27. Dress

540 39 0
                                    

"Terkadang apa yang menurutmu baik, belum tentu baik menurut orang lain."

- Alena Zealinne Artharendra

•••

Alena berjalan lesu menuju kelasnya. Gadis itu baru selesai mengerjakan semua pekerjaan rumahnya setelah semalaman di kurung didalam Gudang yang berdebu. Tubuhnya terasa remuk semua dengan beberapa bagian tubuh yang memerah karena terkena gigitan nyamuk.

"Lena!" Seseorang menepuk pundak Alena hingga membuat gadis itu menoleh.

Alena mengerutkan keningnya saat melihat Haruna tersenyum sumringah menatapnya. Tak biasanya gadis keturunan Jepang itu akan tersenyum sebahagia ini. Selama ini Haruna selalu memancarkan aura yang dingin dan tegas. Namun Haruna yang sekarang benar-benar berbeda.

"Nanti malem boleh temenin gue ngedate sama Rayyan gak?" Haruna tampak menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal. "Soalnya gue masih kaku banget kalau sama dia. Ya, seenggaknya kehadiran Lo bisa bikin gue gak gugup-gugup amat."

Alena berpikir sejenak sebelum akhirnya mengangguk. "Boleh. Abis dari Resto, gue langsung temenin lo."

"Thank you, Lena! Ntar gue share lokasinya."

"Terus gimana keadaan Rayyan? Ada peningkatan?"

"Lumayan. Dulu dia belum bisa jalan. Tapi sekarang udah bisa dikit-dikit. Walaupun kakinya masih kaku dan kalau jalan masih perlu dipegang. Tapi seenggaknya Rayyan udah mulai semangat buat bisa jalan lagi."

"Yang masih jadi pertanyaan gue. Kenapa gak dari dulu-dulu aja Rayyan latihan jalan? Secara cacatnya gak permanen?"

"Rayyan gak pernah mau latihan jalan. Orang tuanya selalu sibuk dan gak pernah punya waktu buat urus dia apalagi buat ngajarin jalan. Dari situ Rayyan emang udah gak mau berusaha buat bisa jalan lagi."

Alena mengangguk. "Rayyan pasti beruntung banget punya Lo. Siapapun pasti kagum sama kalian berdua. Kalian itu saling menerima kekurangan masing-masing."

Jika Alena dan Alzean itu unik. Maka Cinta Haruna dan Rayyan itu istimewa. Keduanya bisa saling menerima kekurangan satu sama lain. Kita bisa belajar dari mereka berdua bahwa kekurangan bukanlah penentu segalanya. Kekurangan itu harus dilengkapi. Tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Semua pasti punya kekurangan dan kelebihannya masing-masing.

"Semua orang juga beruntung punya Lo di hidup mereka. Termasuk gue. Andai aja dulu Lo gak selametin gue. Mungkin gue udah gak ada didunia ini. Fisik sama mental gue lemah, Len. Gak kayak Lo!"

Alena terkekeh. "Mental sama fisik gue juga lemah. Cuma sebisa mungkin gue gak nunjukin kalau gue gak sekuat yang mereka bayangin."

Merasa sudah tak ada pembahasan. Keduanya lantas kembali berjalan menuju kelas. Beberapa siswa menyapa Haruna. Namun tak ada satupun dari mereka yang menyapa atau hanya sekedar tersenyum pada Alena. Semuanya memandang sinis gadis itu seakan ada kesalahan besar yang baru diperbuat Alena.

Gadis dengan rambut sepunggung itu menghentikan langkahnya saat melihat Alzean berdiri tepat dihadapannya. Sekejap pandangan keduanya bertemu sebelum Alana memalingkan wajahnya. Gadis itu terlalu lemah untuk menghadapi tatapan Alzean yang mematikan.

Alzean tampak menyembunyikan kedua tangannya dibelakang tubuhnya. Lelaki itu sudah menyiapkan sesuatu untuk Alena. Sesuatu yang menurutnya sangat special hingga semalaman dirinya tak tidur hanya untuk menyiapkan hal itu.

"Nanti malem Lo mau temenin Haruna ngedate, 'kan?" tanya Alzean yang langsung dibalas anggukan oleh Alena. "Gue ikut!"

"Tapi---"

Alena Zealinne Artharendra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang