40. Mabuk

624 32 8
                                    

“Jangan pernah berpikir bahwa kamu tidak berharga. Bisa saja karena senyumanmu satu dari sekian banyak orang di dunia bertahan hidup.”

- Alena Zealinne Artharendra


Happy Reading ❤

Alzean memperhatikan setiap sudut wajah Alena yang kini sibuk mengobati luka di wajahnya. Bagaimanapun Alena penyebab Alzean seperti ini. Maka mau tak mau dirinya harus bertanggung jawab sebelum Alzean menuntutnya untuk balas Budi.

Alzean sedikit meringis saat merasakan cairan Alkohol menyentuh lukanya. Namun setelah melihat besarnya perhatian Alena membuatnya mengembangkan senyum. Senyum manis yang hanya ia perlihatkan pada Alena.

“Lena ....”

“Hm.”

“Tau gak ... Dulu kalo gue luka kayak gini Bunda yang selalu obatin. Tapi lukanya beda. Pas kecil gue luka gara-gara main layangan. Tapi sekarang gue luka gara-gara lo.” Alzean tertawa kecil di akhir kalimatnya membuat Alena tersenyum hangat.

“Gue juga.” Alena menerawang jauh kedepan. “Dulu lukanya di lutut. Sekarang lukanya dimana-mana.” Sama dengan Alzean. Alena juga mengakhiri kalimatnya dengan tawa.

“Gak usah sok kuat.”

“Bukannya sok kuat. Tapi dari dulu keadaan udah paksa gue jadi kuat.”

“Gue tau Lo punya banyak masalah. It’s okay. Masalah itu emang pada dasarnya udah mendarah daging di hidup kita. Mana ada manusia yang gak punya masalah. Semuanya punya cuma dengan masalah yang berbeda. Gue tau Lo selalu berusaha keliatan baik-baik aja. Tapi gak selamanya cara Lo berusaha baik-baik aja itu berhasil. Pasti selalu ada celah buat orang lain tau Lo punya masalah.”

Alzean menatap Alena lekat berharap gadis itu akan menceritakan sedikit masalahnya. Namun, bukannya tatapan serius yang Alzean dapatkan melainkan tawa kecil yang membuatnya mengerutkan kening bingung.

“Gue ngomong serius!” tekan Alzean sambil menatap Alena tajam.

Alena meringis saat merasakan aura garang dari seorang Alzean kembali muncul. “Barusan Lo ngomong Sepanjang itu.”

“Salah?”

“Ya enggak. Malah bagus.”

Alena kembali mengobati luka Alzean saat melihat beberapa lukanya mengeluarkan darah. Jika di bandingkan dengan Keano memang luka Alzean tidak ada apa-apanya. Bayangkan saja. Wajah Keano yang awalnya putih bersih kini harus di penuhi noda darah. Bahkan mulutnya nyaris tak terlihat akibat banyaknya darah yang membasahi wajahnya.

Melihat sudut bibir Alena yang robek membuat Alzean segera mengambil kapas dan menghapus sedikit darahnya. Sejenak pandangan mereka bertemu membuat jantung Alena berdebar tak karuan.

Pemandangan yang indah bagi sebagian orang. Namun tidak dengan Alona yang berdiri diambang pintu. Gadis seumuran Alena itu mengepalkan tangannya pertanda tak suka dengan apa yang baru saja di lihatnya. Senyuman yang awalnya terpatri indah di bibir kini harus di gantikan dengan tatapan tajam pada kedua sejoli yang berada dihadapannya.

Alona langsung menarik tangan Alena membawanya keluar ruangan. Menghempasnya kasar hingga membuat Alena hampir tersungkur jika saja gadis itu tak berpegangan pada dinding.

“Udah gue bilang jauhin Alzean! Kenapa sekarang kalian malah makin deket?!”

Alena meringis sambil memegang pergelangan tangannya yang memerah akibat cengkraman Alona. “Gue cuma mau bales budi---”

“Karena dia nyelametin Lo dari Keano?!” Alona tertawa sinis. “Justru itu. Mulai sekarang berhenti deketin Alzean atau gue laporin papa kalo Lo yang udah buat Keano sekarat kayak sekarang? Atau Lo yang udah buat Alzean luka-luka kayak gitu! Lo tau sendiri apa yang bisa papa lakuin, ‘kan?!”

Alena Zealinne Artharendra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang