mission

169 29 7
                                    


_____________

______

"Nami, kau tak mencari pekerjaan?" Tanyanya.
Nampaknya malaikat pun tau jika dia di pecat dari pekerjaannya kemarin karena ada yang menghasut bosnya, dan dirinya di rumorkan hal yang buruk oleh seisi kantor.

"Pekerjaan? Aku merasa sedikit malas dan lelah. Mungkin aku akan menganggur dulu"
Nami merentangkan kedua tangannya kemudian menekuknya meletakkan ke kepalanya. Padahal dia sebenarnya hendak menghindari orang-orang.

"Perbuatan mu tidaklah baik."

"Bukankah itu terserah ku?" Nami lantas meletakkan kepala di meja makan merasa malas. Ia habis menghadapi pekerjaan yang begitu sulit dan melelahkan. Akan ada pertimbangan lebih matang dari yang ia lakukan sekarang.

"Malaikat pencatat amal buruk Mauvais akan menulis keburukan mu bila kamu masih bermalas-malasan"

"Ih... kok gitu!"
Ia spontan kembali duduk tegak, otaknya tidak kembali fokus pada niat awalnya untuk menganggur untuk beberapa bulan.

"Semua perbuatan akan ada pertanggungjawabannya"

"Sial"

"Mengutuk malaikat pelindung menjadi amalan buruk yang di tulis malaikat pencatat amal buruk di buku kamu"

"Tapi aku gak mengutuk mu"

Malaikat di hadapannya hanya menatap datar.

Ah benar, dia membaca pikiran. Sungguh lucu, ia baru sadar jika hidup sendiri lebih menyenangkan ketimbang di tampaki malaikat meskipun tampan.

Malaikat dan Nami akhirnya keluar mencari pekerjaan. Karena Nami tak tahan dengan paksaan malaikat yang membuat dirinya merasa begitu risih.

Mereka berada di jalan sekitar perumahan Nami. Mencari-cari jika ada lowongan apapun itu, di sisi lain Nami memang ingin bermalas-malasan.

"Kenapa  gak tuan kasih tahu aja di mana ada yang butuh pekerja baru?"

"Bila aku memberitahumu kamu pasti tidak akan berusaha lebih keras"

Nami menghela nafas kesal sambil menatap berkas identitas di tangannya. Sudah seharusnya ia ketahui mencari pekerjaan tidaklah semudah itu.

"Baiklah aku akan beritahu. Kamu harus datang ke sebuah toko kue dan bunga di sekitar jalan ini."

"kerja di toko? Kenapa?"
Nami menatap penasaran.

"Takdir Tuhan. Kamu tau apa alasannya kamu di pecat?"

"Karena teman ku munafik, dia seperti ular yang menyebarkan bisa"
Ucap Nami dengan keras dan cepat.

"Salah, alasan kamu di pecat adalah karena seorang manusia sebaya mengirim pesan pada Tuhan agar di datangkan seorang yang dapat di percaya untuk membatu menjalankan tokonya"

"Ha?"

"Tuhan mentakdirkan kamu di pecat agar kamu bisa membatu nenek tersebut paham?"

"Oh gitu, tapi kenapa aku?"

"Takdir Tuhan"

"Hanya karena dia?" Nami seperti menyepelekan. Karena dia bukan orang yang religius dia hanya merasa Tuhan ada tapi tidak mungkin ada untuk orang yang berdoa seperti dirinya.

"Doa itu memiliki kekuatan yang sangat besar. segalanya akan berubah hanya karena sebuah doa"

"Aku baru tau"
Karena selama ini ia hampir tidak percaya akan hal seperti itu. Tak ada yang pernah membuat dirinya percaya akan sesuatu yang di sebut harapan apalagi doa.

Girl With Guard-  [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang