26-Penyesalan

669 78 19
                                    

"Mau berubah gak?"

-At.

•••

Suara sirine ambulance dan mobil polisi, membuat suasana di sekitar lokasi kejadian sangat ramai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara sirine ambulance dan mobil polisi, membuat suasana di sekitar lokasi kejadian sangat ramai. Banyak beberapa penumpang yang menghentikan kegiatannya untuk melihat sang korban.

Sedangkan di pinggir jalan, ada Atma yang sedang berusaha hidup. Laki-laki itu mengalami pendarahan yang sangat hebat di bagian kepala.

Beberapa perawat dan dokter juga berusaha untuk menghentikan pendarahan sebelum dibawa ke rumah sakit.

Hari ini Atma, salah satu siswa di Sma Baranta harus memperjuangkan hidupnya.

Sesampainya di tempat kejadian, Gala dan Ferja sangat terkejut kepada kondisi Atma yang terbaring penuh darah di aspal. Laki-laki itu  hanya bisa menggerakkan bibirnya tanpa mengeluarkan suara.

"..."

Ia menguatkan matanya agar tetap terbuka, berusaha mati-matian untuk menyampaikan sesuatu. Yang sebenarnya tidak bisa dipahami oleh kedua temannya.

"At! Lo harus kuat oke?!" ucap Gala mencoba menguatkan ketua Antropeda itu.

Saat beberapa perawat datang membawa Brankar, Ferja dengan sigap membantu Atma untuk tidur di atasnya.

"Ja..." panggil Atma ke Ferja, dengan tatapan yang tidak bisa diartikan lagi.

"Sakit banget ya At? Tahan ya bentar lagi kita ke rumah sakit." Ferja sangat takut kalau Atma sampai kenapa-kenapa. Ia tidak mau kehilangan ketuanya.

"T-t...Tah akhh!" pekik Atma dengan menahan sakit di kepalanya. Rasanya seperti dihantam batu yang sangat besar.

Gala dan Ferja langsung panik begitu melihat Atma tiba-tiba memekik penuh penderitaan atas rasa sakit yang ia dapat.

"Anj ma! Plis lah woi!" spontan Gala menoyor kepala Ferja "Kok lo malah ngatain Atma njing!"

"Tah teh Saha anying!? Penasaran gue!"

Mereka pun berdebat seiring perjalanan, sedangkan Atma sendiri sedang berusaha untuk tetap hidup dan mengungkap siapa yang membuatnya sampai seperti ini.

•••

Sebelum masuk ke dalam ruangan Naira, laki-laki itu melepas jaket Antropedanya. Ia merasa sudah tidak pantas menggunakan jaket hitam bergambarkan ular dengan tengkorak.

Tara meletakkan jaket itu di atas kursi rumah sakit, lalu mengambil sebuket bunga yang sempat ia beli di jalan tadi.

Ceklek...

Mendengar pintu terbuka, membuat Naira mengalihkan fokusnya dari ponsel menjadi ke Tara.

"Tara." katanya dengan lirih. Jujur saja kalau badan gadis itu masih terasa, apalagi dibagian paha.

NAIRATMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang