Hallo kawan kawan ku tersayang kalo bacaaa itu plis dong ninggalin vote buat cerpen ini kan gratis hmm..
Semangat bacanya.....
"Terkadang orang yang selalu diam saat di tindas merupakan orang paling menakutkan saat melawan."
-Alena Zealinne Artharendra
•••
Alzean meregangkan tubuhnya sambil menuruni satu persatu anak tangga. Tulangnya terasa remuk semua akibat tidur diatas sofa. Sebelumnya lelaki itu sempat mengecek keadaan Alena sebelum menghampiri Aqila.
Lelaki itu duduk di meja makan sambil memperhatikan sang Bunda yang masih berkutat dengan alat-alat memasaknya. Aqila begitu telaten dalam memasak hingga membuat Alzean selalu mengangumi wanita yang berstatus sebagai Bundanya itu.
"Bun," panggil Alzean. Lelaki itu masih setia memperhatikan sang Bunda yang sama sekali tak menoleh kearahnya.
"Kenapa, Al?" balas Aqila lembut.
"Ayah mana? Semalem gak pulang ya?"
"Ayah nginep di kantor. Masih banyak berkas-berkas yang harus dia urus."
"Terus Ayah kapan pulangnya?"
Aqila menoleh kearah Alzean. Matanya memicing menatap putranya curiga. "Tumben kamu nanyain Ayah. Biasanya juga enggak ... Kenapa emang?"
"Mau minta restu."
Aqila tersenyum tipis. "Kamu tuh kalau udah suka Bucinnya minta ampun ya? Tapi setau Bunda, Ayah bakal pulang dua harian lagi," balasnya seraya meletakan beberapa menu sarapan diatas meja.
Alzean mengangguk. Matanya kembali memperhatikan setiap gerak gerik sang Bunda. Selama ini Aqila selalu baik dalam mengurusnya. Aqila itu sosok ibu yang selalu ada untuk putranya dan akan melakukan apapun untuk kebahagiaan keluarganya.
Aqila mengambil semangkuk sup dan segelas jus Alpukat yang ia letakan diatas nampan untuk Alena. Wanita itu melirik putranya sekejap. "Bunda mau anter ini buat Alena. Kamu makan aja duluan."
Alzean langsung turun dari atas meja dan merebut nampan tadi dari tangan Aqila. Senyuman tengil ia perlihatkan seakan meledek sang Bunda. "Biar Aku aja. Bunda pasti Capek abis siapin sarapan."
"Kata siapa? Enggak, kok! Udah kamu sarapan aja! Kemarin kamu gak makan malem, 'kan? Jadi sekarang harus sarapan!"
"Gak papa, Bun. Biar Aku aja!"
Aqila melipat kedua tangannya didepan dada. "Kenapa sih sekarang kamu Bucin banget? Sayang banget ya sama Alena?"
Alzean mengangguk lalu mengecup singkat pipi Aqila. "Banget! tapi masih sayangan Bunda!" teriaknya sambil berlari menaiki satu persatu anak tangga menuju kamarnya.
"Pelan-pelan, Al! Awas makanannya jatuh!"
Aqila menggelengkan kepalanya pelan. "Udah gede aja kamu," ujarnya sambil tertawa kecil.
•••
Alzean berjalan santai menuju ranjang Alena sambil membawa nampan yang berisi sarapan untuk gadis itu. Duduk di bangku samping ranjang dan memperhatikan setiap inci wajah gadisnya adalah hal yang saat ini lelaki itu lakukan sambil menunggu Alena bangun.
Netranya beralih menatap lengan Alena yang membiru. Lelaki itu baru sadar jika lengan gadisnya memar. Hampir seharian dirinya bersama Alena dan sama sekali tak tau jika gadis itu sedang terluka.
Alzean mengusap lembut memar di lengan Alena hingga membuat sang empu sedikit terusik. Beberapa kali matanya mengerjap guna mengumpulkan nyawanya sebelum bola mata indah berwarna coklat itu melirik kearah Alzean.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alena Zealinne Artharendra
Teen FictionMasih berantakan nanti di benerinnya kalo dah selesai wkwk.. Semua ini Tentang Alena:) Gadis cantik yang memiliki cirikhas dengan kesabarannya dan kuat oleh Kerasnya kehidupan didunia, sering diabaikan oleh teman, sahabat, bahkan oleh kedua orang t...