15. Devano ?

691 42 0
                                    

SELAMAT MALAM SEMUAAAA...
GABUT NIH JADI UP LAGI HEHEE

SELAMAT MEMBACAAAAÀA.....

•••••°°°○●○●☆♡☆●○●○°°°•••••

“Dulu aku mengatakan jangan menyerah kepada semua orang. Lalu, kenapa saat aku ingin menyerah tidak ada satupun orang yang mengatakan jangan menyerah untukku?”

- Alena Zealinne Artharendra

•••••°°°○●○●☆♡☆●○●○°°°•••••

Happy reading❤

Alena membuka matanya perlahan. Gadis itu terbangun saat merasakan angin berhembus kencang hingga membuatnya mulai menggigil. Gadis itu melipat kedua tangannya didepan dada guna menahan dingin yang menyerang.

Alena melirik sekeliling. Gadis itu hanya bisa menghembuskan nafasnya kasar. Alena tau, saat ini hari sudah mulai larut. Alena sama sekali tak ingin pulang. Dirinya sama sekali belum siap untuk menerima semua cacian yang akan dilayangkan seluruh anggota keluarganya.

Ting!

Alena mengambil handphonenya perlahan saat melihat ada notifikasi masuk. Lagi-lagi hembusan nafas berat terdengar, hati Alena kembali dibuat hancur oleh satu pesan yang dikirimkan oleh Miranda.

Mamah❤

Mamah
Pulang! Dimana aja kamu! Kamu tau Alona tadi abis jatuh sampe lututnya luka? Kenapa kamu gak jagain dia, sih?! Gak berguna banget kamu jadi kakak! Kalau anak saya kenapa-napa gimana? Mau tanggung jawab kamu?!

Anda
Hati Alena juga sakit, Ma. Alena juga capek selalu di salahin. Luka Alona bahkan gak ada apa-apanya dibanding luka di hati Alena.

Mamah
Oh, udah berani ngelawan kamu, ya! Siapa yang ngajarin? Dasar manusia gak tau berterima kasih! Sakit di hati kamu itu gak ada apa-apanya dibanding sakit di hati saya pas kamu bunuh anak saya Aluna!

Anda
Iya ... Sakitnya Lena gak bakal ada apa-apanya dibanding sakit kalian. Hati kalian cuma tergores dikit. Tapi hati Alena di tusuk pisau.

Mamah❤
Halah! Drama kamu! Cepet pulang! Masih banyak pekerjaan rumah yang belum kamu selesain. Saya sibuk ngurusin Alona!

Alena merasakan perih di matanya. Lagi dan lagi air mata itu turun tanpa di minta. Kenapa selalu seperti ini? Selalu Alona yang di pedulikan, selalu Alona yang diutamakan. Dan kenapa Alena selalu menjadi yang terbelakang? Sebenarnya apa salah Alena, tuhan?!

Kalung berbentuk hati itu kembali mengalihkan Alena. Gadis itu tersenyum getir seakan ingin menunjukan pada Aluna betapa pedihnya penderitaanya.

“Lo liat sendiri, ‘kan, Lun? Gue emang jahat, jadi pantes dapetin ini semua.”

Alena menyimpan kalung dan buku diarynya kedalam tas. Segera gadis itu berdiri dari posisinya dan berjalan keluar kelas. Ringisan keluar dari mulut Alena saat dirinya tanpa sengaja menendang tong sampah hingga isinya berceceran.

Dengan segera Alena memungut sampah-sampah itu dan mengisinya kembali ke tempat semula. Tangisan pilu kembali terdengar. Alena kembali mengingat semua kenangan buruknya sambil mengangkat semua sampah-sampah itu.

Setelah selesai memungut sampah-sampah yang berserakan. Alena kembali meneruskan jalannya. Gadis itu berjalan perlahan sambil menikmati setiap hembusan angin yang menerpa seluruh bagian tubuhnya.

Alena Zealinne Artharendra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang