37. Siapa?

559 46 2
                                    


Happy Reading

Sengaja aku up jam segini hihi
supaya nemenin yg lagi marathon baca wp


bacanya pelan-pelan aja ya supaya lamaaaaa



"Hah? Kenapa-kenapa?" Cila terbangun dari tidur nya saat mendengar suara abang nya berteriak. "Lho? Kok kumpul-kumpul tidak ajak Cila?" sungut nya dengan bibir cemberut, melupakan mengapa abang nya berteriak.

Zevan yang duduk di samping Cila tersenyum tipis, sebelah tangan nya mengangkat tubuh Cila untuk duduk di pangkuan nya. "Adek kenapa bangun?" tanya Zevan seraya mengecup pipi bulat Cila yang masih mengerucut lucu.

Cila mendongak menatap Zevan dengan kedua alis mengkerut, "Cila kaget, abang." Zevan mengelus kening Cila yang berkerut, "Sekarang tidur lagi, ya?"

Cila menggelengkan kepala nya enggan, "Cila tidak mau tidur!"

Ayla menghampiri Cila yang sedang di bujuk abang nya yang tak lain untuk segera tidur. Ia duduk di samping Zevan lalu mengambil tangan kanan Cila yang sedari tadi tergepal kuat, berusaha menguatkan diri nya untuk tidak tidur.

"Lucu sekali," batin Ayla tersenyum. Ia paham, Cila sedang rewel karna tiba-tiba saja terbangun dan waktu tidur nya tidak cukup. "Cila mau susu?" tawar Ayla membuat Cila menoleh dengan tatapan binar.

"Iya tante Ay! Cila mau sekali!" pekik Cila riang, tubuh nya ia sandarkan pada dada bidang milik Zevan yang senantiasa melingkarkan sebelah tangan nya di perut Cila.

Ayla mengangguk lalu pergi meninggalkan kamar Cila menuju dapur. Cila menunggu Ayla yang sudah pergi bahkan, dia menatap tak sabar pintu kamar nya, berharap Ayla secepat mungkin membawa susu yang ia inginkan. Reynan tersenyum miring saat sebuah ide muncul begitu saja untuk menjahili adik bungsu nya.

Plop!


"Bang Rewrey!" seru Cila dengan suara tak jelas memanggil Reynan yang seenaknya memasukkan pacifier ke dalam mulutnya. Dengan wajah menyebalkan Reynan bertanya, "Kenapa? Ngga suka? Cila mau kalau abang buang semua pacifier milik Cila, hm?" pungkas Reynan yang mendapat delikan tajam dari Cila.

"Awas aja bwesok Cwila kerjwain bang Rewrey." Rupanya ucapan itu tak sebanding dengan apa yang Cila lakukan sekarang. Ia menghisap Pacifier itu dengan rakus, membuat Reynan terkekeh pelan menatap Cila yang masih menatap nya tajam. Seolah mengatakan, "Apa lihat-lihat, Cila?"

Cila mengalihkan pandangan nya dari Reynan, menatap Ayla yang baru saja masuk ke dalam kamar nya dengan sebotol susu. Mata Cila berbinar senang saat botol susu yang Ayla gunakan adalah botol dengan bergambar marsha, lengkap dengan beruang cokelat di samping nya.

Cila memejamkan mata nya, menikmati susu yang hangat dengan senyum lebar. Zevan berdiri dari duduk nya, membawa Cila ke dalam gendongan nya dan mulai menimang gadis kecil pecinta marsha itu, dengan satu tangan memegang botol susu Cila.

"Sudah cocok. Sana cari calon nya," celetuk Zean menggoda abang sulung nya yang tentu hanya di balas tatapan tajam. "Lo aja sana, jangan nyuruh abang." Zean menatap cengo Zevan lalu berbisik dengan Reynan yang baru duduk di samping nya. "Kan bang Zevan yang lebih tua, ngapa jadi gue yang di suruh nikah duluan?"

Reynan mengangkat kedua bahu nya acuh lalu mendengarkan Keyrn dan Galang. "Apa yang lo temuin, Lang?" tanya Zevan berjalan menghampiri Galang dengan masih menimang Cila layak nya seorang bayi.

Galang menghela nafas, "Di buku itu terdapat sebuah kalimat yang menyuruh Cila untuk menjauh dari kita atau kita semua akan terluka jika Cila tidak menurut. Dan... ada foto saat gue luka tadi, bang," jelas Galang membuat mereka terdiam dengan pikiran masing-masing.

"Rey?" Reynan menoleh saat abang sulung nya memanggil dengan tatapan meminta sebuah penjelasan dari nya. "Setelah Cila buang buku nya, gue liat sesuatu dengan warna merah. Gue yakin, itu warna merah karna darah. Pas semua nya udah masuk, gue ambil lagi buku nya dan gue buka satu persatu.."

Reynan membola saat pandangan nya terpaku dengan sebuah halaman yang berisi sebuah ancaman, di sertai foto abang kedua nya yang terduduk dengan luka tembak. Tangan nya tergepal kuat, ia mengangkat pandangan nya namun di depan sana, tak jauh dari mansion mereka, ia melihat siluet seseorang.

Memakai baju hitam, dia berdiri di samping pohon yang tinggi. Reynan berdiri dari jongkok nya, mempertajam lagi penglihatan nya, "Sial! Penguntit!" decak Reynan marah. Ia berlari berniat menghampiri nya namun belum sampai, orang itu pergi meninggalkan nya.

Tentu Reynan tidak akan tinggal diam, ia mengejar nya dengan kecepatan tinggi. Sedikit lagi, Reynan hampir menggapai punggung orang yang ada di depan nya.
'Sedikit lagi sialan!"

Srekk
Arghh!!!

Reynan merutuki diri nya yang bodoh, ia terjatuh saat tak sengaja tersandung trotoar yang ada di depan nya. Ia menatap tajam, orang yang tadi ia kejar sudah sangat jauh di depan nya. "Sial! Sial! Sial!" umpat Reynan menjambak rambut nya kuat.

Zevan tersenyum tipis, dia mengangkat tangan nya mengelus kepala Reynan, "Gapapa. Kita bakal cari pelaku nya bersama." Reynan mengangguk, "Tapi gue sempet cakar punggung nya, mungkin kalau kita nemuin seseorang yang di curigai, perlu kita cek punggung nya untuk menemukan ada bekas cakaran nya apa engga," jelas Reynan.

"Bekas cakar bisa hilang dalam waktu yang cepat, Rey," sanggah Zean menatap Reyan.

"Gue tau, tapi gue nyakar punggung dia kuat,bang. Mungkin dalam seminggu ini ngga akan hilang," imbuh Reynan dengan mantap. Dalam hati Reynan menyoraki diri nya dengan bangga. Rupa nya tak sia-sia juga dia pernah melihat Cila yang mencakar Zean yang sesekali jahil.


***

"Lo berhasil?" Ia menggelengkan kepala nya, menarik kursi di sebelah nya lalu duduk dengan menghela nafas panjang, "Dia ngejar gue."












                                                                   Dikit lagiii bakal ketemu pelaku nya


ada yg udah tau siapa pelaku nya???

THE BABY GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang