11. Keinginan Alona

743 43 0
                                    

Hallo gaes kembali lagi dengan saya hehe
Gimana kabarnya ? Semoga baik baik ajh
Gimana puasanya udah ada yang bolong belum ? Saya bolong pas awall😭
-
-
-
S

elamat membacaaa......

•••••••••°°°♡♡°°°••••••••
"Bukannya menyerah. Hanya saja aku terlalu lelah untuk menghadapi dunia."

- Alena Zealinne Artharendra

•••♡☆♡•••

Happy Reading😍

Alona mendorong tubuh Alena hingga gadis itu hampir tersungkur.
"Maksud Lo apa masih deketin Devano, hah?!" murkanya.

Alena mengerutkan keningnya bingung. Gadis itu tak mengerti apa maksud Alona. Mendekati Devano? Bahkan Alena tak pernah berpikiran untuk mendekati atau sekedar berbicara dengan pria itu. Semua terjadi secara tiba-tiba dan tanpa rencana.

"G--gue gak pernah-"

"Masih mau ngelak? Terus tadi apa? Jelas-jelas Lo di anterin Devano sama Alzean pulang! Menurut Lo itu apa? Bahkan bukan cuma satu, Kak! Lo deketin dua cowok sekaligus buat permainin hati mereka! Licik banget ya lo!"

"Gue gak paham maksud Lo apa. Tapi gue bener-bener gak ada niatan buat deketin Devano dan permainin perasaan mereka berdua. Tadi kita gak sengaja ketemu dan mereka cuma mau bantuin gue, Lona! Gue sama sekali gak berniatan buat deketin mereka berdua."

"Bantuin apa?! Pekerjaan berat apa yang Lo lakuin sampe mereka harus bantuin Lo. Bahkan Lo sampe pulang malem kek gini? Pekerjaan apa, hah? Pekerjaan apa yang buat mereka harus nganterin Lo?!" Alona berteriak frustasi.

"Gue gak pernah minta mereka bantuin gue ... Itu semua kemauan mereka! Please, percaya sama gue."

"Percaya? Percaya sama Lo? Cewek kek Lo gak pantes dipercaya! Gue gak nyangka Lo selicik ini! Lo udah khianatin gue! Lo jahat tau gak?! Lo udah janji supaya gue jadian sama Devano. Dan sekarang mana? Kemana janji manis Lo itu?!"

Alena menghembuskan nafasnya kasar. "Jadi ... Lo mau jadian sama Devano?"
Alona hanya mengangguk.

"Oke, gue bakal bantuin Lo supaya bisa jadian sama dia." Alena memutuskan.

Alona tersenyum licik. "Oke ... Gue gak mau tau! Pokoknya rencana Lo harus berhasil dan jangan sampe gue gagal jadian sama Devano, paham?!"

Alena mengangguk pasrah.

•••

Alena memberikan satu kaleng minuman soda kesukaan Devano diatas meja dan mulai duduk disamping lelaki itu. Rasa canggung seketika menyelimuti. Andai saja kemarin Alena tak berjanji pada Miranda dan Alona. Mungkin hari ini gadis itu tak akan berada dalam situasi seperti ini.

"G--gue pengen ngomong sesuatu." Alena berujar gugup.

Devano menaikan sebelah alisnya. "Apa?"
"A--Alona sebenernya suka sama lo."

"Terus?"

"Dan dia pengen j--jadi pacar lo."

"Tapi gue gak mau jadi pacarnya!"

"Gue mohon, Devan! Cinta Alona tulus buat Lo! Lo gak boleh egois! Lo gak boleh sia-siain orang yang tulus cinta sama Lo dan milih orang jahat yang yang selalu nolak perasaan Lo!"

Devano berbalik. Menghadap Alena sepenuhnya. "Dia cinta sama gue tapi gue gak cinta sama dia! Cinta gak bisa dipaksain! Dan gue gak bisa bohong ...!"

"Gue masih harepin lo!"

Setelah mengatakan itu, Devano langsung beranjak dari tempatnya dan pergi meninggalkan Alena sendirian.

Alena menghela nafasnya lelah. "Kapan Lo bisa ngerti kalau gue gak bakalan bisa cinta sama lo?" monolognya.

•••

Alzean memerhatikan Alona diam-diam. Raganya memang berada di kelas, namun, Netranya terus terikat pada wajah Alona. Wajah cantik dan tawa manisnya membuat Alzean tak bisa berpaling.

Akhirnya bel tanda istirahat berbunyi. Dengan segera Alzean langsung berjalan keluar kelas dan menghampiri Alona. Lelaki itu sudah cukup menahan rindu dan hari ini dirinya akan melampiaskan segala rindunya.

"Alona!"

Dengan satu kali panggilan saja Alona langsung berbalik. Senyumnya kembali terukir hingga memperlihatkan lesung pipinya. Sangat manis! Tetapi sayang. Wajah manisnya tak mencerminkan sifatnya. Wajah manis dan sifat iblis. Sepertinya kata itu cocok untuk seorang Alona Zealinne Artharendra.

"Eh, kenapa?" tanya Alona sambil menyematkan beberapa helai rambut ke belakang telinganya.

Steysie dan Celline yang melihat itu segera berjalan mendahului Alona. Keduanya tak mau mengganggu waktu milik kedua sejoli itu.

"Gue cuma mau ketemu sama Lo. Udah lima tahun kita gak ngomong kek gini. Terakhir kali cuma pas gue ucapin selamat tinggal buat Lo sebelum gue pergi ke Italia."

Alona tersenyum. "Pas itu Lo masih cupu. Dan sekarang ... Lo bener-bener keliatan sempurna dari segi apapun. Dan jujur, gue nyesel dulu selalu remehin lo."

"Gue juga minta maaf karena dulu selalu buat Lo risih dengan kehadiran gue."

"Itu dulu. Tapi sekarang gue udah gak risih sama datengnya Lo. Sekarang Lo udah pantes buat deketin gue. Lagian, sekarang Lo udah keren dan lebih dari kata ... Tampan!"

Alzean tersenyum tipis mendengar pujian yang diberikan Alona. Rasanya bahagia saat mengetahui bahwa Alona sudah bisa menerima kehadirannya. Sekarang, hanya perlu membuat gadis itu jatuh cinta dan Alona akan segera menjadi milik Alzean seutuhnya.

"Oh ya ... Gue liat-liat akhir-akhir ini Lo lebih Deket sama Kak Lena. Ya, gue gak heran sih karena dari dulu emang dia selalu deketin lo. Tapi sekarang, keknya Lo yang deketin dia."

"Gue deketin dia cuma karena kasian dan mau bales kebaikan dia dulu."

Alona mengangguk. "Gue pikir Lo suka sama dia. Maksud gue ... Kek gak pantes aja orang yang sempurna segala-galanya kek Lo suka sama Kak Lena yang jauh dari kata standar itu. Ya, bagus sih. Setidaknya Lo gak terjebak sama cewek licik kek dia!"

"Tapi menurut gue dia lebih dari kata sempurna. Dia spesial! Hatinya bener-bener lembut dan itu yang jadi cirikhas dia."

"Lembut? Lembut apanya? Dia tuh anak pembangkang yang gak pernah nurutin perintah orang tua gue. Bahkan Kakak gue sampe pergi dari rumah karena gak tahan sama sikapnya," jelas Alona. Tentu saja semua itu bohong. Alona hanya ingin memanipulasi Alzean agar lelaki itu benci pada Alena.

"Really?"

"Dan dia juga sering berusaha buat celakain gue."

Alona menunjukan pergelangan tangannya yang terluka. "Ini bukti kalau Kak Lena udah nyakitin gue. Dia sengaja gores tangan gue pake pisau cuma gara-gara gue gak mau kerjain pr dia, hiks ...." lagi-lagi Alona berdusta.

Sebenarnya luka itu karena ulah Alona sendiri. Gadis itu terlalu kesal pada Alena dan menyakiti dirinya sendiri.

Alzean membulatkan matanya sempurna. Lelaki itu hampir tak percaya dengan apa yang dikatakan Alona. Alzean pikir Alena adalah gadis ideal berhati lembut, tetapi dirinya salah! Beruntung Alona segera memberi tahunya.

Alzean langsung membawa Alona kedalam pelukannya. Lelaki itu mengelus Surai hitam milik Alona mencoba menenangkan tangisannya.

"Gue capek selalu jadi pelampiasan Kak Lena ...," lirihnya.

"Gak papa. Ada gue disini."

Alona tersenyum licik dan mulai membalas pelukan hangat yang diberikan Alzean. Gadis itu tak tahu jika Alzean begitu mudah dibohongi dengan air mata palsunya.

'Lo terlalu baik buat gue, Zean!' batinnya.

-Bersambung....

Gimana ceritanya ?
Maaf ya pendek
Eumm maaf banyak typonya
Jangan lupa follow, coment, share and vote:)
Terimakasih
Next or stop ??

Alena Zealinne Artharendra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang