pergi

39 12 0
                                    


Dengan motornya Finn mengantarkan Nami sampai di depan rumahnya.
Malam sudah semakin larut dan tidak ada pembicaraan lain saat ini.

"Terimakasih sudah membantu ku lagi"
Kata Nami sebelum melangkah masuk ke dalam.
"Oh iya, berapa yang aku harus ganti"
Nami membuka dompetnya, ia pikir yang yang ada di dalam sana cukup banyak untuk membayar biaya rumah sakit dan obat.

"Aku gak mau di bayar pakai uang"
Mendengar ucapan Finn Nami sempat bertanya-tanya.

"Ayo kita makan siang besok, tidak saat kamu sudah sehat ayo kita makan siang"

Nami lantas saja menggeleng, karena itu tidak akan pernah terjadi lagi.

"Finn, aku memang menghindari mu."
Tuan malaikat sedikit terkejut, karena Nami berkata demikian dengan berani.

"Benar ternyata, kenapa... Kenapa kamu menghindar"
Finn berjalan mendekat karena butuh alasan yang jelas.

Jantung mana yang akan stabil ketika yang dia suka mendekat seperti itu. Seketika saja bibirnya jadi kelu, dan bingung harus menjawab apa.

"Karena kamu terlalu ikut campur dalam urusan ku. Jadi..."
Nami mengambil uang di dalam dompetnya dan memberikannya pada Finn.
"Tolong jangan bertemu lagi dengan ku."

Diekor matanya terdapat kilatan cahaya karena air yang menggenang.
Nami tak mau ini terlihat dramatis langsung masuk ke dalam dan mengunci pintunya.

Ia tidak pernah mau ini terjadi.
Ia suka pada Finn, sangat menyukainya.

Ketika ia bersamanya, ketika laki-laki itu tersenyum atau mengelus kepalanya.
Ketika ia dibonceng menaiki motor.
Ketika melihat tatapan teduhnya atau perhatian yang Finn berikan.
Tidak ada satupun yang bisa ia katakan tidak.

Nami mengusap air matanya yang seharusnya tak berderai. Dan saat suara deru motor terdengar menjauh Nami malah kembali membuka pintu dan mendapati jalanan yang sudah sepi.

Finn sudah pergi dengan motornya dengan kecepatan tinggi.

"Maafkan aku Finn"
Gumam Nami, ia tidak mau Finn repot karena dirinya, untuk kesekian kalinya lagi.

~°•°~

Nami berjalan lunglai dengan mata sembab, sudah semalaman ia terus menangis dan merenung.

Tuan malaikat hanya bisa mendengar tangis Nami, ia tahu bahwa manusia seperti Nami memang perlu mengeluarkan emosi seperti itu.

Ia sedikit terlambat hari, semoga saja ibu Maria akan memaklumi kondisinya.
Ia sudah pulih secara jasmani tapi batinnya sekarang yang dirajam.

Nami menarik pintu toko dengan kepala yang tertunduk.
Tapi ia mengerutkan keningnya saat pintu itu ternyata masih terkunci.

Nami berusaha menarik kembali pintu tersebut dan ternyata benar masih tertutup. Bahkan tanda di pintu masih belum di balik.

Nami menatap tuan malaikat yang ada di belakangnya.

"Pintunya masih di kunci"
Kata Nami.

"Nami"

Dering telepon menjadi penghalang ucapan tuan malaikat.
Nami lantas mengangkat nya.

"Halo?"
Nami terdiam kemudian mendengarkan orang di telpon itu bicara.

Sedetik bahkan berdetik kemudian berjalan.

"Dia sudah meninggal"
Kata tuan malaikat membuat Nami terdiam.
Ucapan yang kemudian keluar dari penelpon tersebut.

"Ibu Maria?"
Tuan malaikat mengangguk.

Girl With Guard-  [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang