Part 1

5.5K 152 1
                                    

"April...." Lirih lelaki yang bernama Vano. Lelaki itu merupakan kekasih hati April. Vano memegang kedua tangan April lalu mendekatkan wajahnya ke kening April.

"Astaghfirullahhalazim," gumam Afrizal setelah melihat lelaki yang bernama Vano itu ingin mencium gadis yang ada di hadapannya itu.

Afrizal pun berlari lalu menciduk Vano dan juga April.
"Heh gak boleh!" tegas Afrizal lalu Vano pun terkejut dan dengan cepat menarik wajahnya yang hampir saja mencium kening gadis yang di depannya itu.

"Astaghfirullahhalazim, kalian masih kecil gak boleh lakuin hal itu. Itu zina namanya!" tegas Afrizal lalu geleng-geleng kepala melihat keduanya.

"Jangan ikut campur urusan gue, siapa sih gak kenal juga malah ceramah di sini," tukas Vano menyeringai menatap Afrizal dengan sinis.

Afrizal pun menghela napasnya panjang, "Sebagai sesama muslim, saya hanya ingin mengingatkan."

"Tapi gue non muslim," balas Vano dengan entengnya.

Afrizal pun membelalakkan matanya setelah mendengar penuturan dari Vano.
"Dia?" tunjuk Afrizal ke arah April yang hanya duduk sambil menggembungkan pipinya menatap ke arah bawah sambil mengayunkan kakinya.

"Islam," balas Vano singkat.

"Astaghfirullahhalazim udah pacaran, beda agama lagi," batin Afrizal menggerutu. 

Lalu Vano pun memegang pundak April. April pun mendongak menatap wajah Vano.
"Aku pulang dulu!" Vano pun melambaikan tangannya lalu meninggalkan April bersama Afrizal di taman itu.

"Saudari seiman ku, orang tuamu pasti sedang menunggu, cepat pulang ini sudah mau Maghrib," ucap Afrizal datar lalu pergi meninggalkan tempat itu.

April pun mengerutkan keningnya, "Kok ada cowok kek gitu?" pikir April lalu pulang kembali ke rumahnya.

Gadis yang bernama lengkap Aprilliyana Shaqueena Humaira itu sedang duduk di bangku kelas tiga SMA. Ia sangat berbeda dengan kakaknya yang bernama Syahila Rahiza Putri, April memiliki karakter yang sangat bandel dan susah dibilangin, ia juga sering membohongi keluarganya untuk bisa keluar dari rumah dengan alasan kerja kelompok padahal dirinya sedang menemui Vano Sebastian, lelaki yang ia cintai. Padahal orang tuanya tak henti-hentinya menasehati April, tapi April tetap saja belum berubah, dia masih angin-anginan kadang sadar akan kesalahannya dan kadang juga tidak.

"April kok baru pulang sekarang nak?" tanya sang bunda, Erlinda adalah bundanya April. Erlinda terkenal lemah lembut dalam mendidik anak-anaknya, tetapi terkadang ia juga bisa tegas karena ia menegur anak-anaknya agar bisa menjadi pribadi yang lebih baik.

"Bunda kok makin cantik hijabnya baru yah? April mau ke kamar dulu bye-bye bundaku tersayang." April mencium pipi bundanya lalu lari ke arah kamarnya dengan terbirit-birit.

Linda pun geleng-geleng kepala setelah melihat kelakuan sang anak, kalau jelek pasti sudah Linda pukul dan untungnya April cantik, dan juga memiliki pipi yang tembam.

April pun santai di dalam kamarnya sambil tersenyum sendiri. Linda pun masuk ke kamar April, karena Linda tahu bahwa April belum mengunci kamarnya.

"Udah shalat isya?" tanya bundanya sambil duduk di ujung ranjang itu. April pun mematikan layar handphone-nya dan dengan cepat ia menggelengkan kepalanya.

"Cepat shalat!" titah Linda lalu keluar dari kamarnya April. April pun hanya mengangguk dengan cepat.

Sebelum keluar kamar, Linda pun kembali menatap April yang ingin memainkan handphone-nya lagi.

"Shalat dulu Aprilliyana!" tegas sang bunda, lalu menutup pintu kamar itu, April pun turun dari ranjangnya ia mengunci rapat kamarnya.

April pun kembali rebahan santai, sekitar lima menit ia memainkan handphone-nya baru dia mengambil air wudhu dan melaksanakan shalat isya.

Bidadari SurgakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang