Duka

43 14 3
                                    

  Meski Nami terus berusaha menelan salivanya dan memaksa otaknya untuk terus fokus semua hal yang telah ia lakukan nyatanya tak berguna.

Seorang wanita cantik, orang yang pernah datang kemari berjalan dan berdiri tepat di depan Nami.

Wanita itu diam sambil mengamati dirinya sejenak sebelum membuka suara.

"Kamu mengenal Jeffry?"

"Maaf?"
Nami masih tersenyum sebagai bukti keramahan meskipun ia sedikit tidak mengerti di awal.

"Aku kekasih Jefrey"

Satu kalimat singkat mengubah raut wajahnya seperti bianglala di puncak tertinggi.

"Aku ingin kamu tidak terlalu dekat dengannya, karena aku bisa berpikir kamu akan merebut Jefrey dariku"

Wajahnya cantik dan ucapannya sangat berani, sayang sekali moralnya sedikit terganggu.

"Dia hanya teman kecil ku, nona tak perlu khawatir"
Penjelasan yang Nami berikan semata mata hanya ingin mengubah kesalahan kecil pada pandangan wanita tersebut.

"Baguslah, jangan sampai kamu melebihi batasmu ingat itu"
Wanita itu kemudian pergi setelah berbicara begitu. Padahal wanita itu memiliki suara yang lembut tetapi ia sedikit menyebalkan pikir Nami.

Kacau saja hari ini, ia di buat kewalahan dengan pikiran pikiran yang menganggu dalam satu waktu dan itu bersamaan.

Bayangkan hitam itu faktanya tidak akan beranjak kemanapun selain terus mengikuti Maria.
Ia sampai di buat salah tingkah dan cemas karena hal tersebut.
Firasat buruk sudah ia rasakan dan kini ia lebih yakin.

Dari sini ia cukup tahu, menjauhi dan menghindari Finn adalah hal yang baik dan keputusan paling tepat.

Sudah sore, ia menjalani hari ini dengan sedikit berat dan beberapa hal tidak mengenakan

Nami berlarian cepat menuju ke rumahnya dan hampir jatuh saat membuka pintu.

"Tuan malaikat!"
Teriaknya mendapati tuan malaikat ada di kursi sambil duduk tegap bersama Moza dalam pangkuannya.

"Aku tadi liat bayangan hitam yang terus menerus mengikuti Bu Maria, apakah itu..."
Nami belum menemukan jawabannya hanya menyimpulkan secara asal tetapi ia merasa ragu untuk menjelaskannya.

"Dia malaikat maut"

"Apa?!"
Nami kaget bukan main, ia semakin memperkuat laju detak jantungnya.
"Tidak, mana mungkin. Itu semua tidak mungkin"
Ia panik, mengetahui hal ini ia jadi semakin tidak tenang.

"Malaikat maut sudah ada di sekitar manusia sejak seratus hari sebelum kematiannya"
Ungkapan yang ia dengar tetap membuat Nami gelisah.

"Kapan?"

"Manusia tidaklah seharusnya tahu kapan manusia lain meninggal. Yang kamu perlu tahu Nami Nuria, setiap orang akan meninggal"

Tertampar oleh ucapan malaikat Nami hanya diam, tetapi ia tidak ingin sekedar tak melakukan apapun.
Ia ingin bisa menjadikan hari sebelum kematian Maria bahagia.

"Aku sarankan jika kamu ingin membuat orang lain bahagia, lebih baik kamu juga membuat keluarga mu dulu bahagia. Kamu tidak pernah menyangka takdir Nami"

Itu, kata katanya yang berarti perintah untuk menemui sang ibu. Nami bisa berfikir jelas dan akan istirahat sejenak sebelum memutuskan hal tersebut.

Nami membersihkan diri masih dalam lamunannya yang berkepanjangan.
Ia ingin tidur sebelum suara dering telepon membatalkan niatnya.

Girl With Guard-  [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang