Naira atau sering dipanggil tukang palak. Gadis cantik yang selalu menjadi incaran para lelaki buaya belang. Salah satu inti OSIS, yang jabatannya tidak main-main, ketua umum OSIS. Selain menjadi ketua umum, Naira juga menjadi bendahara di kelasnya...
Laskar mengepalkan tangannya, matanya menatap nyalang ke arah Naira. Tetapi anak gadis itu tidak takut sama sekali, melainkan malah tersenyum simpul.
Naira berdiri dari tempatnya sambil melihat-lihat seisi rumah, "Anjing Diana, harus banget gue ngelawan." batinnya.
Mata gadis itu memincing saat melihat foto keluarga di rumah ini. Tidak ada dirinya di sana, hanya ada papanya, Ana dan Hania. Mungkin saat mereka berfoto, Naira membeli cilor di luar.
Tubuh Naira terjengat saat tangannya di tarik papanya begitu saja. Tubuh kecil gadis itu langsung dihempaskan ke tembok dengan sangat keras.
Naira yang belum siap dengan serangan papanya, hanya bisa merintih. "Oke waktunya dimulai. Tapi sorry Na, gue gak bisa ngelawan."
Dagunya di angkat tinggi-tinggi oleh Laskar. Langsung saja, ia melayangkan pukulan keras di pipi kanan Naira. Sudah seperti orang kesetanan, pukulan keras dilayangkan lagi di pipi kiri Naira. Ingat pukulan, bukan tamparan.
Luka lebam itu muncul saja di pipi mulus Naira, sudut bibirnya berdarah. Tapi ia tetap tenang, ini hanya pukulan biasa.
"KAMU TADI BILANG MAMA KAMU APA??!!" pukulan mendarat di kepala Naira. Anjing!
Naira tidak menjawab, ia menatap tajam ke arah Ana. Sedangkan Ana, hanya memutar bola matanya malas. Naira mati pun ia tidak peduli.
Tidak mendapatkan jawaban, Laskar langsung menghempaskan tubuh anaknya itu ke lantai. Naira tidak bisa menahan, membuat kepala gadis itu berbenturan dengan lantai.
"Awww!" rintihnya pelan.
Ana menghentikan tindakan Laskar selanjutnya. Wanita jahanam itu berjongkok, lalu menatap Naira miris.
"Ck! Kasian ya kamu, udah dibuang, sekarang disiksa." Ana menjambak Naira kuat-kuat, membuat wajah gadis itu terlihat.
"Lebam banget muka kamu. Besok gak usah sekolah, sampai lebam ini hilang."
Rahang Laskar bertambah mengeras. Ia menyuruh Ana untuk berdiri dari tempatnya. Setelah itu, Laskar mengangkat kerah Naira. Pria paruh baya itu, menyeret Naira untuk masuk ke kamar mandi.