...

72 19 5
                                    

Mohon di maafkan atas segala typo.

.

.

.

"Bukankah kamu seharusnya mencari alamat rumah ibu mu? Finn tentu saja bisa membantu mu dengan sukarela"

Nami masih dalam perjalanan menuju supermarket karena paksakan tuan malaikat. Di dalam kulkasnya terpantau tak memiliki makanan sehat yang layak sehingga sang malaikat terus menceramahi dirinya hingga sakit telinga.

Ya benar saja ia seperti di hantui oleh bayang bayang nyata yang tidak bisa di lihat oleh orang lain. Hal ini membuat dirinya seperti orang gila.

Nami meletakan handphone di telinganya. Tidak, bukan karena ia menelpon seseorang ini hanya sekedar penyamaran agar ia tidak terlihat bicara sendiri.

"Sejujurnya Tuan malaikat, aku lebih suka mencari tahu alamat mama sendiri ketimbang harus minta tolong sama dia. Paham gak sih aku tu malu kalo ketemu sama dia"
Tolak Nami sambil memilih buah jeruk yang sangat segar berwarna oranye.

"Kau mempersulit hidupmu padahal aku sudah membatu mu menemukan jalan dengan seizin Tuhan"

Nami menoleh dan melotot tidak menerima akan ungkapan tersebut.

Ia langsung membawa belanjaan keluar dari supermarket setelah membayarnya. Padahal Nami sedang berhemat demi membeli rumah baru yang ada di perempatan jalan. Tetapi ia di paksa untuk membeli makanan sehat yang lengkap demi jasmaninya.

"Jika kamu meninggal karena berhemat sudah seharusnya kamu menyesal"

Nami tersenyum kecut, itu masuk akal juga sebenarnya. Pikiran nya sudah di jajah selama ini dan Nami sudah tidak heran lagi akan hal itu.

Di halte ia melihat seorang ibu-ibu hamil yang sedang duduk. Nami hanya sedikit menoleh ke arah wanita yang terlihat begitu rapuh dan cantik itu lalu fokuskan berubah pada tuan malaikat yang tersenyum lebar.

"Ya Tuhan!"
Ucapnya bersamaan dengan kaget satu tangan yang menutup mulut.

"Ada apa?"

"Tuan malaikat kamu tersenyum?"
Untuk pertama kalinya wajah tanpa ekspresi itu menarik sudut bibir dengan sangat manis dan menawan.

"Tentu saja, apakah itu mengherankan?"

Nami menggeleng tak percaya, ini sangat tidak wajar menurutnya

"Wanita hamil adalah orang yang sangat mulia kamu harus ingat itu. Lihatlah betapa banyak malaikat lain yang menjaganya"

Nami kembali menoleh ke arah wanita itu dan mendapati ada beberapa cahaya yang mengelilingi wanita tersebut. Bukan hanya beberapa tetapi ada banyak.

Ah iya Nami lupa akan hal itu, mahluk istimewa akan selalu di jaga oleh banyak malaikat.

Nami terus berjalan melewati taman dan duduk sebentar di pinggir jalan yang di sediakan tempat duduk.

"Aduh capek banget, kalo ada pacar enak kayaknya ada yang bisa bantu bawa barang."
Katanya lalu melirik malaikat di sampingnya.

"Aku bukan orang, yang pantas untuk membawa barang-barang mu"
Balasnya.

Nami menatap jengah, ya sudahlah memang nasibnya tidak beruntung untuk masalah percintaan.

Bagian utama dari taman di mana ada banyak wahana permainan di penuhi suara tawa anak-anak dan teriakan mereka. Hari yang panas ini cukup membuat tenaga dalam dirinya berkurang banyak.

Ia melihat ada anak kecil yang sedang bermain sambil membawa bola masuk ke dalam taman.

"Kamu punya kesempatan dan kamu telah menyia-nyiakan nya."

Girl With Guard-  [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang