36. Mulai Menjauh

1K 47 17
                                    

Hallo gaes selamat sore..
Langsung saja ya.
Selamat membaca😍
-
-
-

“Menangisi takdir dan menertawakan luka sudah biasa bagiku.”

- Alena Zealinne Artharendra

•••

Alzean menarik tangan Alena hingga membuat gadis itu berbalik. Matanya menatap lekat gadis yang kini berada dihadapannya sebelum tangan kekar itu mengelus lembut punggung tangan Alena.

“Sorry ....”

Alena tak menanggapi. Gadis itu berusaha menarik tangannya dari cekalan Alzean yang lumayan kuat. Hari ini Alena harus bisa belajar menjauh dari Alzean. Bukan untuk satu hari, dua hari, satu Minggu, ataupun satu tahun. Tetapi selamanya.

Alzean melangkah mendekati Alena hingga tubuhnya dan Alena hanya berjarak beberapa centi. Wajah tampan dan bibir tipis berwarna merah jambu itu berhasil mengambil pandangan Alena.

Alzean menunduk. Menatap wajah Alena yang hanya sebatas pundaknya saja. “Gue minta maaf ... Gue gak bermaksud ngomong gitu,” jelasnya yang tak dibalas sama sekali oleh Alena.

Setelah dirasa puas menatap mata indah milik Alzean, Alena lantas memundurkan langkahnya menjauhi lelaki itu. Sejenak hatinya terasa bergetar seiring dengan langkahnya yang semakin menjauh.

Melihat Alena yang semakin menjauh darinya membuat Alzean kembali menarik tangan Alena hingga gadis itu berada tepat dihadapannya.

Alzean mencengkram kedua pundak Alena kuat. “Please, ngomong, Lana! Lo bisa marah sama gue. Lo bisa nampar gue. Lo bisa maki gue. Asal jangan diem kayak gini!”

Alena memejamkan matanya sejenak. Hembusan nafas lelah terdengar sebelum gadis itu kembali membuka matanya. Tubuhnya yang perlahan mulai menjauh membuat tangan Alzean mau tak mau harus turun dari pundaknya.

“Please, jangan---”

“Mulai sekarang jauhin gue ...,” lirih Alena pelan. Setelahnya gadis itu segera berjalan pergi menjauhi lelakinya.

Alzean memundurkan langkahnya saat mendengar lirihan kecil dari bibir Alena. Lelaki itu menatap punggung Gadisnya yang perlahan mulai hilang dari pandangannya.

“Gue gak bisa!” balas Alzean dengan tangan terkepal kuat.

Alzean berjalan pelan menuju taman sekolah untuk menenangkan pikirannya. Entah sudah berapa kali lelaki itu menghembuskan nafasnya lelah. Bahkan beberapa siswa yang menyapanya pun tak ia hiraukan. Kini yang ada dipikirannya hanya Alena.

Alzean duduk di bangku panjang berwarna putih di taman dengan sedikit bunga-bunga indah disamping kiri dan kanannya. Sorot matanya sendu menyiratkan kesedihan yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

“Al,” panggil seseorang.

Alzean berbalik. Lelaki itu sedikit tersentak saat melihat Leo kini tengah berdiri di belakangnya. Lirikannya yang tajam berhasil membuat Alzean sedikit meringis.

Leo berjalan mendekati Alzean dan mulai duduk disamping lelaki itu. “Gak biasanya Lo Dateng ke taman kayak gini,” ucapnya memulai percakapan.

“Emang salah gue Dateng kesini?!”

“Sensi banget! Gue kesini cuma mau minta maaf soal kemaren!”

Alzean mengangkat sebelah alisnya.

“Sorry ... Gue terlalu kebawa emosi.”

“No problem. Kalau ada di posisi Lo juga gue bakal lakuin hal yang sama.”

“Tapi gue termasuk keterlaluan. Dan setelah gue liat gimana cara Lo selametin Alena dari Kelvan baru gue sadar kalau Lo bakal jadi ketua gang terbaik buat Avaluenz. Lo pelindung dan rela lakuin apapun demi orang yang Lo sayang. Itu yang buat gue ngerasa bersalah udah nyalahin lo.”

Alena Zealinne Artharendra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang