06-Kesalahan Di Masa Lalu

978 124 3
                                    

"Butuh banget support dari orang spesial. Lah iya lupa, kan gak ada yang sayang sama gue."

-Nai.

•••

Tanpa memberikan salam, Naira segera melenggang masuk ke rumah Saturnus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tanpa memberikan salam, Naira segera melenggang masuk ke rumah Saturnus. Gadis itu langsung naik ke lantai dua, untuk mencari keberadaan kamar Saturnus.

Kamar dengan pintu hitam yang terdapat poster Draxon itu, mampu membuat Naira naik pitam. Emosinya menggebu, saat mengetahui kalau Saturnus habis adu kekuatan di lapangan.

Tanpa mau basa basi lagi, ia segera membuka kamar milik Saturnus. Saat pintu terbuka, betapa terkejutnya, ia melihat laki-laki itu sedang terbaring lemas sambil mengompres pipinya yang saat ini terlihat lebam.

"Anak sontoloyo, tau berantem doang." gumamnya.

Naira segera meletakkan tasnya dan duduk disamping kasur king size milik Saturnus. Ia mengambil handuk kompres milik laki-laki itu secara tiba-tiba, membuat sang empu terkejut bukan main.

"Nai. Kok-" ucapannya terhenti saat melihat tatapan tajam dari Naira.

"Bacot, diem lo." dengan perlahan gadis itu mengompres satu persatu luka lebam di pipi Saturnus.

"Gak capek berantem?" tanya Naira, sebenarnya dia emosi tetapi harus tetap ditahan.

Saturnus tersenyum melihat wajah merah milik Naira. Cantik? Tentu sangat cantik. Dari jaman Smp sampai sekarang, wajah gadis itu yang selalu menjadi daya tarik dalam hidupnya.

Saat ingin mengusap pipi Naira, dengan kecepatan kilat gadis itu menepisnya. "Ngapain?" tanyanya tajam.

"Jangan galak-galak, nanti gue tambah suka." ucapan itu berhasil membuat Naira malas.

Naira melempar handuk kompresnya tepat di wajah tampan Saturnus.

"Anjir macan lepas dari kandang."

Saat Naira ingin berdiri, dengan cepat laki-laki itu menahannya.

"Di sini dulu ya Nai." pintanya dengan mata memohon. "Gue pengen ditemenin." lanjut Saturnus dengan lirih.

Terdengar kalau Naira mengambil nafasnya banyak-banyak lalu menghembuskannya dengan kasar. Mau tidak mau, gadis itu kembali duduk dan mengusap rambut hitam milik Saturnus dengan pelan.

"Berhenti berantem." ucapnya mencoba terlihat lemah lembut, padahal mah tidak.

"Kita gak bisa balik Nai? Balik kayak dulu." sungguh pertanyaan ini adalah pertanyaan yang sangat ia benci.

NAIRATMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang