...

88 17 13
                                        


"Kamu harus segera bertemu ibu mu, dalam dua Minggu dua hari aku akan segera pergi, dan dalam hal itu aku tidak yakin kamu bisa berubah tanpa paksaan. Kamu yakin mau masuk neraka lebih lama?"

Nami berdecak sambil menatap tajam, mereka dalam perjalanan menuju toko kue di saat Nami sudah tidak tahan dengan ocehan yang sudah di mulai sejak pagi. Ia takut mati dia takut masuk neraka dan tidak punya niat berlama lama di sana.

"Iya iya, tuan malaikat bisa sabar gak? Aku lagi usaha?"

"Jikalau kamu meminta bantuan Finn usahamu pasti akan membuahkan hasil"

Mata Nami semakin memberikan tatapan tajam.
Selepas dari itu ia hanya bisa menghela nafas, masalahnya ia punya banyak alasan yang hanya bisa di jelaskan lewat hati ke hati agar ada yang mengerti mengapa dia berusaha menjauh dari Finn.

Oh dia butuh seorang penerjemah atas bahasa hati yang begitu rumit.

Nami sudah ada di depan toko melambaikan tangan ke udara yang Manusia biasa kira kosong. Padahal ada laki laki tampan sedang berada di sana.

"Aku bakal berusaha dengan cara lain dulu"
Kata Nami tuan malaikat lantas berbalik sambil memasukkan satu tangan ke dalam saku dan berjalan santai.

Nami berjalan masuk tetapi ia lupa sesuatu untuk di katakan.

"Tuan malaikat-"
Saat ia berbalik tidak ada siapapun di jalan itu. Hanya jalan yang kosong.
"Cepet banget hilangnya"
Nami berjalan mundur untuk masuk ke dalam toko karena masih penasaran bagaimana cara malaikat tadi menghilang.
Sayang sekali ia tidak bisa melihat momen langka seperti itu.

"Selamat pagi"
Ucapan Nami terdengar setelah lonceng berdenting.

Nami berhenti di depan pintu saat melihat sosok hitam sekilas di ujung ruangan sebelum sosok itu hilang. Ia sampai merasa salah melihat.
Tapi ia melihat jelas beberapa detik sebelum mahluk tadi menghilang.

"Nami?"

"Iya? Maaf nek aku tadi agak melamun"
Nami tersadar dan langsung berjalan mendekat ke dalam dapur. Ia harus lebih fokus sebelum terus berhalusinasi.

Ia membantu membuat adonan kue kering sebelum membersihkan meja dan membalik tanda di jendela toko.

Sebentar lagi akan ada hari ibu sehingga ia harus sedikit lembur untuk pesanan kue yang sudah menumpuk sejak dua hari lalu. Beruntung saja akan ada dua orang lain yang membantu nanti tapi Nami belum bertemu dengan orang tersebut.

"Nona, donat kentangnya satu kotak"
Seorang laki laki memesan dengan senyuman.

"Baik, apa saja topingnya tuan?"

"Em mungkin nona bisa memberikannya Secara acak"

Nami mengangguk lalu membungkusnya dan memberikannya pada laki laki itu.

"Apa aku bisa meminta nomer mu"
Tanya laki laki itu saat ia hendak memberikan kembalian.

Nami berfikir sejenak dalam keraguan hingga akhirnya berkata.

"Tidak, mohon maaf atas ketidaknyamanannya"
Kata Nami menolak halus, mana mungkin ia mau berhubungan dengan laki laki sekarang.

Laki laki itu hanya tersenyum kemudian pergi.

Bunga-bunga di depan toko perlu disiram karena banyak yang layu. Nami hanya mendapatkan tugas menyiramnya sebelum pulang kerja, tetapi karena hari ini Nami lembur mungkin ia akan menyiramnya lebih awal.

Wanita cantik yang pernah datang ke toko ini terlihat datang kembali untuk memesan sebuah pie apel. Tapi dari tatapan matanya ia terus memperhatikan Nami dari atas sampai bawah.

Girl With Guard-  [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang