Ibunya, Sus!” tegas Aqila.

“Tetap saja tidak boleh, Bu. Hanya pasien yang boleh berada didalam,” balas sang perawat. Setelahnya pintu ruangan tertutup sempurna meninggalkan Aqila dengan tangisannya yang semakin pilu.

“Semua bakal baik-baik aja, Sayang.” Giovandra memeluk tubuh Aqila untuk menenangkannya. Disaat seperti ini Giovandra tak boleh ikut menangis. Giovandra harus tetap kuat untuk memberi ketenangan pada istrinya.

Giovandra tetaplah seorang ayah. Walaupun tak menangis, walaupun terlihat kuat, dan walaupun terlihat tenang, tak bisa di pungkiri bahwa dirinya juga merasa sangat khawatir pada Alzean, putranya sendiri, putra kesayangannya.

Alena masih berdiri didepan pintu ruangan bahkan setelah lampu berwarna merah diatas ruang Operasi menyala. Gadis itu merapalkan Do’a dalam hati berharap Operasinya berjalan dengan lancar.

“Gue Cinta sama Lo.”

Alena kembali memejamkan matanya saat ucapan Alzean tadi memenuhi otaknya. Andai saja. Andai saja dirinya bisa lebih cepat menyadari semuanya. Mungkin hal ini tak akan terjadi. Alzean-nya tak akan terluka seperti sekarang.

Alzean rela berkorban untuknya bahkan setelah apa yang ia lakukan pada dirinya. Alzean sudah cukup menahan sakit hati karena dirinya. Dan sekarang ... Alzean kembali harus berjuang untuk dirinya sendiri. Karena dirinya, lagi ....

Alena melihat tangannya yang di penuhi darah Alzean. Air mata yang sedari tadi tertahan di pelupuk mata kembali jatuh bersamaan dengan kenangannya yang kembali teringat. Bagaimana awal pertemuannya hingga bagaimana dirinya bisa membuat Alzean yang garang menjadi lembut kepadanya seperti sekarang.

“Why do you have to be like this?” monolognya.

Beberapa Jam telah berlalu. Namun Dokter yang menangani Alzean belum juga keluar dari ruangannya hingga membuat semua orang semakin khawatir.

Alena berdoa dalam hati memohon keselamatan untuk Alzean. Entah sudah berapa banyak doa yang ia panjatkan. Namun sepertinya Tuhan sangat senang mempermainkannya. Doa yang sedari tadi ia panjatkan belum juga di kabulkan oleh sang pencipta alam.

Alena membuka matanya saat merasa seseorang memeluk tubuhnya. Gadis itu bisa mencium dengan jelas bau parfum yang menyeruak memenuhi Indra penciumannya. Hanya satu orang yang mempunyai bau parfum seperti ini ... Revan!

“Tenang aja. Alzean bakal baik-baik aja,” bisiknya.

“I hope so ...,” balas Alena lirih.

Revan mengurai pelukannya lalu menghapus air mata Alana. “Jangan nangis. Gue ada disini. Jangan khawatir.”

Tangisan Alena semakin menjadi saat mendengar bisikan Revan barusan. Bahkan matanya terasa bengkak hanya karena tangisannya yang tak juga berhenti. Alena juga ingin terlihat kuat. Namun semua melemahkannya. Alena tak bisa melihat Alzean lemah seperti sekarang.

Alena Zealinne Artharendra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang