Naira atau sering dipanggil tukang palak. Gadis cantik yang selalu menjadi incaran para lelaki buaya belang. Salah satu inti OSIS, yang jabatannya tidak main-main, ketua umum OSIS. Selain menjadi ketua umum, Naira juga menjadi bendahara di kelasnya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Naira melangkahkan kakinya berat. Ia hanya bisa merunduk seraya menatap sepatu putihnya. Apa jadinya jika kabar itu sampai di telinga papanya? Mungkin nyawanya akan hilang. Lebih baik seperti itu, setidaknya ia bisa beristirahat.
Gadis itu tidak mau ke kelas dulu. Padahal hari ini waktu presentasi kelompoknya. Ia lebih memilih tidak ikut presentasi, daripada harus dihina dan diejek oleh teman sekelasnya.
Mungkin mulai sekarang dan detik ini, ia menyerah. Apa itu harapan? Naira sudah tidak tahu.
Sesampainya di taman belakang, Naira memilih duduk di kursi kayu yang sudah tersedia di sana. Matanya menangkap beberapa anak yang kabur dari pelajaran dan ada juga yang merokok.
Biasanya Naira akan menegur mereka. Tetapi apa kuasanya sekarang, ia hanya murid biasa bukan sang ketua umum lagi. Jabatannya hilang.
"Gabut banget gue." gumamnya.
Naira memejamkan matanya. Siapa tahu nanti saat membuka mata, semuanya hanya mimpi. Tapi nyatanya tidak, itu semua sudah terjadi.
Kau datang tak kala sinar senjaku telah redup Dan pamit ketika purnamaku penuh seutuhnya
Perlahan Naira menyanyikan lagu dengan judul "Ku Kira Kau Rumah". Perlahan suara murid-murid yang bolos pelajaran tadi menghilang. Hanya terdengar suara kicauan burung dan hembusan angin.
Kau yang singgah Tapi tak sungguh
Kau yang singgah Tapi tak sungguh
Kukira kau rumah Nyatanya kau cuma aku sewa Dari tubuh seorang perempuan Yang memintamu untuk pulang
Terlalu asik dengan lagunya sendiri. Membuat Naira tidak sadar. Kalau sedari tadi, ada seseorang yang memperhatikannya dari atas pohon.
"Bagus juga Nai." puji seseorang itu, dengan senyuman yang bisa dibilang sangat manis.
Alhasil mata Naira terbuka. Matanya berganti menatap ke arah belakang. Mata dengan retina coklat itu, menangkap seseorang yang sedang bersedekap dada sambil bersandar di pohon.
"Tara?"
"Hai." Tara berjalan ke arah Naira yang sedang duduk termenung dengan tatapan kosongnya.
Melihat Tara, membuat Naira ingin pergi dari tempat ini. Pasalnya laki-laki itu selalu membuat hatinya tenang. Bagaimana kalau Tara sampai membuat dirinya menangis, kan Naira tidak mau terlihat lemah.