•14 Darah

1.8K 163 14
                                    


•Happy Reading



Zevan, Galang, Zean, dan Reynan saling menatap satu sama lain ketika mendengar teriakan Cila. Tanpa babibu lagi, mereka segera berlari ke atas menuju kamar Zevan.

Jantung mereka berdegup sangat kencang, mereka sangat takut akan terjadi sesuatu kepada adik mereka. Langkah mereka berhenti di kamar Zevan yang pintunya tertutup. Nafas mereka saling bersahut-sahutan dan saling memandang satu sama lain.

Zevan menoleh ke arah adik-adiknya lalu mengangguk untuk membuat ancang-ancang. Mereka mengangguk mengerti ketika melihat tatapan Zevan. Zevan memegang knop pintu kamar nya dan,

Ceklek!

Zevan membuka pintu kamarnya dan tidak melihat ada Cila disana. Mereka langsung masuk ke kamar Zevan dan mencari keberadaan Cila di sekeliling kamar Zevan.

"Cila? Hei, Cila ada dimana dek?" panggil Galang sembari mencek kamar mandi di kamar Zevan

"Udah dulu yuk main petak umpet, kita mau pergi sekolah kan sekarang?" sahut Reynan sembari mencari keberadaan Cila

Cila memang seperti itu, sering kali bermain petak umpet di waktu yang tidak tepat. Pernah waktu itu, Cila bersembunyi di sebuah acara salah satu klien Zevan, yang kebetulan sangat ramai.

Mereka berempat asik dengan dunianya hingga tak sadar kalau gadis kecilnya tengah bersembunyi mengajak mereka bermain. Zevan yang panik ketika tidak melihat keberadaan Cila, langsung mencari keberadaan Cila di susul dengan adik-adiknya yang lain.

Hampir 2 jam mereka mencari keberadaan Cila, hingga pihak polisi pun ikut turun tangan. Namun, mereka tidak menemukan keberadaan Cila. Tepat pada waktu acara selesai dan semua para tamu sudah pulang, disitulah mereka mendengar suara dengkuran halus milik seseorang.

Dengkuran halus itu adalah milik dari seorang gadis kecil, yang tengah mereka cari keberadaannya. Cila bersembunyi dibawa meja pramusaji yang tertutup dengan kain. Zevan segera menarik Cila dari sana lalu mengecup kening adiknya itu berulang kali.

Itu adalah salah satu dari sekian banyaknya Cila bermain petak umpet di waktu yang tidak tepat. Sekarang, gadis itu hilang. Mereka bingung, Cila sedang bermain petak umpet atau seseorang sedang menculik Cila lagi?

Pasalnya, Cila tadi berteriak dari atas sini. Tidak mungkin jika gadis itu ingin bermain petak umpet, tapi meminta tolong dahulu. Sepertinya tidak mungkin.

"Huaaa lontongin Cila!" Suara khas milik Cila berhasil menghentikan aktivitas mereka mencari gadis itu

Mereka beralih menatap Cila yang tengah menangis sesegukan di depan pintu Zevan. Mereka menghampiri Cila dengan nafas lega. Zevan memeluk erat Cila dengan Galang mencium pipi nya dengan gemas.

Mereka sangat mencemaskan gadis kecil mereka itu. "Lo darimana?" tanya Zean. Suaranya terdengar sangat mencemaskan keadaan Cila.

Dia juga takut jika terjadi sesuatu terhadap adiknya itu. Dia memang selalu menjahili Cila, tapi hanya itu saja. Dia tidak mau adiknya itu terluka, dia sangat menyayangi Cila lebih dari apapun.

"Cila a-abis dari ka-kamar Cila," isak Cila sesegukan

Zean menatap teduh adiknya itu lalu mengusap rambutnya dengan lembut. Ia mengangkat tubuh kecil Cila lalu membawanya ke pangkuannya.

Cila mengangkat jari telunjuknya ke hadapan para abangnya, yang menatapnya dengan wajah lega bercampur khawatir.

"Tangan Cila berdarah!" tangis Cila akhirnya pecah ketika menunjukkan jari telunjuknya yang tengah berdarah

Reynan yang melihat itu langsung mengambil obat p3k, lalu membersihkan luka yang ada di telunjuk Cila. Ia mengambil obat disinfektan untuk disemprotkan ke luka Cila. Takut ada kuman yang ikut masuk ke luka Cila.

THE BABY GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang