Naira atau sering dipanggil tukang palak. Gadis cantik yang selalu menjadi incaran para lelaki buaya belang. Salah satu inti OSIS, yang jabatannya tidak main-main, ketua umum OSIS. Selain menjadi ketua umum, Naira juga menjadi bendahara di kelasnya...
"Kalo dateng cuma mau nambahin beban, mendingan lo pergi, gue gak butuh."
-Nai.
•••
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tidak mau kalah dengan Diana, Ferja segera menambahkan kecepatan larinya. Iya, hari ini adalah hari dimana anak-anak memperjuangkan nilainya sebelum UAS.
"GUE YANG MENANG!" teriak Ferja yang mampu melewati Diana, alhasil dia di posisi pertama.
Diana melotot tidak percaya, demi mendapatkan posisi pertama, laki-laki itu rela bodoh. Padahal posisi pertama sudah didapatkan oleh Naira.
Kasian sekali usahanya sangat sia-sia.
Sesampainya di garis finish, Ferja langsung sujud syukur lalu mendongakkan kepalanya menghadap ke langit, "Akhirnya kaummu ini mendapatkan posisi pertama dalam lomba lari."
"Ekhem!" deheman itu membuat Ferja segera menoleh ke arah kanan.
"Gue yang pertama ja, gue yang menang." ucap Naira enteng tanpa mau melihat wajah bengong Ferja.
Diana yang baru saja datang, tertawa dengan keras seraya menepuk-nepuk punggung milik Ferja. "Sabar ya, mungkin nanti pas uprak lo di posisi pertama Jo."
"Pertama dari belakang maksudnya." lanjutnya lalu melenggang pergi bersama Naira.
Pupus sudah harapan besar Ferja.
Sesampainya di kantin, Naira dan Diana segera memesan semangkok bakso dengan es teh yang sangat menggiurkan.
"Eh iya entar ulangan dadakannya gimana?" tanya Diana kepada Naira yang sedang fokus memainkan ponselnya.
Tidak ada jawaban dari Naira, gadis itu sepertinya sangat fokus untuk membalas berbagai pesan di ponselnya.
"Berasa ngomong sama tembok gue." ucapnya mencoba menyindir sahabatnya itu.
Mendengar ucapan Diana, Naira segera menutup ponselnya dan meletakkannya di atas meja sebelah kecap.
"Lo tadi ngomong apa?" Naira bergeser ke kanan agar lebih dekat dengan Diana.
"Nggak jadi kayaknya, gue nanti bilang ke Pak Wasis." mendengar itu Diana spontan membulatkan matanya.
"Seriusan lo Nai???" Naira hanya mengangguk, mengiyakan pertanyaan Diana.
"Seumur hidup, baru kali ini ulangan matematika tanpa guru dan lo nolak. Anjir lah Naiii." Naira yang tidak terima kalau dibilang menolak ulangan tanpa guru, langsung memukul lengan sahabatnya itu.
"Ih aduh kenapa??"
"Bukan gue ya yang nolak, gila kali lo." protesnya. "Tuh, si ketua kelas lo yang kepintarannya melampaui batas kewajaran, dia yang nolak. Katanya gini giwi iming nikil tipi kili ilingin yi hiris idi girinyi."