33. WHAT? HOMO?

570 47 2
                                    

AKU DOUBLE UP BUAT READERS KU TERCINTA MWAHHH


Cleo memandangi Cila yang masih tertidur dengan tatapan rumit, meski begitu fokus memandangi wajah Cila, ia tau bahwa ada seseorang yang berjalan mendekat dengan langkah berat dan tegas. Dengan cepat ia berdiri dari duduknya masih dengan Cila yang berada di gendongan nya dan berbalik saat sepasang tangan ingin merebut Cila dari nya. "Enak saja," batin Cleo menatap tajam pria yang juga kini ikut menatap nya dengan tak kalah tajam dengan kedua tangan yang terangkat, "Balikin adek gue," ucap nya dengan penuh penekanan di setiap kata yang ia ucap.

Bukan nya takut atau merasa terancam, Cleo terkekeh pelan seolah mengejek pria yang ada di hadapan nya. Cleo mendekatkan bibir nya,"Kalo gue ngga mau, lo mau apa Galang Revano Pradipta?" tantang Cleo yang berhasil membuat Galang semakin menekan emosi nya untuk tidak dia luapkan sekarang, mau bagaimanapun, ada seseorang yang paling berharga untuknya disini, bagaimana jika Cila terbangun saat dia sedang menghabisi bedebah sialan ini?

Galang menghela nafas pelan, Cleo meletakkan dagu nya di bahu tegap Galang seraya menatap sang empu dari samping. "Jangan bawa-bawa Cila," pungkas Galang yang ingin segera melepaskan adik kecilnya dari bedebah sialan seperti Cleo.

Cleo tak mengindahkan ucapan Galang, ia memilih menatap wajah tampan Galang dengan rahang tegas yang menambah ketampanan nya berkali kali lipat. Tiba-tiba Galang merasakan pergerakan dari Cleo, ia melirik dari ujung matanya, "Kali ini apa lagi?" gumam Galang

"Pantas aja banyak yang jatuh cinta sama lo." Cleo menjauhkan diri nya dari Galang dengan kepala menunduk, "Lo aja ganteng, mana lembut lagi kalo ngomong," tambah Cleo.

Galang mengendihkan bahu, ia mengambil Cila dari gendongan Cleo lalu menimang-nimang tubuh kecil Cila saat empu nya sedikit terusik dengan pergerakan Galang yang baru saja merebut nya dari gendongan Cleo. "Sayang ya sama Cila?" tanya Cleo menatap Galang yang menimang Cila dengan lembut dan hati-hati, seolah jika dia menimang Cila sedikit kuat akan menghancurkan tubuh kecil nya.

Galang mengangguk lalu menatap mata sendu milik Cleo, "Kalau punya adik di jaga bukan di pukul." Lalu berbalik meninggalkan Cleo dengan wajah merah padam karna marah, "Galang sialan!" umpatnya pelan

Galang mengusap rambut panjang Cila yang di ikat asal-asal an, tak se-rapi saat ia yang mengikatnya. "Pasti lagi mimpi permen alphenliebe," gumam Galang melihat bibir Cila menyunggingkan senyum manis tak lupa dengan gigi rapi nya yang ikut terlihat saat ia tersenyum. 

Galang melangkahkan kaki nya dengan tenang tak menghiraukan banyak bisik-bisik yang sudah pasti membicarakan nya.

"Galang ngehomo ya sama Cleo?"

"Anjir seriusan lo?"

"Iya anjir, tadi gue liat mereka pelukan dan dikit lagi bakal cip*okan,"

"Masa iya Galang mau sama Cleo? Setau gue Galang ngga homo,"


Galang terus berjalan hingga matanya melihat salah satu adik kembarnya tengah berjalan menaiki tangga dengan langkah terburu-buru. "Loh? Cila kenapa?" tanya Zean berhenti lalu bersandar pada pegangan tangga dengan nafas terputus-putus, seperti telah mengikuti lomba lari antar internasional yang mengharuskan pesertanya berlari dari Indonesia sampai sungai amazon.

"Nafas yang bener, darimana?" tanya Galang masih enggan menghentikan langkahnya , berjalan santai melewati Zean yang masih mengatur nafasnya, "Nyari abang, soalnya bang Evan mau ngomong sesuatu sama abang." Galang mengangguk paham, Zean mengikuti langkah Galang dari belakang sembari sesekali curi pandang dengan Cila yang memang Galang gendong seperti seorang bayi yang di bedong.

"Bang, Cila cosplay meninggal apa gimana dah? Kok diem bae," celetuk Zean yang mana rambutnya langsung di tarik oleh sepasang tangan kecil.

"Enak saja, memang nya abang Ze ada melihat Cila lagi pakai kain putih untuk meninggal?" serobot Cila masih asik menarik rambut Zean dengan Galang yang entah kenapa sedikit melangkahkan kaki nya dengan cepat.

"Shh, Cil kepala gue sakit," ringis Zean pasrah tanpa mau menarik tangan Cila dari tangan nya.

kalau sudah bucin memang begitu.

Cila melepaskan aksi nya menarik rambut Zean dan memberikan tatapan side-eye. Mata Zean dan Galang membelalak kaget dan kompak menghentikan langkahnya menatap Cila, "Heh! Yang ngajarin Dede kayak gitu siapa?" tanya Galang lembut meski batin nya terkejut disko dan dangdutan dalam satu waktu.

Cila menatap kedua nya polos dengan pandangan sedikit bingung, "Ajarin Cila apa abang?"

"Itu matanya kenapa kayak ... " Zean menirukan apa yang baru saja Cila lakukan, "Oh ini?" Lagi, Cila kembali melakukan nya dengan sama persis seperti saat pertama kali dia lakukan namun kali ini Cila langsung tersenyum lucu seolah telah berhasil melakukan sesuatu.

 " Zean menirukan apa yang baru saja Cila lakukan, "Oh ini?" Lagi, Cila kembali melakukan nya dengan sama persis seperti saat pertama kali dia lakukan namun kali ini Cila langsung tersenyum lucu seolah telah berhasil melakukan sesuatu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Ilustrasi

"Kenapa senyum?"

Cila mendongak lalu tertawa dengan riang, "Cila akhirnya berhasil ikutin trend di hp abang!" seru nya masih tertawa di gendongan Galang. 

Galang menggelengkan kepala nya frustasi adik nya yang satu itu. Ia menurunkan Cila dari gendongan nya saat gadis kecil itu masih asik tertawa dengan Zean yang memuji nya dengan wajah masam, membuat Cila kegirangan hingga tak sadar bahwa Galang sudah tak ada bersama mereka. 

"Lainkali jangan contoh yang ngga bener, oke?" nasihat Zean yang di angguki oleh Cila namun kita tak tau apa isi hati gadis kecil itu, kan?


Galang masuk ke dalam ruang OSIS tanpa mengetuk, seolah sudah tau bahwa tidak ada siapapun di dalam nya. Yah... kecuali ketua osis.
"Assalamualaikum," salam Galang tanpa menoleh kesana kemari dan langsung masuk ke dalam ruangan Reynan, "Abang masuk ya Rey," izin Galang yang langsung masuk meninggalkan Reynan yang ada duduk santai di sofa ruang OSIS.

"Waalaikumsalam. Izin sih izin, tapi langsung masuk aja tanpa nunggu pemilik nya kasih izin," gerutu Reynan.

"Mau heran tapi dia keluarga Pradipta," tambah Reynan lalu mengendihkan bahu nya dan lanjut memainkan game yang ada di ponsel nya yang sempat tertunda.

Galang membuka salah satu laptop milik nya yang memang sengaja ia letakkan di ruangan Reynan jika sewaktu-waktu ia membutuhkan nya untuk urusan penting seperti sekarang. Tanpa menunggu banyak waktu, Galang menghubungkan panggilan video dengan Zevan. Meski telah diberitahu bahwa Zevan ingin bertemu dengan nya, Galang tak ingin meninggalkan sekolah dan pergi menemui abangnya itu. "Buat apa teknologi di ciptakan jika tidak di gunakan?" pikir Galang

Zevan akhirnya tersambung dalam panggilan video dengan Galang dan menatapnya dengan datar, "Aku menyuruh mu datang, bodoh," umpat Zevan kesal.

"Males. Ada apa?" tanya Galang menghiraukan wajah masam kakak nya. Seperti nya hari ini, dia banyak membuat orang lain kesal, namun siapa peduli dengan itu? Galang lagi lagi memilih abai.

"Cleo dan Reon kembali?" Galang mengangguk membenarkan ucapan Zevan yang kemudian menatapnya penuh selidik.

"Gue ngga bakal lengah kali ini terlebih, stop berpikir yang tidak tidak tentang gue dan bedebah sialan itu," geram Galang seakan tau arti tatapan yang Zevan berikan padanya.

"Bukankah kalian saling mencintai?" 

"Dalam mimpi mu sialan!" 


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
THE BABY GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang