Naira atau sering dipanggil tukang palak. Gadis cantik yang selalu menjadi incaran para lelaki buaya belang. Salah satu inti OSIS, yang jabatannya tidak main-main, ketua umum OSIS. Selain menjadi ketua umum, Naira juga menjadi bendahara di kelasnya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Naira menatap dirinya sendiri ke arah cermin, apakah dia harus selalu kuat? Apakah dia harus selalu berbohong kepada semesta? Kalau dibayangkan saja sudah lelah. Naira capek, gadis itu sangat lelah.
"Tolong kasih gue satu hal. Dan hal itu yang bikin gue nyerah. Gue capek banget." ucapnya seraya membersihkan noda merah di seragamnya.
Naira berdecak sebal, "Sialan. Gak bisa hilang juga aelah."
"Gak papa Nai sabar. Ini tuh ujian dari semesta. Gue baik makanya gue dikasih ujian." Naira memasang mode tengilnya ke arah kaca.
Tanpa ia sadari, ada seseorang yang memperhatikan kegiatan Naira sedari tadi. "Kasian banget gue sama lo. Dipaksa bahagia sama semesta." kata Gisel, yang baru saja keluar dari bilik kamar mandi.
Melihat dari pantulan kaca saja rasanya ingin muntah, apalagi melihat Gisel secara langsung. Bisa-bisa Naira opname selama satu minggu.
"Gak mau ngeladenin setan." ucap Naira lalu beranjak pergi. Tapi Gisel segera menahannya.
Dengan mudahnya, Gisel menghantamkan Naira ke tembok. Mungkin karena badan Naira yang secupil.
Naira hanya bisa merintih seraya menatap sengit ke arah Gisel. "Kenapa? Gak suka?"
"Lo iblis ya Sel?" Gisel mengernyit, mendengar pertanyaan Naira.
"Perlu gue perjelas lagi." Naira menggelengkan kepalanya. Ia kembali berdiri tegak dan memandang remeh ke arah Gisel.
"Lo itu cupu, cemen, centil, gak modal, suka iri dengki, suka pamer barang-barang, pembohong dan" Naira menyilangkan tangannya di depan dada. "Murah."
Sontak mata Gisel membulat. Dengan kesal, gadis itu melemparkan tempat tisu yang terbuat dari kayu ke arah Naira. Untung saja Naira anaknya gesit, jadi dia bisa menghindar.
Naira menjetikkan jarinya, "Oh ketambahan, lo psikopat."
"Bisa diem gak sih lo Nai! Ngelawan mulu!" bentak Gisel yang emosinya sudah naik pitam.
"Gak! Gue punya mulut, gunanya buat ngomong sama makan." balas Naira tidak peduli dengan Gisel yang emosi.
"Gue benci banget sama lo." Gisel menunjuk kasar ke muka Naira.