44. Menghilang

499 26 3
                                    

“Mending bersakit-sakit dahulu tapi mau berusaha. Daripada bersenang-senang dahulu sampe gak mau berusaha. Hidup susah di jadikan motivasi. Hidup senang membuat beberapa orang sombong. Gapapa masa kecilmu hidup dalam kemiskinan. Percaya aja kalo hal itu bakal bawa kamu jadi pribadi yang penuh motivasi. Selagi kamu mau berusaha. Gak ada yang gak mungkin.”

— Special dari aku buat kalian. Lebih tepatnya buat diriku sendiri.

•••

Lagi-lagi Alzean hanya bisa menghembuskan nafasnya tak kala melihat bangku kosong yang terletak di sudut ruangan. Bangku yang selama beberapa bulan ini telah menemani Alena sampai sejauh ini. Dan bangku yang menjadi saksi bisu perjuangan Alena untuk membanggakan kedua orang tuanya.

Sudah hampir satu Minggu ini Alena tak menampakkan dirinya hingga membuat Alzean kelimpungan sendiri. Alena menghilang bagai di telan bumi setelah kejadian di Gudang lalu.

Tanpa sengaja ekor mata Alzean menangkap sosok gadis dengan wajah dan postur tubuh mirip dengan Alena tengah berjalan kearahnya. Gadis berambut sepunggung berwarna coklat terlihat salah tingkah saat sadar dirinya memperhatikannya.

“Ngapain Disini? Nyariin gue, ya?” tanya Alona percaya diri.

“Alena mana?”

“Gue gak tau. Emang dia gak masuk?” Alona melirik bangku kosong yang berada di belakang bangkunya. Setelahnya gadis itu mengedikan bahunya. “Males banget Kak Lena Dateng ke sekolah. Nanti kalo di marahin Papa, ‘kan gak lucu.”

Alzean menarik pergelangan tangan Alona hingga gadis itu hampir jatuh kedalam pelukannya. Sejenak Alona menahan nafasnya saat melihat pahatan sempurna di wajah Alzean. Bahkan dengan mendengar deru nafasnya pun Alona bisa langsung menyimpulkan bahwa tuhan tengah tersenyum saat menciptakan makhluknya yang satu ini.

Benar-benar tampan!

“Gue tanya dimana Alena?!” Alzean semakin mengeratkan cengkeramannya hingga membuat Alona meringis.

“G--gue gak tau ....”

“Lo serumah sama dia!”

“Tapi gue emang gak tau Kak Lena dimana.”

“Jangan sok polos!”

Alona menatap Alzean tak percaya dengan mata yang mulai berkaca-kaca. “Lo bilang gue sok polos? Gue emang gak tau Kak Lena dimana. Kenapa lo jadi kayak gini sih, Al? Lo sekarang kasar banget sama gue.”

“Kasar? Dari dulu gue emang kasar. Cuma Lo yang belum pernah liat sisi gue yang ini. Gue selalu nunjukin sisi baik gue didepan Lo. Tapi sekarang gue gak bisa. Bagaimanapun gue yang sebenernya tetep bakal keliatan. Gue emang gini! Gue kasar!”

“Tapi kenapa Lo selalu baik sama Kak Lena? Lo gak pernah kasar dan selalu berusaha lindungin dia? Kenapa kalo sama gue Lo jadi gini, Al?”

Alzean tertawa sinis. “Kata siapa? Asal Lo tau. Alena udah pernah liat semua sisi buruk gue. Dan Lo liat, ‘kan? Sampe sekarang dia masih bertahan sama gue. Dia gak pernah ngeluh ataupun kekang gue buat berubah!”

“Alena, Alena, Alena! Gue capek denger nama dia dimana-mana! Seistimewa apa sih Alena sampe banyak orang yang muji dia? Ck! Cewek murahan kayak gitu juga!”

“Gak punya otak Lo!” Alzean menghempas tubuh Alona hingga gadis itu hampir tersungkur. Setelahnya Alzean memilih pergi meninggalkan gadis yang telah menghina Alena, kekasihnya.

Alona mengacak rambutnya frustasi. “Lo bakal jadi milik gue, Al! Ini janji gue!” ucapnya menggebu-gebu.

•••

Alena Zealinne Artharendra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang