•21 Sekolah Baru

639 64 3
                                    

Happy reading



"assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, halo kakak abang-abang, kenalin nama aku Cila Revandra Pradipta. Umur aku ... Satu, dua, eum ... "

"Abang! Umur Cila berapa?" tanya Cila menoleh ke arah pintu yang terdapat Galang, Zean dan Reynan yang masih mengawasi

Mereka bertiga berbeda tingkatan kelas dengan Cila, walau sudah meminta kepada Keyrn—Cila memang harus berada di kelas 1 saat di SMA GARDASA. Itupun pelajarannya juga cukup berbeda dengan mata pelajaran murid yang lainnya. Cila masih belajar dengan buku anak seusianya, dia hanya menumpang belajar di SMA GARDASA.

"10 tahun," sahut Zean

"Ah iya! Umur Cila 10 tahun, salam kenal semuanya!"

Semuanya nyaris terpekik gemas melihat senyum Cila yang menggemaskan. Bu Siska selaku wali kelas Cila, ikut tersenyum gemas melihat tingkah putri bungsu keluarga Pradipta itu memperkenalkan diri dengan bahasa baku.

"Baiklah, Cila duduk di sana ya." Bu siska menunjuk arah meja kedua dari depan ditengah yang ada kursi kosong

Cila mengangguk sekali lalu melambaikan tangannya menatap abang-abangnya sebelum beranjak menuju tempat duduknya.
"Hai kakak? Hmm ... Cila boleh duduk disini?" tanya Cila basa basi

Gadis itu sedikit menoleh dengan tatapan mata tajam lalu tatapannya melembut menatap Cila yang memasang wajah berbinar kearahnya. "Memangnya ada lagi kursi kosong selain disini?"

Cila menolehkan pandangannya kekanan dan kekiri, ia tak melihat kursi kosong lagi selain disini dan ... Mengapa semuanya melihat kearahnya?

"Tidak ada, jadi Cila tidak boleh duduk disini, ya?" tanya Cila dengan menundukkan kepalanya sendu

"Ya jelas boleh lah! Masa iya ngga boleh." Cila mendongak menatap teman barunya yang tersenyum kearahnya dengan mata berbinar

"Terimakasih."

"Baik, ayo buka buku halaman 24 kerjakan sekarang!" titah Bu Siska

Tanpa banyak waktu, seluruh murid dikelas mulai membuka halaman dari halaman mencari halaman yang diperintahkan. Mereka memasang raut bingung menatap guru nya yang menatap Cila dengan intens.

"Bu! Dihalaman 24 ngga ada soal, adanya cuman rangkuman,"

Bu Siska menoleh ke arah asal suara lalu meletakkan jari telunjuknya di bibir, ia kembali mengarahkan pandangannya menatap Cila yang saat ini tengah sibuk dengan buku dihadapannya.

"12 ... 13 ... 14 ... 15 ... Satu, dua, tiga, empat, lima, 24!" pekik Cila dengan suara keras mengalihkan semua pandangan menatapnya

Gadis kecil itu meloncat kegirangan dengan tangan diatas, bukan lagi dangdutan yee.

Bu Siska menggeleng tanda tak setuju dengan Cila, ia melangkahkan kakinya menuju meja gadis kecil itu dengan tatapan tegas.

"Itu 20, bukan 24. Coba hitung kembali," titah Bu Siska menunjuk nomor halaman dipojok yang sedari tadi tak diperhatikan oleh gadis itu

Cila menepuk jidatnya pelan lalu tersenyum lima jari menatap Bu Siska. "Maaf ibu guru,Cila lupa memperhatikan ibu guru, terimakasih sudah memberi tahu Cila."

"Oh ternyata Cila, gue kira buat kita," ucap ketua kelas bernama Herman yang diangguki kompak oleh teman-temannya

"Dan kalian, hari ini kita ulangan."


***



"Maaf bos, kami kehilangan jejak mereka. Gadis itu tidak bersekolah disekolah itu lagi bos."

Brak?!

Suara gebrakan meja yang menggema turut mengisi ruang gelap yang tak pernah diterangi oleh cahaya mentari. Seorang pria dengan tubuh yang kekar, menatap garang bawahannya yang kini menunduk tak berani menatapnya.

"Kalau kalian ingin keluarga kalian masih bernafas, cari dimana gadis itu bersekolah saat ini!" ancam pria itu dengan tatapan tajam



***




"Abang ... Cila sangat sangat lapar," rengek Cila didalam gendongan Galang

Sekarang sudah waktunya istirahat di SMA GARDASA, sudah pasti banyak siswa/siswi yang berlalu lalang menuju kantin seperti mereka. Banyak dari mereka, menatap Galang yang menggendong Cila dengan penuh tatapan berbinar dan memuja seperti mereka melihat ada sebuah malaikat yang sedang ditatap.

Galang terkekeh mendengar Cila terkekeh dengan bahasanya yang masih baku. "Sebentar ya, kantinnya udah deket tuh," hibur Galang mengecup singkat pipi Cila lalu menunjuk kantin yang sudah berada dihadapan mereka

"Ze! Sini woi bareng kita!" pekik Rafael tak tahu malu

"Kita bareng mereka aja," bisik Zean

Mereka berempat berjalan menuju meja Rafael dan temannya dengan tatapan dingin tak bersahabat, minus Cila yang menatap Kenzie dengan berbinar. Ia melihat Kenzie mengayun-ayunkan sebuah coklat berbentuk Marsha kearahnya, dan itu sukses membuat keinginan Cila yang ingin makan segera lenyap.

"Ayo kepelukan babang Kenzie," sambut Kenzie dengan merentangkan kedua tangannya yang langsung disambut gembira oleh Cila namun respon temannya cukup mengerikan.

"Ken, lo ngga pedofil kan?" tuding Rafael dengan raut terkejut memandang Kenzie yang kini sedang berpelukan seperti teletubies dengan Cila

"Kasihan Cila woi, kalau lo pedofil," sahut Alfaro mendramatisir dengan meletakkan tangannya di dada

"Awas kalo Cila lo apa-apain, gue cekik batang leher lo," ancam Zean menatap tajam Kenzie

Kenzie menatap tak percaya satu persatu temannya yang baru saja berburuk sangka kepadanya. "Memangnya pedofil itu apa Abang?" Nah, mati kutu deh kalian jawabnya

"Penculik anak," jawab Galang dengan santai menghiraukan berbagai tatapan menatapnya

Bola mata Cila melotot menatap Kenzie dengan takut, segera ia turun dari pangkuan laki-laki itu, melupakan coklat yang ia inginkan tadi kemudian berlari kecil kepangkuan Galang yang tengah menyantap salad buah.

"Eh? Kok Cila turun dari pangkuan Abang?" Cila menggeleng sambil menyilangkan tangannya didepan dada menatap takut Kenzie

"Abang Kenzie pedofil! Cila sangat takut dengan pedofil."

"Ngga woi! Gue bukan pedofil Cila, bangsat banget mulu lo bego, mau gue mutilasi?" ancam Kenzie menatap tajam Rafael dan Alfaro secara bergantian

"Bangsat? Mutilasi? Bego? Apa itu? Sejenis makanan?"

"Udah-udah, makan sekarang. Jangan banyak bicara lagi," ucap Reynan datang dengan nampan yang berisi empat makanan untuk mereka.

Langsung saja, Cika melupakan pertanyaannya lalu membawa piring berisi nasi goreng untuknya menuju Galang. "Suapin Cila ya Abang."



•Wajib kasih review setelah membaca supaya authornya semangatt

THE BABY GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang