16. Tentang Perasaan

665 40 0
                                    

Hallo gimana kabarnya.. masih inget gak alurnya ? Maaf yaaa kalo kalian pada lupa bisa baca ulang kok heheh...

Selamat membacaaaaa....

°°°°♡♡♡☆♡♡♡°°°
“Cinta bukan hanya sekedar soal fisik. Tetapi soal perasaan. Cinta itu datangnya dari hati, menetap di hati, tersimpan di hati, dan akan dilepaskan oleh hati juga.”

- Alena Zealinne Artharendra

•••°°°°°♡♡♡☆☆☆☆♡♡♡°°°°°••••

Happy reading😍😘

Alena mengerutkan keningnya bingung saat melihat begitu banyak siswa berkumpul di kelasnya. Entah apa yang terjadi. Namun, kerumunan itu berhasil membuat Alena penasaran.

Segera gadis itu menerobos kerumunan dan melihat objek apa yang menjadi topik dari keramaian itu. Alena membulatkan matanya sempurna saat melihat Rayyan—Adik kelasnya menyodorkan bunga mawar putih untuk Haruna.

Lelaki yang duduk di kursi roda dengan penampilan cupu itu tersenyum hangat sambil menatap Haruna. Rayyan memang tampan. Namun, penampilannya membuat ketampanannya tertutupi dengan sempurna. Bahkan hampir tak terlihat.

“Kamu mau gak jadi pacar aku?” tanya Rayyan to the point sambil menunjukkan senyum terbaiknya.
Suara tawa memenuhi telinga Haruna. Gadis itu melirik sekitar. Begitu banyak orang yang menatapnya remeh seakan merendahkannya. Haruna hanya bisa menghela nafasnya kasar lalu menatap Rayyan sendu.

“Maaf ... Tapi gue gak suka sama Lo!” jawab Haruna. Gadis itu berniat ingin pergi, namun, tangan Rayyan segera mencekalnya.

“Kamu bohong, ‘kan?” Rayyan kembali bertanya sambil menatap manik mata indah milik Haruna lekat.

Haruna tampak gelagapan. Bohong jika Haruna tak menyukai Rayyan. Lelaki itu memang tipe idealnya. Apalagi otaknya yang sangat pintar di bidang apapun. Semua itu mampu membuat Haruna luluh. Namun, penampilan Rayyan menjadi penghalang segalanya. Haruna takut! Takut jika dirinya nanti akan di ejek jika mempunyai pacar seperti Rayyan.

“G--gue gak bohong! Gue emang gak suka sama Lo!” tegas Haruna gugup.

“Kamu harus jujur sama perasaan kamu sendiri, Haru. Kamu gak boleh bohong! Disini bukan cuma aku yang mencintai. Tapi kamu juga ....”

Haruna menepis tangan Rayyan kasar. “Lo gak usah permaluin gue! Gak perlu ngarep ntar jatuhnya sakit! Dan asal Lo tau ... Gue sama sekali gak suka sama Lo, Rayyan Sanjaya!”

Rayyan tersenyum tipis. “Bohong lagi. Mata kamu udah jelasin semuanya. Kamu emang gak pinter bohong.”

Haruna semakin gelagapan. Gadis itu tak mau terjebak terlalu lama dengan Rayyan dan memutuskan untuk pergi. Kali ini Rayyan tak mencegahnya. Lelaki itu sengaja memberikan waktu untuk Haruna agar bisa berpikir.

Alena mencekal tangan Haruna hingga membuat gadis itu menghentikan langkahnya. Haruna menaikan satu alisnya seakan bertanya.

Tanpa basa basi Alena langsung menarik tangan Haruna menuju suatu tempat. Wajahnya terlihat serius hingga Haruna sampai bergidik ngeri. Entah apa kesalahannya.

“Kenapa sih, Len?!” Haruna masih mencoba melepas cekalan tangan Alena.

Alena mendudukan Haruna di bangku. Disinilah mereka sekarang, di taman belakang sekolah. Tempat sejuk yang biasa menjadi saksi akan pernyataan cinta siswa dan siswi SMA Bakti Jaya. Juga sebagai tempat penenang pikirin untuk Alena.

Alena Zealinne Artharendra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang