13 🦋

729 97 1
                                    

"Keluarga itu rumah, tapi keluarga itu neraka bagi gue."

-Nai.

•••

Gak Usah Cantik, Yang Penting Gatcal

"Yakin? Gue anter sampe sini?" tanya Tara sekali lagi. Sudah hampir sepuluh kali Tara bertanya seperti itu, padahal ujung-ujungnya hanya dijawab iya oleh Naira.

"Beneran nih ya?" Tara meyakinkan, tidak tahu kenapa ia merasa tidak enak. Ya meskipun, mereka masih dekat beberapa hari ini.

Naira mendengus pelan sambil menyandarkan badannya di tiang listrik. "Tarandra Leviansyah, gue beneran dan gue serius."

"Udah sono pergi, keburu dicari ketua lo nanti." ucapnya seraya mendorong tubuh Tara.

"Nai, gue kagak mau lo kenapa-kenapa nyet!"

Gadis itu memasang wajah lelahnya, "Emang gue bakalan kenapa Tar???"

"Heran nih, keras banget jadi orang." kesalnya.

"Gue gak nganterin sampe depan rumah sekalian?" tanya Tara sambil mengintip ke dalam komplek.

Naira menepuk pelan body motor ninja Tara. "Ujang, bawa pulang majikan lo ya. Dimohon sangat." gadis itu kembali menatap Tara. "Keburu malem!" lanjutnya menekankan kaimatnya.

Tara mendecak pelan, "Kalo ada apa-apa telfon. Wajib!" finalnya dengan tatapan tajam.

Tara menyalakan motornya, matanya tidak luput dari area dalam komplek. Mungkin mereka dekat beberapa hari ini, tetapi Tara anaknya suka khawatir jadi maklum lah.

Mereka mungkin sekelas dari kelas sepuluh. Tetapi tidak sedekat sekarang.

Dulu Naira lebih fokus menagih tunggakan kas Atma dan Ferja. Karena Tara jarang sekali menunggak kas. Biasalah anak rajin.

"Iya iya." pasrah Naira, agar laki-laki itu cepat pulang.

Tara menaikkan satu alisnya, "Abangnya mana?"

"Gue gak p-" kalimat itu terpotong ketika melihat Tara mematikan motornya lagi.

Dengan terpaksa, "Iya abang Tara yang Budiman."

Tara memberikan acungan jempol tepat di depan wajah Naira. Membuat gadis itu spontan bergerak ke samping.

Segera Tara menyalakan kembali motornya.

NAIRATMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang