Naira atau sering dipanggil tukang palak. Gadis cantik yang selalu menjadi incaran para lelaki buaya belang. Salah satu inti OSIS, yang jabatannya tidak main-main, ketua umum OSIS. Selain menjadi ketua umum, Naira juga menjadi bendahara di kelasnya...
"Kepintaran gue itu melebihi Albert Einstein, Naira aja kalah, apalagi lo pada."
-At.
•••
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Naira memilih diam. Memang harus banget gitu, dia memberi tahu kepada Atma. Lagi pula hubungannya dengan Saturnus juga biasa saja.
"Selain gak pinter, lo juga gak bisa ngomong." memang pada dasarnya mulut Atma itu tidak ada remnya, suka asal ceplos saja.
"Gini nih yang gak gue suka dari lo. SUKA KEPO, FREAK, ALAY, TERUS JELEK! Gedeg gue lihat muka lo." ucapnya dengan sumpah serapah yang selalu Naira pendam.
"Nah ini yang gak gue suka dari lo. SUKA NGALIHIN TOPIK! Gedeg juga gue." balas Atma tidak mau kalah.
Naira memincingkan matanya, menatap Atma dari atas ke bawah. "Terus ngapain lo ngomong sama gue, kayak ada hal penting aja sampe lo lari-larian di koridor. Nggak takut kena dispet amatiran Baranta?"
Laki-laki itu tidak habis pikir dengan sifat Naira. Semua gadis saja sangat ingin mengobrol dengan dirinya, sangat ingin dipedulikan olehnya, tetapi Naira tidak sama. Titisan malaikat neraka memang sangat berbeda dari yang lain.
"Mikir apa Lo?"
Atma bersedekah dada, "Lo pacarnya Saturnus?" dengan pedenya ia bertanya seperti itu
Pertanyaan itu, dijawab oleh Naira dengan tendangan maut di tulang kering Atma. Alhasil, laki-laki itu spontan berjongkok seraya mengelus-elus tulang keringnya.
"Rasain! Mampus! gue doain gak bisa jalan. Lo lebih keren jalan pake tongkat!" Mata Atma membulat sempurna, omongan Naira sangat pedas sampai menembus jantung.
Tanpa merasa bersalah dengan ucapannya, Naira segera melenggang pergi. Sedangkan Atma, masih mengelus tulang kering kesayangannya.
"BOCIL KEMATIAN LO!" umpatnya yang terdengar sampai ke ruang BK.
Bu Kinan yang mendengar umpatan itu, langsung keluar dari ruangan dan mencari siapa pelakunya.
Mata Bu Kinan dan lehernya menggeleng secara bersamaan. Sudah bisa ditebak kalau yang mengumpat itu,
"ATMAJA MERANA!" Atma menutup telinganya yang terasa hampir pecah.
Sudah tulang keringnya sakit akibat Naira dan sekarang, telinganya. Hari ini adalah hari yang sangat sial.
"Aduh Truk Buldozer." gumamnya amat teramat pelan. Jika terdengar ke telinga Bu Kinan, hancur sudah badannya digeprek.