13. Bunuh Diri

986 46 0
                                    

HALLO GAESS... SELAMAT SIANG..
MUMPUNG LAGI GABUT JADI UP SEKARANG AJH YAA...
BUAT YANG BAPERAN JANGAN LUPA SIAPIN TISSUE....

SELAMAT MEMBACAAA😘😍

••••••••••°°°°°☆♡☆°°°°°••••••••••
“Tawa hanya sesaat dan senyum hanya sementara. Lalu, kenapa kesedihan terasa begitu abadi?”

- Alena Zealinne Artharendra

••••••••••°°°°°☆♡☆°°°°°••••••••••

HAPPY READING😍

Alzean mengangguk. “Iya,” jawabnya dengan wajah yang masih datar tanpa ekspresi.

Alona tampak mengulum senyumnya. Gadis itu tak menyangka jika Devano benar-benar akan menembaknya, terlebih didepan umum seperti ini. Alona pikir Alena akan mengingkari janjinya, tapi ternyata, rencana Alena lebih dari kata sempurna.

“Gue mau jadi pacar Lo!” balas Alona mantap hingga membuat seluruh siswa bersorak.

Alona berjongkok dan langsung memeluk tubuh Devano dengan senyum yang mengembang sempurna. Alona tak menyangka jika mimpinya selama ini telah menjadi kenyataan.

“Gue juga cinta sama Lo,” bisik Alona tepat ditelinga Devano.

Devano meremat tangkai bunga mawar itu hingga tangannya mengeluarkan darah segar. Sakit ditangannya seakan tak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan sakit di hatinya. Hari ini, seorang Devano Blade benar-benar patah hati dibuat Alena!

Alena tersenyum miris menyaksikan itu semua. Andai saja dirinya tak terikat akan janji yang ia buat sendiri, mungkin saat ini Devano tak akan benar-benar hancur seperti ini. Alena sadar, Alena mengerti kesedihan Devano. Hatinya juga pedih melihat itu semua. Saat seseorang melakukan sesuatu karena terpaksa hanya demi dirinya. Itu semua mampu menghancurkan hati Alena.
Alena meremas roknya. Matanya mulai berkaca-kaca dengan nafas tersenggal.

“Maafin gue ...,” lirihnya pilu.

Alona melepaskan pelukannya dan menatap Devano dalam. Senyumnya sedari tadi terpancar dengan wajah berseri. Hari ini Alona benar-benar bahagia karena Devano akhirnya menembaknya. Kebahagiaan apa yang lebih besar dari ini?

“Hari ini Lo udah buat gue bahagia, Devan. Lo emang sumber kebahagiaan gue!” ujarnya.

Badan Devano melemas. Lelaki itu seakan tak kuat untuk berdiri atau hanya sekedar bergerak dari posisinya. Devano masih tak menyangka jika dirinya sudah berstatus sebagai kekasih Alona.

‘Tapi sumber kebahagiaan gue Alena,’ batinnya dengan mata yang terus melirik kearah Alena.

Alzean mengepalkan tangannya kuat. Lelaki itu sudah menyaksikan semuanya sedari tadi. Dari awal hingga akhir, semua itu tak luput dari pengawasannya.

“Zean!”

Seseorang menepuk pundak Alzean hingga membuat lelaki itu langsung menoleh. Seketika kemarahan Alzean bertambah ketika melihat siapa yang berani menyentuhnya. Dengan kasar Alzean langsung menepis tangan gadis itu, Lea.

Lea menatap Alzean Bingung. “Kamu kenapa, Zean?” tanyanya.

“Gak usah ganggu gue!”

“Aku kesini cuma mau ngasih kamu ini.” Lea menyodorkan satu kotak makanan pada Alzean. Namun, lagi-lagi Alzean segera menepisnya.

“Gue gak butuh!”

“Tapi aku sengaja beliin itu buat kamu! Aku tau kamu belum makan dari pagi, ‘kan?”

Alena Zealinne Artharendra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang