...

56 14 5
                                    

Nami menatap Viktor yang masih melemparkan tatapan satiris padanya.

Dia yakin mie di mangkuk Viktor sudah menjadi dingin saat ini.
Beberapa saat lalu Nami membawa Viktor untuk memakan sesuatu yang hangat sebelum waktu makan siangnya berakhir.

Dan kebetulan di ujung perempatan ada toko mie yang baru buka, rasa terbaik dari mie itu.
Sangat memanjakan lidah dan tempatnya yang begitu indah.

"Apakah kamu gak capek menatap ku terus?"
Tanya Nami, dia ini wanita dewasa yang bisa saja sensitif terhadap anak kecil yang berniat membuat dirinya kesal.

"Kakak yang buat aku berada dalam keadaan ini"

Nami memutar bola matanya kesal. Sudah berapa kali ia di salahkan terus.
"Kamu sendiri yang salah, dan juga bersikap lah sopan aku lebih tua dari mu tau!"
Nami ingin melempar garpu tapi berusaha menahannya untuk sabar.
"Untuk apa kamu bersikeras ingin mati hmm?"

Tatapan Viktor tiba tiba menjadi teduh, terlihat tampungan luka yang menjadi pertanyaan untuk dirinya.
Apakah ada yang melukai hati Viktor?
Seorang laki laki harusnya kuat bukan?
Apakah yang membuat Viktor jadi serapuh itu?

Ia tidak kekurangan di tinggi badan dan fisiknya. Tetapi mental Viktor sangat kecil seperti wanita.
Pemuda itu pasti mengalami sebuah trauma.

Dan mengapa juga ia harus berurusan dengan bocah ingusan tanggung sepertinya.

Nami menggeleng, seharusnya dia tidak memiliki sifat perduli seperti ini. Sudah lama hatinya mati rasa dan mengapa sekarang ia perduli pada orang lain selain dirinya sendiri.

Nami kembali bekerja setelahnya, dan hal yang mengejutkan datang kembali di saat Viktor malah duduk di ujung ruangan toko dan masih menatapnya.

Pertama Nami ingin tidak perduli, mengingat ada hal yang perlu ia pikirkan yaitu ibu Maria.

Tetapi...

"Apakah dia akan terus duduk di situ?"
Tanya tuan malaikat pada Nami yang sedang mengelap meja.

Ini sudah pukul empat sore dan pemuda itu masih tetap ada di dalam toko.
Kebetulan Malaikat yang menjaga Viktor ada di sana juga.

"Entah, aku gak mengerti sama sekali pola pikirnya"
Balas Nami sambil melanjutkan pekerjaannya sebelum pulang ke rumah.

Bahkan setelah Nami menenteng tas nya Viktor tetap mengikuti dirinya.

"Sebenarnya apa yang kau inginkan?!"
Tanya Nami masih mereka yang berdiri di depan toko.
Viktor hanya diam.

"Viktor, pulanglah ibumu pasti khawatir"
Tuan malaikat terlihat sedikit terkejut saat Nami mengatakannya.
Dua malaikat itu yang sama sama terkejut diam saja.

Saat itu Nami sudah berbalik ingin segera pulang.

"Dia tidak akan khawatir"
Balas Viktor dan Nami masih melangkah.
"Dia sudah tidak ada"

Langkahnya langsung terhenti saat itu juga, seperti ada kesedihan yang bercampur masuk ke dalam hatinya.

Tuan malaikat tahu tentang itu makanya mereka terkejut saat Nami membahas tentang ibu.

Nami membalikkan badannya kemudian menghampiri Viktor kembali.
Mereka hanya saling berhadapan, entah apa yang harus Nami katakan tetapi kata kata permintaan maaf seharusnya yang paling tepat.

"Nyonya pemilik toko ini-"

"Akan meninggal"
Nami membalas cepat ucapan Viktor sebelum pemuda itu penasaran dengan adanya bayangkan hitam di toko.

"Jadi dia benar malaikat maut"
Gumam Viktor.

"Bahkan aku sudah memberi tahu mu"
Kata Malaikat yang menjaga Viktor.

Girl With Guard-  [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang