•22 Mutilasi

730 64 4
                                    

Happy reading


"Gimana dengan hari pertama sekolah? Seru?" tanya Zevan memangku Cila yang sedang sibuk menikmati permen alphenliebe kesukaannya

Cila mengangguk dengan antusias, tangan kecilnya ia tepukkan ke pipi Zevan yang menatap laptop untuk menatap ke arahnya. "Abang, bangsat dan ... Mutilasi itu apa? Ah iya, bego apa?" tanya Cila

"Dapat kata-kata nya darimana? Guru yang ngajarin?"

Cila menggeleng lalu menegakkan punggungnya menatap Zevan. "Dapat dari bang Kenzie bukan dari ibu guru," sanggah Cila dengan mengangkat jari telunjuknya ke atas

Zevan menghela nafas panjang lalu mencium pipi berisi Cila dengan singkat, membuat sang empu tersenyum menunggu jawaban abangnya atas pertanyaan yang ia lontarkan dengan mata berbinar.

"Bangsat itu kata-kata kasar, dan itu tidak boleh Cila katakan okay?"

"Okay!"

"Kalau mutilasi itu adalah orang jahat yang suka megang darah. Cila juga tidak boleh mengatakannya, sebab itu kata kata kasar. Bagi siapapun yang berucap seperti itu maka akan dimasukkan ke neraka," jelas Zevan dengan sedikit kebohongan agar Cila tidak mengucapkan kata kata yang tidak bermoral

"Bego? Itu apa?"

"Sama dengan yang tadi, itu juga kata kata yang sama sekali ngga boleh diucapkan."

Cila diam seraya berfikir membuat Zevan tersenyum, lalu melanjutkan pekerjaan yang sempat ia tunda demi menjawab pertanyaan Cila.

"Tapi, kalau Cila mendengar ada orang yang mengatakannya, bagaimana? Cila harus apa?"

Zevan diam sejenak seraya berfikir, kini situasinya berbalik. Tadi Cila lah, yang berfikir dan sekarang malah dirinya. Zevan mengasah otak jeniusnya guna mencari jawaban yang tepat untuk adik kecilnya.

"Cila harus memarahinya, karna dia mengucapkan kata kasar," sahut Galang dengan berbahasa baku agar lebih dimengerti oleh Cila

Lagi, Cila mengangguk pelan seakan mengerti dengan ucapan kedua Abangnya. "Cila bermain bersama Abang saja yah, bang Zevan mau kerja," tawar Galang mengadahkan tangannya hendak menggendong Cila

Cila menoleh menatap Zevan yang sudah fokus menatap layar laptopnya lalu kembali menatap Galang untuk mengangguk. "Boleh, tapi kita menonton cocomelon di YouTube ya Abang?"

Galang terkekeh seraya mengangguk. Tangan besarnya ia apitkan diantara kedua ketiak kecil Cila untuk ia angkat dan ia letakkan ke dadanya supaya Cila merasa nyaman dalam gendongannya.

"Kalau Abang Zevan lelah, tidak perlu bekerja lagi istirahat saja. Abang Zevan tidak boleh sakit, tidak boleh," larang Cila menatap Zevan dengan garang agar abangnya itu takut akan larangannya

Zevan tertawa kecil sebelum mengangguk untuk membuat adik kecilnya itu menatapnya dengan berbinar.

"Cila pergi main-main dulu ya Abang, sampai jumpa, muach." Zevan tertawa pelan melihat tingkah Cila yang sangat menggemaskan.

Tawa nya hilang kala gadis itu sudah pergi dari ruangannya bersama adiknya. Ia menghembuskan nafas panjang menatap langit langit ruangannya dengan pikiran yang berkecamuk.

THE BABY GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang